webnovel

BERTANGGUNGJAWAB

Sejak hari itu, Anggara malah jarang sekali datang kerumahnya Sarah karena ia butuh waktu untuk mencoba menghilangkan pikiran kotor itu dari kepalanya.

Mungkin kalau dihitung, ini sudah seminggu ia tidak pergi kesana dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bella sebagai gantinya.

Bahkan kini perasaan cintanya pada Bella mulai tumbuh , ia mulai terjebak Friendzone yang dibuatnya sendiri kepada gadis itu dan hubungan mereka juga sudah mulai akrab .

Tapi entah kenapa disamping semua itu, ia merasa tidak tergoda sekalipun pada Bella dan tak ada sekalipun pikiran kotor yang terlintas dibenaknya setiap berdekatan dengan Bella makanya Bella kerap menganggap Anggara sebagai cowok yang baik.

Padahal tanpa sepengetahuan Bella, kalau Anggara sedang berusaha menahan nafsunya dari bayangan tentang Sarah. Tentu saja mau sekeras apapun ia menghilangkan kegairahannya itu tetap saja nafsunya semakin memuncak seakan-akan ada sesuatu yang belum tuntas saat itu.

"Kamu mikirin apa sih, Angga?" tanya Bella yang mulai berhenti mengetik dilaptop, sepertinya mereka sedang mengerjakannya tugas kelompok disebuah kafe.

"Benar tuh, sibuk banget dari tadi melamun." sahut Bimo yang juga teman sekelompok mereka.

"Gak ada." bantah Anggara,lalu ia kembali menandai buku tebal itu dengan stabilo miliknya, walaupun pikirannya berkecamuk tidak menentu.

Untung saja tugas kelompok kali ini bisa dilewati dengan lancar, sehingga mereka bisa selesai sebelum jam 7 malam.

"Yuk , balik!" ucap Anggara pada Bella, gadis itu hanya tersenyum kegirangan saja sambil menurut.

Ia tampak bahagia memiliki kemajuan selama seminggu belakangan ini, entah kenapa rasanya sebentar lagi ia bisa menggapai hati Anggara tidak seperti sebelumnya ia selalu ditolak mentah-mentah mulu.

Dan singkat cerita akhirnya mereka tiba didepan kompleks perumahan Bella, tanpa banyak basa-basi Bella langsung turun dan menyerahkan Helmnya pada Anggara.

"Jangan lupa besok jemput aku ya!" ucap Bella.

"Iya, Jangan lupa makan ya gitu nyampek kerumah." Bella cuman senyum-senyum saja dan tanpa sadar Bella menggenggam tangan Anggara yang sedang memegang stang kereta dan membuat hati anggara merasa berdebar.

Sepertinya kedua sahabat itu mulai dimabuk asmara, tetapi Sialnya lagi-lagi bayangan tentang Sarah mulai mengusik hatinya.

Anggara langsung menyingkirkan tangan Bella dan menyalakan kembali keretanya, lalu ia mengacak-acak rambut Bella dengan lembut.

"Kalau gitu aku pulang ya, malam." ucapnya, lalu pergi dari sana.

Bella cuman bisa memperhatikan punggung Anggara dari kejauhan sambil tersenyum bahagia , namun berbeda dengan Anggara yang masih gelisah.

Bukan hanya karena ia khawatir terhadap Sarah yang sudah lama tidak dikunjungi olehnya saja, tetapi ia merasa ada sesuatu yang belum tuntas pada dirinya mengenai Sarah.

Sekejap ia mulai ragu tentang perasaan dan keinginan-keinginan ini, Sampai tak sadar kereta tersebut membawanya menuju kerumah sarah dan itu pun ia baru sadar saat telah tiba.

"Gue ngapain disini?" gumamnya bingung, lalu ia memarkirkan keretanya di depan pagar rumah sambil berpikir Lebih matang.

Cukup lama ia banyak berpikir , sampai akhirnya lampu rumah tersebut mulai dimatikan yang menandakan kalau tante amel dan Sarah telah tidur.

Dengan menghela nafas panjang, ia memutuskan pergi dari sana setelah sebelumnya sibuk berpikir keras untuk mengambil keputusan.

Daripada kejadian waktu itu terulang lagi, lebih baik ia menghilangkan diri selama beberapa saat untuk sementara waktu.

Namun sekali lagi hatinya mulai ragu, apalagi saat melihat jendela kamar Sarah yang agak terbuka dengan kondisi lampu sudah mati.

"Bisa-bisa nanti dia kedinginan lagi." gumamnya, ia langsung memanjati dinding tembok rumah itu yang langsung terhubung ke balkon kamar sarah yang ada di lantai dua tanpa rasa takut sedikitpun.

