webnovel

Merayakan Kemenangan

"Ryuna???? baru pulang???" tanya Safira saat melihat adik iparnya memasuki rumah.

tak ada jawaban, Ryuna dengan wajah lesu ia mengabaikan Safira berjalan menuju kamar yang telah disiapkan untuknya selama berada di Indonesia.

"hei, ada masalah???" tanya Ryuji mencegat langkah kaki Ryuna

Ryuna memeluk erat tubuh kekar Ryuji membuat kakak kandungnya itu semakin tak mengerti, Safira dan Ryuji saling pandang dan memikirkan hal yang sama.

"kemarilah, apa kamu menemui kesulitan??? Jacky mengganggumu lagi??? atau ada orang yang mengusikmu??" Ryuji kembali memberondong pertanyaan pada Ryuna sembari memapahnya duduk di sofa ruang keluarga.

Safira membawakan segelas teh hijau hangat dan memberikanya pada Ryuna. Gadis cantik bertubuh langsing itu mulai berbicara setelah meneguk teh hijau buatan kakak iparnya.

"kakak, apa yang harus aku lakukan jika aku berbuat kesalahan???" jemari lentik milik Ryuna menggenggam erat cangkir teh dan ia hanya tertunduk

"minta maaf lah." jawab Ryuji

" aku sudah melakukanya, tapi kesalahanku sangat fatal. aku membahayakan nyawa seseorang dua kali berturut- turut." ujarnya yang disusul dengan genangan air mata di pipinya yang mulus.

"apa yang kamu katakan Ryuna??" sahut Safira tak percaya

perlahan Ryuna menceritakan tentang apa yang dialaminya selama dua hari terakhir, bagaimana ia mencelakai Arthur, keadaan Arthur, kemarahan Silvi dan perasaan bersalah yang menenggelamkanya dalam lautan penyesalan.

Ryuji memeluk erat adiknya yang tangisnya semakin menjadi, Safira mencoba menenangkan Ryuna dengan mengatakan hal hal baik tentang sikap Silvi dan Arthur.

meski awalnya sangat sulit ditenangkan, akhirnya tangis itu pun terhenti sesaat setelah Safira mengungkapkan rencananya berlibur.

"benarkah??? aku boleh mengajak Arthur??" tanya Ryuna pada kakak dan kakak iparnya.

Ryuji dan Safira mengangguk menyetujui itu.

"apa Silvi juga akan ikut??" tanya Ryuna

"hmmmm .... apa boleh kakak ajak Silvi??" Safira kembali bertanya pada Ryuna yang sepertinya keberatan dengan adanya Silvi ditengah - tengah liburan mereka.

senyum itu merekah indah menghiasi wajah cantik Ryuna, ia mengangguk antusias dan berkata. " tentu!!, dengan begitu aku juga akan lebih muda minta maaf padanya. aku tahu sikap Silvi seperti itu karena memang sikapku pada Arthur bisa mengancam jiwanya." ujar Ryuna

****

drrrt.....

drttt....

ponsel Arthur bergetar beberapa kali, mengusiknya yang sedang sibuk memeriksa tumpukan berkas di atas mejanya.

"Halo?.... " tanpa melihat siapa yang menelfonnya, Arthur menjawab panggilan telepon itu.

"halo, aku Safira. kuharap aku tidak mengganggumu." jawab seseorang diujung telepon.

Arthur menghentikan pekerjaanya, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya. bibir tipis yang merah bagai buah ceri itu perlahan menyingsing membentuk senyum menawan khas para pangeran Eropa.

"kau tidak menggangguku, tapi apa suamimu tidak akan marah kau menelfonku diwaktu seperti ini?" tanya Arthur dengan nada suara yang lembut.

"ah, tidak dia sedang berada di ruang kerjanya dan dia tahu aku menelfonmu."

kalimat itu membuat senyum Arthur semakin mengembang, tak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan tapi mimik wajahnya menggambarkan kebahagiaan yang telah lama ia rindukan.

"hmmm... oh ya ada apa kau menelfonku larut malam begini?." tanya Arthur lagi

"aku hanya ingin mengajakmu berlibur lusa, bersama dengan Ryuji, Jacky, Ryuna, dan Silvi. tentunya jika kau tidak sedang sibuk." jawab Safira.

"hmmm... ku kira aku tidak sibuk, tapi apakah yang lain setuju jika aku ikut berlibur??? daan apa ada hal yang menggembirakan hingga kau mengajak ku berlibur??"

