webnovel

Trouble Is A Friend

Menjadi sebatang kara dan di asuh oleh Tante dan juga Om nya adalah sebuah masalah besar untuk hidupnya. Setelah hartanya habis oleh Tante juga Om nya dia dijadikan wanita malam yang pekerjaannya harus melayani setiap malam di Club. Hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang ingin selalu berbalut kemewahan juga untuk memenuhi puteri semata wayangnya yang selalu ingin tampil mewah dihadapan teman-temannya. Malam itu bukan malam pertama kalinya dia menjadi wanita malam yang harus melayani seseorang. Setelah berhasil kabur seperti biasa dari laki-laki tua itu, ia malah terjerumus laki-laki lain, masih muda dan dia mengenalnya. Namun dia tidak bisa kabur seperti biasanya. Bagaimana hidup rumitnya berjalan? Sampai dia harus tinggal bersama laki-laki muda itu dan dia disebut ancaman juga sebuah keberuntungan karena adanya dia sudah seperti memiliki asisten pribadinya.

romamanurung · General
Not enough ratings
34 Chs

Suapan

"Pipi Lo kenapa?"

"Hah kenapa emang?"

"Merah gitu, kayak bekas tamparan," ucap Arsen sambil meneliti wajah Natasha.

"Ah itu tadi disekolah," ucap Natasha sembari gelagapan.

"Di sekolah kenapa?" tanya Arsen sedikit khawatir.

"Sok khawatir gitu."

"Gue tuan Lo, Lo asisten gue. Gue berhak lah ngehawatirin Asisten gue."

Natasha menghela napas. "Di tampar gara-gara gue dianterin ke sekolah sama penjaga Lo."

"Siapa yang nampar?"

"Dita, sepupu gue. Dia suka sama Lo."

"Kalo Lo suka gak sama gue?" tanya Arsen sedikit menggoda Natasha.

"Ih, jadi genit gitu."

Arsen tertawa kecil setelah menggoda Natasha. Ia benar-benar merasakan seseuatu yang berbeda ketika bersama Natasha, ia merasa sudah lama mengenal Natasha. Melihat mata Natasha, ia seperti meneliti jauh seseorang. Yang entah ia juga tidak tahu siapa.

Natasha membawa sepiring nasi berisi lauk pauk. Ia baru selesai membereskan ruang music milik Arsen yang super buluk itu. sepertinya jarang dipakai. Dan ia juga membersihkan ruang perpustakaan yang ada di apartemen Arsen, buku-buku tertata rapi namun terhinggapi debu yang cukup mengganggu pernapasannya saat membersihkan.

"Nih buat Lo," ucap Natasha.

"Ntar, gue lagi main game."

"Heh… penjaga yang diluar bilang Lo belum makan dan Lo jarang makan, cepet makan! Badan kurus krempeng gitu."

"Ganggu banget sih Lo. Terserah gue, mau makan mau enggak, kenapa Lo yang sensi sih, nyokap bokap gue aja gak peduli gue makan apa enggak," jawab Arsen sengit.

"Yaudah kalo gak mau gak usah marah-marah," Natasha sedikit tersinggung dengan ucapan Arsen barusan. Ia diberi tahu Aryo asisten pribadi Arsen yang begitu dekat dengan Arsen, katanya Arsen meskipun otoriter dia baik, dia kadang perhatian pada orang-orang didekatnya meski tak begitu ditujukan, dan point yang paling membuat Natasha tak sangka Arsen kesepian, dia selalu merasa bahwa dia tidak dipedulikan orang tuanya.

Arsen melihat mata Natasha berkaca-kaca. Dia sungguh tak bermaksud menyakiti Natasha, namun dia juga tak biasa di suruh-suruh seperti itu.

"Sini gue makan," ucap Arsen kemudian.

"Lo bilang kan gak mau, biar gue kasih ke Aryo aja."

Natasha berlalu dari hadapan Arsen.

Aryo ini seumuran dengan mereka, dia anak dari asisten papanya. Mereka sudah seperti saudara, mengabdi untuk keluarga Arsen cukup lama. Aryo juga sekolah namun dia lebih ke private karena selain sekolah dia harus bersama Arsen menjaganya. Aryo satu-satunya orang yang dipercaya Arsen dan orang yang mengerti Arsen, meski tak jarang Arsen memarahinya ketika moodnya sedang buruk.

"Eeeh… Lo bikin ini buat gue kan?"

"Tapi Lonya kan gak mau."

"Suapin," ucap Arsen tiba-tiba sambil nyengir kuda juga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tidak tahu kenapa bisa berucap seperti itu.

Natasha ingat sekali Aryo bilang Arsen sedari kecil memang kurang perhatian orang tuanya. Dia bahkan tak pernah melihat Arsen di gendong di suapin makan oleh ibunya. Yang ia tahu Arsen selalu sendiri atau paling bermain dengannya. Bahkan Aryo ingat ketika bermain di taman ada seorang anak kecil yang kala itu seumuran dengannya sedang disuapi ibunya. Arsen saat itu terlihat sekali ingin diperlakukan seperti itu oleh ibunya.

Natasha menyendokan nasi itu dan mengambil lauknya, lalu ia sodorkan depan mulut Arsen. Arsen melihat Natasha intens, ia tadi hanya keceplosan dan sama sekali tak berharap akan disuapi Natasha.

"Aaaa…"

Arsen pun memakannya. Ia menjadi canggung sekarang.

Natasha menarik lengan Arsen, duduk disofa yang menghadap televisi. Stik game yang berada di karpet bulu bekas main Arsen di gesernya.

Natasha kembali menyuapi Arsen. Arsen menerima setiap suapan itu. Rasanya sangat nyaman.

***