webnovel

Bab 30-Lembah Mandalawangi Porak-poranda

Lembah yang dijadikan monumen

bagi sakramen-sakramen

tentang peperangan

dan kematian 

yang ditulis menggunakan tetes darah 

dari orang-orang yang berada di puncak lelah

adalah lembah yang beranjak usang

bersama kisah-kisahnya yang dilanun lengang

Kematian Putri Aruna dan Putri Anila sangat memukul hati Panglima Amranutta yang posisinya makin terdesak oleh serangan-serangan Nyai Sembilang. Raja Lawa Agung ini maklum kekuatannya semakin berkurang sekarang. Untunglah Ario Langit memenuhi janjinya. Jika tidak, bisa jadi Lawa Agung hanya akan tinggal sejarah hari ini. Apalagi pasukan Lawa Agung sendiri juga makin terdesak oleh gempuran pasukan Sumedang Larang. 

Ario Langit dalam wujud Siluman Masalembu sedang berada di atas angin. Matamaha Mada dibuat tidak berkutik meski belum juga bisa dijatuhkan. Nenek gila tapi sakti itu bertahan hebat agar tidak terkena pukulan-pukulan dahsyat dari tangan dan lengan besar Siluman Masalembu. Jika melihat dari jalannya pertarungan, tak lama lagi nenek itu akan bisa ditaklukkan Siluman Masalembu. Namun sesosok bayangan yang menyerbu masuk pertempuran merubah keseimbangan dengan seketika. Siluman Masalembu terperanjat saat angin pukulan yang ditimbulkan oleh penyerang yang baru datang itu cukup dahsyat sehingga membuatnya mengurangi tekanan terhadap Matamaha Mada.

Sekar Wangi memutuskan untuk menerjunkan diri dalam pertempuran mengeroyok Ario Langit karena dilihatnya pemuda inilah yang paling tangguh di antara semua lawan dari pihak Lawa Agung. Lagipula dia memang mengincar pemuda yang tampan dan sakti ini. Dengan bantuan Matamaha Mada, Sekar Wangi yakin bisa menaklukkan Ario Langit. Jika pemuda ini bisa takluk dan kemudian bertekuk lutut pada kemolekan tubuhnya, maka dia punya pilihan yang jauh lebih bagus daripada mesti memelihara Unduh Kusuma.

Ayu Kinasih yang masih sempat melirik jalannya pertempuran antara gurunya melawan Ario Langit, melihat Sekar Wangi bantu mengeroyok Ario Langit namun dengan raut muka yang aneh. Sebagai seorang wanita, apalagi wanita yang sedang hamil, Ayu Kinasih tahu apa arti tatapan Sekar Wangi. Selain tidak rela Ario Langit tewas di tangan orang lain selain dirinya atau gurunya, 

Ayu Kinasih juga tidak rela jika sampai Ario Langit jatuh dalam pelukan wanita lain. Wanita yang hamil besar itu menjerit sekencang-kencangnya. Menambah daya serangan agar bisa sesegera mungkin menjatuhkan Galuh Lalita. Namun Galuh Lalita sangat berbeda sekarang. Kekuatan tak kasat lama makin lama makin membesar dalam diri gadis yang dibesarkan oleh Ki Sambarata di Padepokan Maung Leuweung itu.

Tanpa sedikitpun disadari, hawa sakti unik yang hanya berasal dari laut selatan di dalam tubuh Galuh Lalita tumbuh seperti bendungan yang mengalami kebocoran kecil. Sedikit demi sedikit akan tetapi lama-lama akan membesar dan tumpah ruah pada saatnya ketika bendungan itu jebol. Rupanya keanehan hawa sakti yang dimiliki oleh siluman murni Galuh Lalita berbanding lurus peningkatannya dengan lawan yang dihadapinya. Semakin sakti lawan, maka hawa sakti dalam tubuhnya akan meningkat semakin cepat. 

Saat ini, gadis itu memiliki hawa sakti dan ilmu pukulan yang cuma bisa mengimbangi Ayu Kinasih. Akan tetapi Jerit Siluman yang tanpa sengaja dikuasainya itu saja sudah mempunyai kemampuan luar biasa. Galuh Lalita hanya pernah mempelajari ilmu kanuragan tingkat tinggi dari Ayah asuhnya saja. Yaitu jurus-jurus Pukulan Maung Atirabasha. Jurus pukulan yang mendasarkan gerakan harimau. Tangkas, kuat dan cekatan. Jurus inilah yang dipergunakan oleh Galuh Lalita untuk menahan dan membalas semua serangan membabi buta Ayu Kinasih yang telah menguasai ilmu-ilmu hitam tingkat sangat tinggi seperti Badai Srengenge dan Lingsir Wengi.

