webnovel

MAHKOTA YANG HILANG

Suara kebisingan yang terdengar diluar membuat Anggara tidak fokus mengerjakan tugas sekolah yang akan segera dikumpulkan lusa, rasanya ingin sekali ia menghampiri kebisingan tersebut yang berasal dari kamar sang kakak dan memaki semua orang yang ada disana.

"Ribut banget sih! kebiasaan banget sih bawa kawan ke rumah kalau Papi dan mami lagi keluar kota!!!!" tukas Anggara yang sudah kehilangan kesabaran, ia langsung menutup buku matematikanya dan berjalan keluar kamar .

Dia benar-benar tak habis pikir dengan tingkah kekanak-kanakan sang kakak, padahal seingat dia kalau Kakaknya yang bernama Anggi itu takkan lagi mengundang teman kedalam rumah bila kedua orang tua mereka sedang diluar kota.

Apalagi keadaan rumah yang benar-benar sepi dengan pembantu yang selalu pulang hari menjadi suatu kebebasan bagi sang kakak untuk bersenang-senang seperti saat ini dan membuat anggara merasa pusing tujuh keliling mengurusi sikap nakal kakak laki-lakinya itu.

"Diam dong loe, kak! gue mau belajar nih." bentak Anggara sembari mengetuk keras kamar Anggi, namun tak ada jawaban dari sang kakak selain suara tawa beberapa pria yang sepertinya sedang menikmati sesuatu dibarengi dengan rintihan kesakitan seorang gadis yang suaranya cukup familiar ditelinga Anggara.

"Mereka lagi ngapain sih?" gumam Anggara yang merasa cukup penasaran, dan tanpa banyak pertimbangan ia langsung membuka pintu kamar itu .

Dalam sekejap jantungnya terasa ingin copot saja, dan seluruh tubuhnya terasa bergetar hebat dengan ekspresi wajah kebingungan yang sulit untuk digambarkan.

"Loe ngapain masuk?" tanya Anggi yang gak kalah terkejutnya, ia langsung buru-buru menarik masuk Anggara dan menutup kembali pintu kamar itu.

Didalam kamar, Anggara bisa melihat keempat teman Anggi yang sedang berdiri menyaksikan aksi gila sang kakak dengan masih menggunakan seragam SMA mereka yang berlambangkan kelas 12 di sisi kiri bahu mereka . Saat ini ia juga bisa melihat jelas anggi yang sama sekali tidak mengenakan pakaian dan hanya mengenakan celana abu-abu saja yang telah terciprat darah.

Dan disisi lain yang mana tepatnya diatas ranjang, ia bisa melihat Sarah yang merupakan pacar kakak laki-lakinya itu dalam keadaan tanpa busana diatas ranjang dengan kondisi yang sudah babak belur dan terdapat beberapa luka lebam diwajahnya.

"Apa yang terjadi disini?" tanya Anggara bingung, jujur saja saat ini ia ingin segera melarikan diri dari sini dan mengadukan semua yang dilihatnya saat ini kepada kedua orang tua mereka.

"Loe yang ngapain pakai acara masuk kedalam, awas aja loe sampe ngadu ke Papi dan Mami!" ancam Anggi, lalu ia berjalan mendekati Sarah yang terlihat meringkuk ketakutan dan tanpa pikir panjang Anggi menampar keras Wajah Sarah.

"Mantap Bro!!!" tukas Salah seorang teman Anggi yang tampak senang melihat aksi kejam Anggi , sama halnya dengan Anggi yang seakan menikmati momen itu dimana secara brutalnya ia kembali menampar wajah Sarah .

Bukan sampai disitu saja, ia juga mengisyaratkan kedua temannya untuk memegang sarah agar tidak banyak bergerak lalu secara brutal ia menggerayangi tubuh mulus gadis itu secara membabi-buta sembari melepaskan celananya ditengah cekikikan tawa beberapa pasang mata teman-temannya.