Dengan pelan-pelan, ia memasuki kamar tersebut dan benar saja Sarah sudah tertidur tapi kali ini ia pakai baju dengan celana tidur meskipun selimutnya tetap terjatuh dari kasur.

Dengan setengah perasaan lega, Anggara langsung memperbesar selimut Sarah dan saat itu juga matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang dipeluk erat oleh Sarah yang tidak lain adalah foto mereka berdua.

Sejenak Anggara cuman bisa tersenyum saja, ia sangat menghargai perasaan Sarah yang telah berhasil melupakan Abangnya.

Tetapi dilain sisi ia merasa malu dan bersalah karena telah menjauh selama beberapa hari ini, pasti Sarah sangat terluka saat ini.

"Maaf ya." gumam Anggara yang langsung membelai rambut Sarah.

"Kalau gitu aku pulang sekarang, selamat tidur." ucap Anggara yang mana disaat bersamaan suara tante yang berniat ke kamar sarah, sontak Anggara yang panik dan takut tante amel berprasangka buruk langsung meloncat kedalam ranjang dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal tersebut sambil berharap tidak ketahuan.

"Sarah udah tidur ya." gumam Tante amel yang suaranya terdengar jelas ditelinga Anggara, lalu ia juga bisa mendengarkan langkah kaki tante amel didalam kegelapan kamar Sarah yang sengaja lampunya tidak dinyalakan.

Sepertinya tante amel sedang menutup kembali jendela tersebut sebelum akhirnya keluar dari sana, lalu begitu keadaan sudah cukup aman bagi Anggara barulah ia mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut.

Dan sepertinya Anggara sama sekali tidak tahu kalau dosis yang dikonsumsi sarah sudah berkurang sehingga efeknya juga tidak terlalu berpengaruh seperti waktu itu, sebab disaat yang bersamaan Sarah terbangun dari tidurnya dan kini keduanya saling beradu pandang satu sama lain.

Sarah ingin segera berteriak dalam kegelapan itu, tetapi tangan Anggara jauh lebih cepat membungkam mulutnya sambil berbisik pelan kepada gadis itu.

"Ini aku, Anggara." beritahunya.

"Tolong jangan salah paham, aku bisa jelasin." Anggara berusaha mencoba memberikan alasan agar gadis itu tidak menjerit ketakutan.

Lalu dengan cepat Anggara menutupi seluruh tubuh mereka dengan selimut, kini keduanya bersembunyi didalam selimut dan saat itu juga Anggara melepaskan tangannya dari mulut Sarah.

"Maaf ya, aku gak bermaksud apa-apa kok." tukas Anggara , tetapi tak ada satupun Jawaban dari Sarah selain hanya hembusan nafasnya yang terdengar jelas ditelinga Anggara.

"Kamu pasti ketakutan?" tanya Anggara, lalu Sarah mengiyakan pelan.

"Mau ngobrolnya diluar selimut aja biar kamu gak ketakutan?"

"Gak usah, disini aja. Nanti kamu bisa ketahuan." Anggara cuman mengangguk setuju saja, tetapi posisi mereka yang saling berhadapan didalam balik selimut adalah sebuah hal fatal yang sama sekali tidak disadari oleh Sarah.

"Oke, aku tadi kesini karena jendela kamu terbuka jadi aku niatnya manjat buat nutupin jendela tapi tante amel datang jadi sembunyi disini." jelas Anggara seperlunya saja, tetapi apapun alasan yang diungkapkan olehnya tampak seperti dipercayai oleh gadis itu .

Kini Anggara bisa merasakan hembusan nafas milik gadis itu, apalagi udara dibalik selimut semakin panas yang membuat mereka keringatan.

Dalam kesunyian yang mulai menguasai alur permainan ini, ia berusaha tetap sadar agar tidak lepas kendali seperti waktu itu.

"Boleh aku tanyak sesuatu?" tanya Anggara yang masih berusaha menahan diri.

"Iya."

"Kalau aku berbuat sesuatu yang mengecewakan, apa yang bakal kamu lakukan saat ini?"

"Belum tahu, memangnya ada apa?"

"Kamu mau gak janji sesuatu hal samaku sekarang?"

"Maksudnya?"

"Kamu bantu aku tapi Janji gak bakal teriak, maukan?" tanya Anggara yang mulai terdengar aneh bagi Sarah, tetapi karena memang ia sangat percaya pada anggara dan berhutang budi banget akhirnya ia mengiyakan saja.

"Kamu mau selingkuh ya? atau gimana rupanya biar aku bantu sekali saja."

"Bukan itu maksudku, Rah."

"Jadi?"

Anggara terdiam sejenak, ragu rasanya bila ia harus berterus-terang pada Sarah tetapi nafsunya saat ini sulit untuk dikontrol.

