Saat itu Semarang begitu terik sampai-sampai setiap orang yang bepergian harus menggunakan masker atau payung demi melindungi diri dari sinar matahari yang begitu menyengat. Rasanya jarak Semarang dan matahari lebih dekat daripada jarak planet mars dan matahari. Alin masih berada di depan gereja blenduk, berkali-kali ia melihat jam yang melingkar di tangannya. Akibat Sam yang tak kunjung datang, naga yang mendiami perut Alin berteriak-teriak.
"Heiiii yoo...nona manis dengan keringat yang mengucur di dahinya" Suara lelaki berat lelaki yang sering Alin dengar mengagetkannya sampai payung yang melindunginya dari terik mentari terjatuh.
"Oolaaaaa..Sam bocahhh tua nakalllll" Alin yang sudah memendam rasa jengkelnya meluapkan dengan cara memukul-mukul tubuh besar Sam.
"Aduhh aduh sakit" Sam menyeringai.
"Rasain, siapa suruh lama banget datangnya.. mana cuacanya panas banget, tega kamu Sam" Ucap Alin sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Maaf tadi aku ada urusan sama temenku Lin, maaf ya Alin cantikku" rayu Sam.
"Ih jijik banget aku dengernya" Alin memutar bola matanya.
"Sama aku sendiri juga jijik hahaha"
"Bocah edan"
"Yuk makan sayang!" ucap Sam sambil menggandeng tangan Alin.
Sam menggandeng Alin menuju tempat makan Sate dan gule kambing 29 belnduk yang berada di depan gereja blenduk. Tempat makan yang terkenal di Semarang dan rasanya juga enak. Mereka berdua memesan menu yang sama, karena mereka juga memiliki selera yang sama. Sate campur, balungan dan tidak lupa minumnya es jeruk.
"Oh iya Sam, katanya tadi ketemu teman.. siapa ? Farhan?" tanya Alin sambil mengaduk es jeruk yang ia pesan.
"Bukan, temen SMA dulu" jawab Sam singkat.
"Lalu siapa?" tanya Alin penasaran.
"Neina"
"Neina?"
"Itu dia tanya tentang jam jadwal ibuku, karena ibunya menderita sakit yang cukup serius di bagian telinganya"
"Oalah.. begitu"
"Kamu mau cemburu ya tadi??" ejek Sam.
"Hah apaan sih, orang cuman tanya" Alin memutar bola matanya. Sam yang melihat tingkah Alin hanya tersenyum dan melanjutkan memakan sate kambing di hadapannya. Alin memang sangat lucu ketika ia malu rona wajahnya berubah menjadi kemerah-merahan bagaikan tomat yang baru matang siap untuk di panen.
***************
Matahari sudah tidak seterik tengah hari tadi. Sam dan Alin sudah akan kembali ke rumah masing-masing mengingat besok sudah masuk kuliah dan juga harus belajar. Sam berniat untuk mengantar Alin pulang menuju rumahnya, ia sudah menyiapkan dua helm untuk Alin dan untuk dirinya sendiri. Alin dengan senang hati diantar pulang menaiki vespa hitam milik Sam. Alin merasa nyaman memeluk tubuh besar Sam dari belakang aroma parfumnya yang kalem membuat Alin nyaman bersandar di punggung lelaki bertubuh besar itu.