Masih di tengah pertarungan dalam kegelapan Kota Vashna yang mencekam...
Terdengar bunyi roket yang diluncurkan helikopter organisasi Intel di udara Kota Vashna sebanyak tiga kali. Roket-roket itu meluncur dengan kecepatan yang mengerikan menuju sasarannya, seorang penyihir yang berdiri ketakutan di area terbuka jalanan Kota Vashna.
BbdduuuuUUUUMmm!!
Ledakan dahsyat roket-roket itu ketika mengenai sasarannya.
Di sisi lain, Aroz dan Tarachri yang berhasil menghindar dari jangkauan ledakan itu kembali memperingatkan sang pilot helikopter untuk tidak bertindak gegabah atau ceroboh. Sebab, mereka saat ini sedang menghadapi seorang penyihir. Mereka tidak tahu hal apa yang akan terjadi selanjutnya jika penyihir itu berhasil lolos.
Setelah ledakan roket berdaya ledak tinggi itu usai, Aroz dan Tarachri kembali ke tempat pertarungan mereka sebelumnya. Atau begitulah sebelumnya karena area itu kini telah rata akibat ledakan roket-roket itu. Baik sang penyihir atau pun Ngoa-ngoanya telah menghilang tanpa jejak.
Aroz dan Tarachri berpencar menyusuri area ledakan di sekitar tempat pertarungan mereka tadi. Tak lama, mereka kembali bertemu ke tempat pertarungan mereka semula. Keduanya saling bertukar pandang serius lalu menggelengkan kepala karena tidak menemukan jejak pelarian si penyihir.
Aroz lalu berlutut di tempat terakhir si penyihir terakhir kali berdiri sebelum ledakan. Ia memungut sesuatu di tanah. Terlihat sebuah benda yang terlihat tak asing dalam genggamannya.
"Ini...!" Aroz tak dapat melanjutkan kata-katanya karena terkejut melihat buku itu di tangannya. Ia semakin terkejut melihat isi buku yang terlihat lusuh itu.
"Apa itu, Kak?" tanya Tarachri.
"Ini adalah buku yang berisi informasi mengenai para Penyihir," jawab Aroz sambil mengerutkan dahinya.
Aroz dan Tarachri bertukar pandangan serius. Mereka tahu apa arti dari keberadaan buku itu.
*****
Jauh dari area ledakan itu, tepatnya di ujung lorong buntu menuju pabrik terbengkalai di Distrik J-09 Kota Vashna, terlihat seorang pria berambut pirang sedang menggendong wanita berambut panjang yang berwarna sama dengannya. Wanita yang tak lain adalah Freya, terkulai lemah dalam pelukan kakaknya, Fydor.
Fydor menoleh ke arah munculnya ledakan dan menatap Freya yang tak sadarkan diri. Fydor kemudian menyentuh simbol yang ada di tengkuknya. Sebuah rantai muncul dari simbol itu, mengikat serta mengamankan tubuh Freya ke dalam dimensi Tali Besi yang berada di balik simbol di tengkuknya itu.
Fydor yang merupakan seorang Marga Gower itu memiliki ciri khas tertentu dari marganya. Yaitu adanya simbol rantai yang ada di tengkuk mereka. Simbol yang mengeluarkan tali besi panjang dengan ujung yang tajam. Tali besi itu dapat menyerap energi musuh, mengikat benda ataupun makhluk hidup dan menjerat mereka ke dalam dimensinya.
"Maafkan aku, Freya. Bagiku, ini adalah cara terbaik agar kau tetap aman," bisik Fydor pada Freya yang tak sadarkan diri.
Setelah ia mengamankan Freya ke dalam dimensi Tali Besinya, Fydor melangkah keluar dari lorong sempit itu, untuk kembali ke tempat persembunyiannya. Tetapi, begitu ia kembali ke area terbuka di jalanan distrik kota mati itu, ia segera menyingkir dan memasuki sebuah ruangan kosong di tepi jalan. Fydor berjalan dalam diam sambil memperhatikan situasi di sekitarnya.
Ia menyadari seorang pengendara motor berkecepatan tinggi berbelok tajam mengikutinya. Suara melengking yang menyakitkan telinga timbul akibat gesekan ban motornya dengan jalanan yang sepi. Tepat setelahnya, pengendara nekat itu menerobos masuk dengan memecahkan kaca jendela ruangan tempat persembunyian Fydor bersamaan dengan kakak dari Freya itu berbalik dan melarikan diri.