"Kamu bisa bantu aku dengan cara gak perlu teriak ataupun bergerak dari sini."

"Kamu mau ngapain, Angga?" tanya Sarah yang mulai panik, tetapi ia masih berusaha berbisik agar tidak terdengar siapapun.

"Aku udah dewasa, pasti kamu ngerti rah."

"Tapi kamu udah janji gak bakal jadi kayak dia." Kini Sarah mulai ketakutan, suaranya hampir tidak terdengar ditelinga Anggara.

"Aku gak bakal teriak untuk balas budi tapi aku bakal benci sama kamu, kalau kamu mau melakukannya." ancam Sarah yang kini buat Anggara ragu.

Tetapi sialnya Anggara malah sudah terlanjur berharap dan sulit untuk menghentikan nafsunya yang membara saat ini, tanpa basa-basi ia langsung memasukkan tangannya kedalam baju tidur Sarah lalu meraba-raba bagian perut gadis itu.

Sarah berusaha menepati janjinya, ia menutup mulutnya sendiri dalam kegelapan dibalik selimut dan tidak menghentikan niat Anggara sama sekali.

Tetapi dalam hatinya, ia bersumpah akan mengutuk Anggara setelah ini semua selesai.

Sementara Anggara mulai membuka kancing baju tidur Sarah , memang ia tidak bisa melihat apapun tetapi ia sedikit lebih bebas memuaskan hasratnya.

"Aku akan membencimu seumur hidup kalau kau sampai membuka braku, Angga." ancam Sarah lagi, tetapi sama sekali tidak didengar oleh Anggara seolah-olah ia sudah kehilangan akal.

Ia langsung melepaskan kancing bra sarah yang ada dibelakang sampai bra itu longgar, lalu ia genggam erat dua benda kenyal itu untuk memuaskan hasrat dan keingintahuannya selama beberapa saat.

Untung saja ia tidak bertindak terlalu jauh dan kembali memasangkan bra sarah setelah menghabiskan waktu beberapa menit disana dan tak lupa pula ia kancing kan kembali baju Sarah.

Tetapi rasa penasarannya tidak sampai disitu saja, ia langsung melirik bagian bawahnya Sarah dan memasukkan tangannya kedalam bagian kewanitaannya Sarah dengan amatiran.

Tetapi meskipun begitu, perbuatannya sudah cukup membuat gua Sarah yang digelitiknya membuat gadis itu bergoyang tak karuan.

Sarah berusaha tidak teriak , rasanya ia ingin mati saja saat ini ketika melihat dirinya sedang dipermainkan secara tidak berharga bagi kakak dan adik ini .

"Kenapa harus aku?" mungkin hanya itu saja kata yang terucap dibatinnya dengan air mata kepedihan.

Anggara mulai merasakan kenikmatan sensasional saat gua sarah mulai basah seperti waktu itu, tetapi rasanya ini sudah sangat nikmat bagi remaja pubertas sepertinya ditambah lagi benda miliknya mulai berdiri.

Tanpa perduli perasaan Sarah, ia memasukkan secara paksa tangan Sarah kedalam celananya sampai tangan gadis itu menyentuh benda miliknya yang sudah tegang.

Sarah mulai panik, tetapi disaat ingin melepaskan tangannya mendadak saja sebuah desahan akibat tangan jahil anggara yang mulai menusuk-nusuk kedalam area pintu lubang gua miliknya.

"Aku mohon berhenti." lirih Sarah, sebenernya Anggar juga ingin berhenti tetapi ia tidak sanggup menahan adrenalinnya saat ini .

"Maaf ya sarah." bisik Anggara, ia langsung memeluk erat Sarah dengan mencengkram tangan sarah agar tetap memegang benda miliknya sampai meneteskan sebuah cairan juga.

Kini kedua benda berharga milik mereka telah banjir dan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anggara, bahkan Sarah yang tadinya menangis cuman bisa pasrah saja seperti beberapa bulan yang lalu.

Ia mulai membiarkan tubuhnya menerima rangsangan dari Anggara, bagi Sarah tetap saja perbuatan Anggara tidak berbeda jauh dengan abangnya.Kini ia paham istilah mengenai darah lebih kental daripada air.

"Kamu sudah banyak basah , kita hentikan saja." ucap Anggara yang sudah puas dan langsung menyudahi segalanya karena ia juga tidak mau berlebihan.

"Aku gak mau melihatmu lagi." ketus Sarah yang sudah kecewa berat.

"Aku bakal nerima kebencianmu sekarang, maafin aku." Anggara mencium keningnya, lalu merapikan dirinya kembali.

"Aku akan bertanggungjawab kok setelah lulus SMA, aku janji gak akan lari seperti dia." ucap Anggara penuh yakin sebelum akhirnya ia pergi dari sana.