Ayu Kinasih yang terpompa hebat kemarahannya akibat ikut campurnya Sekar Wangi, menyerbu Galuh Lalita dengan Badai Srengenge dan kali ini bahkan ditambahinya dengan Lingsir Wengi. Meski tahu bahwa lawannya adalah siluman yang kemungkinan tidak mempan Lingsir Wengi namun Ayu Kinasih sudah gelap mata. Dia tidak peduli lagi. Paling penting gadis ini dapat segera dijatuhkan dan dia segera bisa menghajar Ario Langit dan gadis genit Sekar Wangi.

Siluman Galuh Lalita mengerutkan keningnya begitu merasakan hawa panas luar biasa menyambar-nyambar dari setiap pukulan Ayu Kinasih. Hawa panas itu bahkan mengandung hawa aneh yang serasa menusuk-nusuk setiap lubang di tubuhnya. Galuh Lalita merasakan kesakitan yang membuatnya mulutnya menjeritkan lengkingan tinggi luar biasa. Jerit Siluman mulai dikeluarkannya. 

Ayu Kinasih ganti yang terkejut bukan main. Dia tidak menduga ternyata Lingsir Wengi mampu membuat gadis siluman terluka dan kesakitan. Namun dia juga tidak menyangka kalau luka kesakitan itu membuat si gadis siluman mengeluarkan ilmu mengerikan yang membuat telinganya berdenging parah serasa mau pecah. Pandang matanya berkunang-kunang. Tenaga dalam tubuhnya serasa disedot habis. Dan yang paling parah adalah jiwanya seolah dirambah oleh sesuatu tak kasat mata yang menbuatnya terperangkap dalam ketakutan hebat. Ayu Kinasih terhuyung-huyung sambil coba menutupi telinganya rapat-rapat.

Situasi yang tidak menguntungkan bagi murid Matamaha Mada itu karena pertahanan tubuhnya menjadi goyah sehingga satu pukulan Maung Atirabasha dengan leluasa masuk mengenai dadanya. Raungan panjang menyayat hati keluar dari mulut Ayu Kinasih yang terlempar seperti layang-layang putus. Dalam keadaan terlempar di udara itu, kesadarannya menurun secara drastis dan gadis itu jatuh pingsan karena terluka sangat parah. Sebelum tubuhnya yang tak sadarkan diri jatuh berdebum di tanah, sesosok bayangan besar tinggi menyambar tubuh Ayu Kinasih. 

Siluman Puncak Pangrango mendengus marah sambil mengebut-ngebutkan kedua lengan jubahnya yang lebar kesana kemari. Kontan saja orang-orang yang menghalangi jalan larinya ke arah Puncak Pangrango bertumbangan seperti alang-alang kering tersambar api. Baik itu dari pihak Lawa Agung maupun Sumedang Larang. Bahkan Galuh Lalita sendiri terpaksa melompat jauh menghindar karena kibasan pukulan siluman mengerikan itu terlalu berbahaya dan mematikan.

Terdengar jeritan panjang menakutkan saat Matamaha Mada seperti terbang melakukan pengejaran terhadap Siluman Puncak Pangrango yang membawa lari tubuh muridnya yang terluka parah.

"Mau kau apakan muridku, silumaaaannn!!"

Sebentar saja bayangan Siluman Puncak Pangrango lenyap dari pandangan orang-orang. Hanya terdengar gema suaranya yang berat dan kasar menjawab teriakan Matamaha Mada.

"Aku ambil muridmu menjadi muridku, nenek gila! Bayi yang dikandungnya ini memiliki kekuatan siluman yang luar biasa! Aku akan mendidik keduanya menjadi manusia siluman yang tak tertandingi!"

Matamaha Mada menghentikan pengejarannya. Percuma mengejar siluman yang sebenarnya karena dengan mudah Siluman Puncak Pangrango bersembunyi di alam lain yang tak mungkin bisa dijangkaunya. Nenek itu sekali lagi menjeritkan kemarahan lalu membalikkan tubuh menyerbu Ario Langit yang berdiri mematung dengan rasa bersalah luar biasa di hatinya. Ayu Kinasih bersama anak kandungnya diculik dan diambil oleh Siluman Puncak Pangrango. Dia bisa saja mengejar siluman itu untuk berupaya merampas kembali Ayu Kinasih namun pandang matanya tadi sempat beradu dengan tatapan Galuh Lalita yang sudah menjadi wujud manusianya kembali. Ario Langit langsung memutuskan tidak melakukan pengejaran. Dia harus bersama-sama Galuh Lalita seperti janjinya kepada Ibunya.

Tepat di saat itu terdengar jeritan lemah Arawinda. Ario Langit menoleh dengan mata terbelalak hebat!

---