Wanita nekat yang mengendarai sepeda motor itu pun mengejarnya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Fydor dengan kecepatan yang menakjubkan berlari menghindar dan memanjat dinding-dinding gedung kosong di sepanjang jalan Distrik J-09 Kota Vashna itu. Sementara pengendara wanita itu mengejar tepat di belakangnya.
*****
Tak jauh di depan aksi pengejaran itu, Aroz dan Tarachri yang masih menyelidiki sisa-sisa reruntuhan bekas pertarungan mereka tadi segera menoleh ke arah munculnya suara-suara yang mendadak mengisi kesunyian malam Kota Vashna. Terdengar suara entakan kaki seseorang yang berlari dan bunyi mesin kendaraan berkecepatan tinggi dari arah yang sama. Aroz dan Tarachri mengambil posisi siaga mereka.
Seorang pria bersurai pirang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Dengan kecepatan yang menakjubkan, pria itu menebaskan pedang katananya ke arah Aroz dan Tarachri. Mereka langsung menghindar tepat pada waktunya.
Tarachri yang ingin meluncurkan serangan balasan, segera terhenti dan menghindar dari tengah jalan karena pengendara motor berkecepatan tinggi menuju ke arahnya. Tarachri mengumpat dan ingin menyerang pengendara itu namun segera ditahan oleh Aroz. Aroz mengenali pengendara motor yang nekat itu.
"Aya?" panggil Aroz.
Wanita yang mengendarai sepeda motor itu mengangguk singkat. Ia lalu mengangguk ke depan, ke arah ke mana pria yang dikejarnya kabur. Aroz mengangguk mengerti. Tarachri kemudian mengikuti kakaknya dan pengendara motor itu dalam diam.
*****
Fydor yang masih berlari berusaha menjauhi orang-orang yang mengejarnya itu terpaksa menghentikan langkahnya. Di hadapannya terbentang jurang yang sangat luas dan dalam.
'Sial! Jalan buntu,' umpatnya dalam hati.
Fydor kini pasti sudah berlari hingga ke perbatasan Kota Vashna. Ia berbalik melihat ke belakangnya. Fydor menyadari pengejarnya akan tiba kapan saja. Ia menatap jurang yang terbentang di hadapannya itu dengan ragu.
'Sial. Tak ada jalan kembali.'
Suara mesin motor mencapai pendengarannya. Fydor membalikkan badannya menghadapi seorang wanita yang baru saja turun dari kuda besinya itu. Suara melengking yang khas keluar dari balik helm yang dikenakan pengendara nekat yang tak lain adalah Ayaniu. Adik sepupu perempuan dari Aroz.
"Seorang mantan prajurit Pasukan Khusus Nusantara Lama dan seorang Marga Gower yang legendaris. Apa itu benar kau, Fydor? Iya 'kan?" tanya Aya sambil melangkah ke arah Fydor.
Wanita itu semakin mempersempit jarak di antara mereka hingga hanya menyisakan ruang sekitar dua meter bagi mereka. Aya melipat kedua tangannya di bawah dada.
"Jangan ikut campur dalam urusanku, perempuan. Walau kau seorang wanita, jangan kau kira aku segan melukaimu. Aku bisa membunuhmu jika aku mau," ancam Fydor.
Kata-katanya terdengar tajam. Setajam matanya yang terkunci pada wanita yang sedang tertawa meremehkan di hadapannya ini. Jika pandangan bisa membunuh, wanita itu pasti sudah mati tercabik-cabik karena tatapan tajam Fydor.
"Humph! Sejak kapan aku bisa terbunuh oleh lelaki sepertimu," kata Aya disela tawanya.
"Untuk ukuran wanita sepertimu, kau sombong juga, ya?" cetus Fydor. Ia mundur selangkah dan mengambil posisi kuda-kuda. Siap untuk menyerang.
"Hahaha! Tentu saja! Tidak lama lagi, dua orang dari temanku akan segera menyusul dan kau tidak akan mampu mengalahkan kami. Jadi, menyerahlah!" perintah Aya.
Mendengar hal itu, Fydor kembali berdiri tegak. Terukir senyum licik di bibir tipisnya.
