webnovel

Hari Yang Dinanti

Kali ini ega tidak ingin mengulangi kejadian yang dulu, ia mengikuti bimbingan ustad dengan antusias dan bersemangat, dia diam dan memperhatikan setiap nasihat yang diberikan, berbeda dengan hesti ia justru terus bercanda dengan kawan disebelahnya.

Setelah acara selesai mereka masuk kepada sesi foto, hesti berpose disamping ega, mereka terlihat begitu ceria, itu adalah acara terakhir dan semua siswa diperbolehkan pulang.

Ega dan hesti bersama menuju ruang kelas untuk mengambil tas, mereka pun segera pulang bersama, disepanjang perjalanan terus mengobrol

"Ga, kamu tadi serius banget sampai nggak sadar kan kalau ada yang memperhatikan" kata hesti

"Haa, maksudnya?" jawab ega

"Cowok yang kemaren nabrak kamu tuh" jawab hesti sedikit menggoda

"Masa'sih, aku malah nggak tahu dia duduk di sebelah mana" jawab ega

"Astaga kamu nggak ngelihat dia??" tanya hesti

Ega hanya menggelengkan kepalanya

" Dia duduk di samping kanan agak mojok,pas banget view nya langsung berhadapan dengan kamu"kata hesti menjelaskan

"Mungkin dia memperhatikan kamu hes, bukan aku" jawab ega

Terdengar suara beberapa pria dari arah belakang seperti sedang membicarakan sesuatu, ega yang tepat didepannya tetap cuek dan tidak merasa terganggu.

Tiba tiba seorang pria berjalan mendekat dan menghentikan langkah ega,

"Hay ga, kenalin aku Ama" kata pria itu sambil menjulurkan tangannya sembari mengajak berjabat tangan.

Ega kaget dan diam sejenak memandang pria itu, ega masih jutek, namun ega tetap berusaha ramah.

"Ega" jawab nya sambil membalas jabat tangan dari pria itu.

Hesti hanya tertegun melihat pemandangan itu.

Ega menyeret tangan hesti dan melanjutkan perjalanannya.

"Astagaa gaaaa,, dia pria yang tadi kan,betul dia" kata hesti

Ega hanya memandang wajah sahabatnya itu tanpa berbicara apapun.

Hesti masih terus berbicara tapi ega enggan untuk menjawab nya sehingga hanya terdiam.

"Ga, kamu jadi mudik?" tanya hesti

"Jadi dong, besok pagi aku berangkat" jawab ega

"Hati hati ya dijalan" sambung hesti

Ega hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka berpisah di kost hesti, ega berjalan sendiri menuju mess.

Sesampai nya di mess, ega segera menemui ibu nya didapur,

"Buk, besok kita berangkat jam berapa?" tanya ega tidak sabar.

"Pagi jam sembilan nak, ayo bantu ibu beberes barang bawaan",pinta ibu nya

Mereka berdua membereskan barang bawaan, mulai dari pakaian dan makanan.

Ega sudah mempersiapkan pakaian lebaran untuk diberikannya kepada nenek.

" Pakaian ini pasti cocok untuk nenek" gumam ega sembari menjereng pakaian itu.

Mereka segera menyiapkan semuanya dan memasukkan ke dalam mobil.

"Siapp,besok tinggal berangkat"kata ega

Ega beristirahat sejenak setelah lelah packing, dia merebahkan badannya diatas kasur.

Tiba tiba hp nya berdering sebuah pesan telah masuk

" Hallo ga, kamu lagi ngapain?"isi pesan itu

Ega baru menyadari ternyata yang menelfon dan mengirimi nya pesan selama ini adalah Ama pria yang tadi siang berkenalan dengannya.

Sebetulnya ega tidak menaruh rasa apapun dengan lelaki itu, bahkan untuk berteman dengan nya pun ega masih ragu.

Ega hanya membuka pesan itu tanpa membalasnya, namun dalam benaknya

"Darimana dia dapat nomor telpon ku?"

Ega langsung teringat ilham

"Awas aja kamu ham, kalau sampai kamu yang ngasih nomer aku ke dia" gumam ega

Ega tidak mau ambil pusing masalah itu, fokusnya hanya besok dia begitu bahagia karena akan mudik.

