Hari sudah semakin malam, udara pun sudah mulai sangat dingin. Tidur di Apartemen adalah pilihan, karena jika pulang ke Mansion bukan pilhan yang tepat. Mata Natasha bahkan sudah sangat mengantuk, apalagi besok sekolah. Recananya sebelum jam enam pagi, mereka sudah harus berada di Mansion.
"Tidur bareng?"
PLAK...
Tamparan dari Natasha begitu terdengar nyaring. Tamparan itu mengenai lengan atas Arsen. Arsen mengusap-usapnya karena perih.
"Main keplak-keplak aja."
"Ngomong tuh dijaga!"
"Rumah tuh yang dijaga, masa gue harus nyewa bodyguard buat omongan gue," ujar Arsen.
"Bodo amat! Gue udah ngantuk, besok kita harus sekolah. Jadi... selamat tidur!!!"
Natasha mencari pintu kamar yang dulu Ia pernah tidur disitu, sedangkan Arsen menggelengkan kepalanya. Padahal tadi dia hanya bercanda saja. Tapi kalau iya pun tidak masalah. He..he...
***
Untung saja Aryo cepat-cepat membangunkan Natasha kalau tidak hari ini Natasha akan kesiangan ke sekolah. Akibat dari malam hari itu membuat Natasha telelap menjelang pagi. Arsen juga kesiangan. Bahkan dengan susah payah untuk dibangunkan.
Reza mengetahui hal ini yang tentunya laporan dari Aryo. Dia tidak melakukan apapun, biarkan saja di sangat yakin kalau Natasha bisa mengatasi Arsen.
Sebuah roti sandwich masih dipegangnya, Natasha terburu-buru karena Arsen sudah lebih dulu masuk mobil. Sarapannya dengan rencana akan dimakan di mobil saja.
Aroma mint dalam mobil menyeruak masuk indera penciuman Natasha. Suasananya sangat tenang dan menyejukan apalagi pendingin mobil yang menyala menyisir gerah karena tadi Natasha sedikit berlari untuk memasuki mobil.
Sebuah kotak makanan warna putih trasparant itu Natasha serahkan pada Arsen. Membuat Arsen melirik Natasha yang sedang susah payah membuka tasnya untuk disimpan dipangkuannya. Selesai Natasha berbenah, Arsen menyerahkan kotak makanan itu.
"Udah sarapan emangnya?"
"Bukain!" titah Arsen.
"Manja banget sih, tinggal buka aja," cerocos Natasha mengomel.
Arsen mengedikan bahunya tak peduli, toh Natasha adalah asistennya.
Tak lama kemudian sampai di sekolah. Cewek cantik dengan riasan yang cukup terlihat kalau dia berdandan sedang menunggu di lorong sambil tersenyum. Siapa lagi kalau bukan Sheryl. Padahal sepertinya Arsen sama sekali tidak peduli dengan kehadirannya.
Tepat lima meter Arsen melewati Sheryl yang terlihat oleh Natasha seperti melongo tak percaya kalau Arsen seperti sama sekali tak melihatnya. Natasha mengulum senyumnya. Ia ingin tertawa sebenarnya. Tapi kalau terdengar sedikit saja oleh Sheryl pasti cewek itu akan mengamuk pada Natasha.
"Heh pembantu," panggil Sheryl sedikit berteriak, bukan Natasha yang menoleh melainkan Arsen.
"Manggil gue?" tanya Arsen dengan tatapan tajam.
"Gue manggil pembantu lo," jawab Sheryl berjalan mendekati Arsen.
"Natasha asisiten gue, bukan pembantu," jelas Arsen, terlihat tak terima Natasha disebut pembantu.
Siapa bilang Natasha pembantu. Menjadi asisten saja malah terkadang tanpa sadar menyuruh Arsen dan tak segan membangkang. Apa yah sebutan yang tepat untuk Natasha. Nyatanya Natasha kadang mengomeli Arsen kalau tak menurut ketika waktu makan atau ketika Arsen sulit dibangungkan.
Arsen menarik tangan Natasha untuk segera pergi dari sana. Ia tak mau mendengar ucapan dari mulut Sheryl lagi. Semakin kesini semakin semena-mena, tujuan Arsen hanya ingin baik mencoba berbaur namun sepertinya diladeni malah ngelunjak. Cewek itu terlalu besar kepala hanya karena strata sosial dengan Arsen tak beda jauh. Papanya Sheryl memang client Papanya Arsen. Bahkan Arsen pernah satu ruangan dengan Papanya Sheryl, saat meeting.
***
Hi, Author Rima.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.