webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · Teen
Not enough ratings
167 Chs

Eps.25

**Caffe Laury

Shea sedang menikmati makanannya bersama semua teman-temannya seperti yang di janjikan oleh Aiden

" makasih ya Den... Lo udah ngizinin kita buat ikutan " ucap Ragil, Aiden hanya tersenyum paksa

Yesaya tidak memesan satu makanan pun, karena sesungguhnya ia tak ingin ikut hanya saja disini ada Shea kekasih nya

" Lo nggak pesen makan? tanya Vino

" nggak " jawabnya singkat

" Yes, makanan nya enak Loh " ucap Ragil

" apa lagi gratis, ya nggak Sam " sambungnya

" bener banget " Samudera mengangkat ibujari nya

Shea hanya memesan minuman saja, karena ia tau bahwa Yesaya tak menyukai semua ini

" kenapa kamu nggak pesen makan " tanya Shea yang sudah duduk di samping nya

" nggak laper " jawabnya singkat

" gimana kalo selesai ini, kita makan berdua " Shea memainkan kedua alisnya naik turun, membuat Yesaya tersenyum

" ok..... " balas nya dengan bersemangat, Shea kembali menyeruput minumannya

" kamu mau " tawar Shea yang mengulurkan minuman nya pada Yesaya

Dengan senang hati, ia menerima tawaran Shea. Jadilah mereka minum secangkir berdua

" ya ampun, sakit banget mata gue liat Lo berdua " ucap Janet

Yesaya dan Shea hanya tersenyum

" seharusnya gue yang disana " gumam Aiden dalam hati

Selesai dari acara makan-makan itu, kini Yesaya dan Shea sudah berjalan berdua menuju restauran elit yang sudah di pesan oleh Yesaya

" kenapa harus disini? " tanya Shea

" nggak apa-apa, suasananya tenang " jawabnya, berjalan memasuki restauran dengan menggenggam tangan Shea yang berjalan di samping nya

" tuan muda Yesaya " sapa salah satu waiter yang datang menghampiri mereka membawa buku menu

Setelah mencatat makanan yang mereka pesan, waiter itupun meninggal kan mereka

" dia kenal sama kamu? " Shea masih nampak bingung

" ini restauran punya papa "

" papa....? "

" iya... papa Antonio "

Shea ingat apa yang di katakan Janet, bahwa ayah Yesaya sudah meninggal dan Antonio adalah ayah tirinya

" aku sama Morgan itu saudara tiri " ucap Yesaya

" papa kandung aku sudah meninggal saat aku masih di kandungan mama "

Yesaya sama sekali tak canggung menceritakan semua tentang keluarga nya di hadapan Shea.

" meskipun om Antonio bukan, papa kandung kamu tapi kelihatannya beliau sayang banget sama kamu " ucap Shea

" iya... papa Antonio memang terbaik dari yang terbaik, bahkan papa Antonio yang udah bantu mama saat perusahaan Wijaya Group terancam bangkrut itu pun tak luput dari bantuan tangan papi kamu "

" maksud nya? "

" dalam perusahaan Wijaya Group itu ada 30% saham papi kamu "

" ha....??? " Shea merasa tak percaya

" perusahaan Wijaya Group dan Perusahaan Herison sudah bekerja sama saat papi kamu masih muda... bahkan mungkin sebelum papi kamu menikah " Yesaya kembali menjelaskan

" aku juga baru tau, saat acara malam itu selesai mama dan papa menceritakan semuanya " sambung nya

Waiter sudah meletakkan makanan yang sudah di pesan oleh Yesaya dan Shea

" papi kamu sangat berjasa banget untuk perusahaan Wijaya Group "

" keluarga kami bukan apa-apa tanpa bantuan papi kamu "

Shea berusaha mencerna setiap perkataan yang di ucapkan oleh Yesaya

" terus, hubungan kamu sama Morgan gimana? "

" aku sama Morgan kelihatan seperti musuh kalo di luar rumah, tapi di dalam rumah kami juga sama aja kayak kakak adik seperti pada umumnya... hanya saja cara kami berbeda untuk menunjukkan kasih sayang kami satu sama lain "

Shea kembali tersenyum mendengar tuturan dari Yesaya.