"Tidak akan. Tidak akan bahkan dalam seribu tahun," kata Fydor.
Masih dengan senyum licik yang tersungging di bibirnya, Fydor melompat mundur. Terjun bebas ke dasar jurang dalam di bawahnya. Aya yang melihat kejadian yang terjadi tepat di hadapannya itu segera berlari menuju tepi jurang hanya untuk melihat kegelapan tak berujung di bawah sana. Fydor sudah tak terlihat lagi. Ia sudah menghilang bak ditelan bayangan.
"Yah... Dia kabur," keluh Aya.
Tak lama setelah itu, Aroz dan Tarachri tiba dengan napas yang sedikit terengah-engah. Mereka kemudian mendekati Aya yang sudah kembali mengenakan helm dan menaiki kuda besinya. Aroz kemudian mendekati adik sepupu perempuannya itu.
"Siapa lelaki itu, Aya?" tanya Aroz.
Tarachri melangkah menuju tepian jurang yang seolah tak berdasar itu. Ia berusaha mencari jejak-jejak pelarian Fydor dengan mata tajamnya. Tak menemukan apa pun, Tarachri menghela napas panjang kesal dan berbalik menuju Aroz dan Aya yang berbincang serius.
"Lelaki itu bernama Fydor Gower. Sisanya nanti saja aku jelaskan. Untuk sekarang, mari kita kembali ke markas," kata Aya menutup pembicaraan mereka.
Helikopter yang menjemput mereka pun juga telah tiba menyusul mereka. Aroz dan Tarachri beserta Ayaniu memutuskan untuk kembali ke markas pusat untuk membicarakan hasil temuan mereka dalam investigasi kali ini.
*****
Di kejauhan, sang penyihir yang berhasil menghindari serangan roket dari pertarungannya melawan Aroz dan Tarachri sebelumnya, tersenyum licik di balik bayangan selagi ia mengawasi perginya helikopter organisasi Intel itu.
Penyihir itu bergumam puas melihat pasukan elit itu berhasil memakan umpan yang ia siapkan. Suara misterius menggema di belakang kepalanya.
"Apa sudah berhasil kau berikan?" tanya gema suara itu. Suara itu seolah menjalar di permukaan tanah dan menggetarkan udara. Debu-debu beterbangan dari reruntuhan bangunan akibat getaran gema suara itu.
"Ya. Tentu saja," si Penyihir tersenyum lebar. Bibirnya tertarik membentuk seringai lebar.
Seringai yang membuat wajah buruk rupanya itu semakin terlihat mengerikan. Luka-luka dan lubang di wajahnya turut menambah kengerian penampilannya yang membuat siapa pun yang melihatnya akan menangis ketakutan.
"Bagusss... Bagus sekali," desis suara misterius itu. "Kalau begitu, mari kita pulang!"
*****
Sementara itu, jauh di atas udara, di dalam helikopter pasukan elit khusus, Tim Bersenjata, Aroz terdiam. Matanya terpaku pada lembaran-lembaran buku lusuh yang ada di tangannya itu. Matanya menyusuri setiap kata yang tertera di setiap lembaran kertas lusuh itu. Sementara Tarachri terus mengawasinya dari sudut matanya.
Tarachri sedikit khawatir melihat kekesalan dan kemarahan yang terpampang jelas di wajah kakaknya itu. Ia pun sebenarnya masih kesal karena hari ini ia gagal menangkap dalang kemunculan Ngoa-ngoa itu di Kota Vashna, si Penyihir. Seolah ingin menambah sakit kepalanya, mereka juga gagal dalam misi tambahan yang diberikan oleh ayah mereka. Tarachri menghela napas tajam. Merasa kesal dan frustasi.
Aroz menutup buku yang ada di tangannya itu dengan keras. Kepalanya berdenyut-denyut karena emosi dan rasa kesal yang membludak di dadanya. Aroz dan Tarachri hanya dapat menunduk kesal menahan emosi dan kekecewaan mereka.
Suasana dalam helikopter itu menjadi sangat berat. Kesunyian itu hanya dipecah oleh suara mesin dan baling-baling helikopter yang terbang kembali menuju markas pusat.
*********
Bersambung..
*Catatan*
Jika ingin Lihat berbagai Art saya, bisa Follow saya di IG. @fachri_pay55 .... Terimakasih ๐๐๐๐ฎ๐ฉ