"ya.... perusahaanku dan perusahaan Ryuji telah melewati masa sulit, jadi aku ingin merayakan itu bersama kalian."

Arthur kembali tersenyum, ia beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di balkon apartemen miliknya melihat hamparan kemerlap lampu yang menghiasi kota Jakarta.

"baiklah aku akan datang." ucap Arthur setelah menarik nafas panjang.

tak lama panggilan telpon itu berakhir, Arthur masih berdiri memandangi lalu lalang kendaraan di jalanan yang berada tepat di depan apartemennya.

setelah hampir setengah jam ia berdiam diri dan tersenyum mengingat panggilan telepon Safira, ia kembali mengeluarkan ponsel pintar miliknya dan menghubungi seseorang.

"batalkan semua janjiku untuk lusa, kosongkan jadwal pekerjaan dan minta leon menyiapkan keperluanku untuk keluar rumah." titahnya pada seseorang diujung telepon.

****

Silvi mengerjapkan matanya beberapa kali saat ia mendengar pintu apartemenya diketuk dengan sangat keras ditengah malam seperti ini.

ia terus merutuki seseorang yang mengganggu istirahatnya, bagaimana tidak setelah seharian ia disibukan rangkaian persiapan peragaan busana, baru 2 jam yang lalu ia bisa memejamkan matanya dan sekarang ada orang gila yang menggedor pintunya dengan sangat kencang.

"hentikan!!! pintu rumahku bisa jebol, dan bel rumahku bisa rusak jika kau melakukan hal bodoh ini terus!!" bentaknya sembari membuka pintu,

"kamu!!!!!!" pekiknya

Silvi kembali mengerjapkan matanya bahkan kini ia menguceknya kasar, seorang lelaki bertubuh atletis dan berwajah oriental khas Jepang tengah berdiri tepat dihadapanya dengan senyuman nakalnya.

pria itu menyelonong memasuki rumah Silvi tanpa permisi, ia berjalan santai dan kemudian duduk di sebuah sofa berwana merah yang berada di ruang utama apartemen Silvi.

"dasar orang gila?!! apa yang kamu lakukan?? hei... mau kulanggilkan security, huh???" omel Silvi mengekori sang dokter dari Jepang itu.

"hey aku datang bertamu, jadi buatkan aku minuman hangat. jangan mengomeliku seperti ini!" kata Jacky

"dasar orang sinting !!!, mana ada orang bertamu jam 2 pagi????"

"ada, ini aku...!" jawabnya polos

"serah!!!!, sekarang pergi dari rumahku. aku ngantuk mau tidur!!" Silvi mulai menarik tangan Jacky agar ia beranjak dari sofa tempat duduknya.

"aku tidak melarangmu untuk tidur, silahkan kalau mau tidur. aku akan menjagamu dari sini, kebetulan sofamu sangat empuk."

"kau gila!!! ini Indo bukan Jepang, aku bisa kena masalah kalau kau ada disini!" Silvi menghempaskan tangan Jacky frustasi kemudian ia membanting bokongnya ke sofa yang ada di sebrang Jacky.

"aku kemari mau menyampaikan agar kau mengosongkan jadwal mu lusa, Safira dan Ryuji mengundangmu untuk ikut berlibur bersama." kata Jacky

"haaaa.... Safira udah ketularan edan kaya kalian, seenak udelnya minta ngosongin jadwal dikira aku gak ada kerjaan???" Silvi mendengkus kesal

"yang kau bilang edan itu warga negara maju lo....sudahlah ikut aja, si kakak kelas mu yang gak bisa di pegang itu juga ikut." ucap Jacky lagi.

"gak... aku gak mau!!! aku mau tidur!!" Silvi beranjak dari tempat duduknya.

segera Jacky berdiri dan menarik pergelangan tangan Silvi, membuat mereka saling berhadapan dan berdekatan.

Jacky menatap lekat kedua manik mata Silvi yang enggan berkedip, debar jantung mereka bertautan bagai irama genderang perang. keduanya larut dalam khayalan yang mereka rajut dalam angan masing masing, perlahan Jacky mendekatkan wajahnya pada wajah Silvi. identitas lamanya sebagai seorang playboy kembali merasuki jasadnya, Jacky lupa dimana dia, siapa wanita dihadapanya, dan apa tujuan awal kedatanganya.

hawa panas menjalar keseluruh aliran darah Jacky, mengaburkan logikanya, dan kini nafsu hampir saja menguasai seluruh kesadaranya.