Bahkan secara gilanya, ia memasukkan kepunyaannya itu kedalam sarang kewanitaan Sarah sampai gadis itu berteriak kesakitan yang untung saja teriakannya langsung dibungkam Dengan bunyi musik yang diputar secara keras oleh temannya Anggi.

"Cairannya sampai keluar bro, awas sampai hamil cewek loe tuh bro!"

"Kalau hamil tinggal aborsi, gampang!" tukas Anggi yang masih terus menggerayangi tubuh Sarah yang sudah merintih kesakitan namun kekuatannya masih terlalu lemah untuk bisa lepas dari jeratan itu.

"Payudaranya besar juga!" puji Anggi yang seperti kesetanan, ia terus menggerayangi tubuh indah Sarah sampai akhirnya Sarah mendesah keras sembari menangis kesakitan.

Tentu saja desahan Sarah membuat nafsu birahi Anggi semakin memuncak, ia yang tadinya ingin berhenti memilih kembali melanjutkan tindakan tercelanya itu sampai membuat kewanitaan Sarah menjadi robek dan mengalirkan darah yang cukup banyak.

"Sialan, robek lagi! udah berhenti deh Anggi!!!" tukas salah seorang temannya yang sepertinya cukup ahli dalam masalah begituan, tetapi Anggi sepertinya enggan mendengarkan ucapan kawannya barusan dan masih saja terbuai pada tubuh elok Sarah yang membuat teman-temannya langsung menarik paksa Anggi untuk menjauhi tubuh Sarah yang sudah terkapar lemas.

Sementara disisi lain Anggara hanya bisa tertegun kaku menonton aksi gila kakak laki-lakinya itu, namun yang jelas ia merasa tak sanggup menatap pandangan Sarah yang menatap sendu kearahnya.

Sebuah tatapan permohonan yang membuat Anggara merasa iba, dan dengan beberapa tekad yang dimilikinya ia langsung mengambil selimut yang tadi sempat jatuh kelantai dan menyelimuti tubuh Sarah yang telah basah.

"Kenapa Kamu hanya diam saja, Angga? " lirih pelan Sarah yang mencoba meraih tangan Anggara yang membuat Emosi Anggara mulai tak bisa lagi tertahankan dan memilih memejamkan kedua matanya sembari mengalihkan tatapannya dari Sarah.

"Dasar Sialan!!!" Anggara langsung mendaratkan pukulannya kewajah Anggi , untung saja teman-teman Anggi segera menahan tubuh Anggara menjauhi Anggi.

"Dia cewek gue!!!! Bukan urusan Loe!!!" bentak Anggi.

"Loe emang bajingan Kak!!!! Loe udah rusak masa depannya!!!"

"Itu bukan urusan Loe!!!" ketus Anggi yang mulai kehilangan kesabaran dan langsung mendaratkan pukulannya Kedinding yang ada disebelah Anggara, walau bagaimanapun ia adalah seorang Kakak laki-laki yang takkan punya keberanian untuk memukul adiknya sendiri.

Setidaknya hal itulah yang menjadi kelebihan yang dimiliki oleh Anggi, Pria pemalas yang selalu menjadi kesayangan bagi kakeknya yang merupakan seorang milyuner kaya dan rela melakukan apapun deminya meskipun kepribadiannya yang berbanding terbalik dari Anggara yang kerap selalu menjadi kebanggaan Papa dan Mami mereka.

"Bawa dia keluar dari sini deh bro!" perintah Anggi.

"Nanti kalau dia ngadu ke orang tuanya loe gimana?"

"Biarin aja, gue janji deh urusan ini gak bakal ngelibatin loe semua . Lagian orang tua gue gak bakal mau memenjarakan gue kok!" ucapnya penuh percaya diri, seakan ia benar-benar sudah paham watak kedua orangtuanya yang memang sebenarnya merasa terpaksa selalu melindunginya dari masalah yang diperbuat Anggi atas perintah sang kakek.

Next chapter