webnovel

Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran

12 tahun yang lalu seperti mimpi buruk seumur hidupku. Meski sudah begitu lama, bayangan itu masih sangat jelas. Tepat saat peluru menembus kepala temanku, lalu dia terjatuh di depanku. Bingung, takut, dan entah perasaan apa lagi yang bercampur aduk di kepalaku. Aku tidak tahu harus bagaimana saat itu, hanya menangis. Setelah 12 tahun kejadian itu berlalu, setiap kali bayangan itu muncul, perasaan yang sama masih aku rasakan. Aku seolah tidak bisa mengubah apa pun, meskipun kejadian itu berulang kali terjadi di depanku. . . Aku menyusuri jalan setapak menuju bagian ujung. Dingin dan gelap tanpa penerangan, ditambah dinding kayu yang dibuat mengitari tempat ini menghalangi cahaya luar yang masuk. Sesampainya di satu bagian aku meletakkan buket lily putih yang sudah aku bawa, tepat di atas sebuah batu marmer putih bertuliskan nama ‘Zie’. “Aku pulang,” lirihku. Aku duduk di sampingnya, mengeluarkan beberapa kue dan dua buah susu kotak kesukaan kami. “Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kamu baik? Apa kamu makan teratur?” aku mengusap nisan itu lembut. “Tunggu aku,” bisikku. ____________________________ Tsabitha And The Naughty Cat ************************ Updates at 08.00, 11.00 dan 20.00 WIB ************************ #Meet me on instragram: bluehadyan

dewisetyaningrat · Fantasy
Not enough ratings
401 Chs

Hati-hati

Aku mengangguk, "Iya, kau benar. Dia adalah seniorku," jawabku mantap, "Dua belas tahun lalu, aku bolos jam pelajaran. Dia akan selalu mencariku, ketika tak mendapati aku berada di dalam kelas. Waktu itu, dia datang dengan membawa roti dan susu kotak. Kami biasanya makan bersama di taman, di depan taman kanak-kanak yang ada di samping sekolahku," seperti menantang untuk membuka luka lama, aku malah menceritakan hal ini pada Naar.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, hingga Antonie datang ke taman itu dan membunuh tiga orang yang ada disana. Tragedi itu layaknya mimpi buruk yang aku alami seumur hidupku, yang berusaha aku sembunyikan. Aku tidak mau orang lain melihat kelemahanku. Karena setiap aku mengingatnya, aku seperti berada di titik terendah hidupku," aku menghapus air mata yang entah sejak kapan membasahi pipiku. Aku tidak peduli jika saat ini, orang-orang yang ada di sekitar sedang melihat ke arah kami.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com