Waktu yang dinantikan telah tiba,

Ega sudah mandi dan berdandan rapi lebih awal bahkan dari ibu nya

"Buk, aku udah siap ayo berangkat" kata ega

Ibu dan vika melongo melihat kegesitan ega pagi itu, mereka akan mudik selama seminggu.

Tidak seperti biasanya yang selalu bertengkar pagi itu ega membantu adiknya menyiapkan diri.

Akhirnya mereka selesai bersiap, bapak ega yang siap paling awal karena memang tidak perlu berdandan.

"Bapak sudah menunggu di mobil, ayoo buk cepat" kata ega

Mereka berlari kecil dan segera masuk ke mobil.

Sebelum berangkat bapak sudah memastikan mematikan semua aliran listrik hanya teras yang menyala dan mencabut regulator kompor mengunci kamar dan rumah.

Mereka pun siap berangkat.

Butuh waktu 6 jam untuk sampai di desa, itupun waktu biasa kalau nuansa mudik lebaran seperti itu mereka bisa setengah hari di perjalanan.

Karena jalanan yang macet menjadikan mereka sering beristirahat di pom bensin.

Cuaca benar benar sangat panas, membuat vika membatalkan puasa.

Dengan cuaca yang sangat panas dan jalanan macet membuat kesabaran mereka di uji di hari terakhir puasa.

Ega berusaha tidur supaya tidak merasa capek.

Ia terbangun ketika telah mendekati desa nya

"Wahhh masih tetap asri"gumam ega membuka jendela mobil lebar lebar, semilir angin pesisir menyapa wajahnya.

Banyak pemudik lain yang melewati jalan itu sehingga sangat ramai.

Desa ega termasuk daerah pesisir dekat dengan pantai dan sangat banyak pohon kelapa disekeliling jalan raya, jalanannya meliuk naik dan turun.

Akhirnya setelah sepuluh jam perjalanan ega dan keluarga nya sampai di tempat tujuan.

Bapak nya segera memarkirkan mobil nya di pekarangan rumah disana sudah ada nenek dan kerabat yang telah menunggu.

Ega dan keluarga nya disambut hangat oleh nenek dan semua kerabat.

Ega berlari menuju nenek nya dan segera memeluk nenek kesayangannya itu, mereka saling melepas rindu, nenek sampai menangis haru.

Kemudian ega menyalami semua kerabat yang telah datang, mereka segera masuk ke rumah dan melanjutkan bercengkerama di dalam rumah.

Ibu mulai membuka oleh oleh yang dibawa dari kota untuk dibagikan kepada kerabat yang telah datang.

Untuk adik keponakan ega semua dibelikan baju lebaran, mereka tampak senang mendapatkannya.

Karena sebentar lagi akan maghrib semua kerabat akhirnya pulang, ega dan keluarga segera menyiapkan menu berbuka puasa, di jalan ibu sudah membeli beberapa lauk sehingga tidak perlu memasak lagi.

Mereka bekerja sama untuk menyiapkan makanannya, semua lauk dipindahkan ke piring yang telah disediakan nasi dan kolak tak lupa buah kurma, mereka juga membuat es teh untuk menghilangkan dahaga seharian perjalanan mudik.

Sembari menunggu berbuka puasa ega dan keluarga nya bercengkerama.

"Nenek sehat sehat saja kan?" tanya ega

"Iya nak, nenek sehat setiap hari paklekmu selalu mengunjungi nenek" jawab nenek

Paklek adalah adik ibu ega, rumah nya agak jauh dari rumah nenek, tapi setiap hari selalu mengunjungi nenek, begitu pun dengan kerabat yang lainnya.

Ega pun menjadi lega dan tenang.

"Dug dug dug" akhirnya yang dinanti pun datang waktu nya berbuka puasa

"Alkhamdulillah buka" bersorak serempak,

Ega segera meminum es teh yang telah ia siapkan di gelas sedari tadi

Glek glek glek "alkhamdulillah" seru ega dengan senyum lebar.

Mereka pun makan bersama untuk pertama kali nya setelah kepergian mereka ke kota.