Hari sudah mulai gelap, Yesaya sudah berdiri di depan gerbang rumah Shea

" terimakasih untuk setiap waktu yang sudah kamu kasih buat aku " ucap Shea

" aku bahagia, kalo kamu bahagia " Yesaya menggenggam erat kedua tangan Shea bahkan ia sudah mendarat kan ciuman nya di kening Shea

" jangan pernah ada kata perpisahan di antara kita berdua " pinta Shea

" kalo aku salah, tolong ingatkan aku... jangan pergi begitu saja karena salah satu dari kita akan mengalami sakit yang begitu dalam, sedalam kita saling mencintai " balas Yesaya

" I love you more..... " ucap Shea

Yesaya merengkuh tubuh mungil Shea kedalam pelukannya, bahkan sesekali ia mencium puncak kepala Shea

" you are my everything " bisik Yesaya

Perlahan Yesaya merenggangkan pelukannya, menatap lekat kedua bola mata Shea bahkan ia dapat melihat dirinya di bola mata Shea, membelai lembut bibir Shea dengan ibu jarinya perlahan tapi pasti kini bibirnya sudah menempel dengan bibir mungil yang berwarna merah mudah itu, mengecup nya dengan penuh kasih sayang bahkan tangan Shea sudah melingkar di leher Yesaya, menikmati setiap cumbuan yang di berikan pada bibir nya, dengan hati-hati Yesaya melepaskan kecupannya.

" sekarang waktunya kamu istirahat, kita akan bertemu lagi besok " ucap Yesaya

Shea kembali memeluk nya dengan erat, seakan tak ingin melepaskan nya tanpa disadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka dari kejauhan menatap mereka dengan penuh kebencian.

Shea sudah berada di dalam kamar nya, merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk memejamkan matanya dan kembali bernostalgia tentang nya bersama Yesaya

Tok Tok Tok!!!!!!

Shea langsung bangkit, membuka kan pintu kamarnya, terlihat sosok Brian yang berdiri didepan pintu kamarnya

" papi.... "

" apa papi mengganggu? "

" enggak... "

Brian berjalan masuk kedalam kamar putri nya, dan duduk di tepi ranjang menatap foto Vee di atas nakas

" makasih ya Pi, karena papi udah datang ke acara sekolah "

" iya sayang... apa sih yang nggak buat kamu " Brian memeluk putri kesayangannya

" apa ada yang mau papi omongin sama aku? "

Brian melepaskan pelukannya

" nggak ada sayang... papi hanya merindukan kamu "

" merindukan Aku atau mommy "

Brian merengkuh tubuh mungil putri nya untuk kembali berada dalam pelukan nya,

Shea hafal betul dengan sikap Brian, dengan melihat raut wajah nya saja Shea sudah menebak bahwa Brian sangat merindukan Vee, karena berada di dekat Shea sama halnya menitipkan rindunya ada Vee

" gimana kalo suatu saat aku pergi nanti, siapa yang akan papi peluk "

" Shea.... " Brian langsung melepaskan pelukannya, menatap Shea dengan tajam

" jangan pernah ngomong seperti itu lagi " ketakutan terlihat sangat jelas di mata Brian, sedangkan Shea hanya tertawa melihat wajah ayahnya

" papi kenapa sih, kan aku cuma bil- "

" pokoknya kamu nggak boleh ngomong kayak gitu... " bantah Brian dengan cepat

" terus nanti kalo aku udah punya suami, masak aku harus deket papi terus... kan kasian sama suami aku harus di madu sama mertuanya sendiri " ucapnya dengan tertawa

" jangan pernah bilang, kalo kamu akan ninggalin papi "

" Pi..... kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi di kemudian hari- "

" nggak..... pokoknya kamu nggak boleh ninggalin papi, meskipun kamu sudah menikah kamu akan tetap tinggal sama papi "

" ih papi nggak adil...kalo udah nikah, aku bukan milik papi lagi, tapi udah jadi milik suami aku "

Brian kembali memeluk Shea, jantung nya berdebar sangat kencang bahkan Shea pun dapat merasakan nya.

" papi jangan takut, papi tetap jadi cinta pertama aku... papi segalanya buat aku "

Brian semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil putri kesayangannya itu.

Anita yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar cucunya, hanya mampu menahan air mata melihat kedekatan ayah dan anak itu.

" trauma rasa kehilangan itu, ternyata masih sangat membekas di hati kamu Brian " gumam Anita dengan menyeka air matanya yang hampir kembali jatuh.