webnovel

Titik Putih

Kita ini bagaikan titik putih kecil yang menyebar di kanvas hitam. Bergerak perlahan-lahan sampai menemukan titik putih lain, membuat sebuah titik putih besar hingga kanvas hitam itu tertutup sepenuhnya oleh titik putih.

AdhistyA · Horror
Not enough ratings
6 Chs

Tragedi1 Bagian ke-1

Pagi itu, seorang gadis sedang duduk bersender ditembok didepan ruang administrasi dengan laptop berada dipangkuannya, mencari wifi untuk mengunduh serial anime yang sedang ia tonton.

Walau masuk kelas siang dan hanya satu mata kuliah pada hari itu, tapi tak membuat gadis berbadan kecil dan kacamata bulat yang sedikit turun itu malas, justru semangat karena dapat mengunduh banyak dari mulai serial anime hingga serial televisi barat.

Gadis itu ̶Rena Mahestri, masih setia dengan situs unduh anime yang selalu menemani hari-harinya, tanpa sadar sebuah suara memanggilnya, suara yang sangat Rena kenal, seseorang yang menjadi temannya beberapa tahun ini.

"Sedang apa, Ren?" tanya suara itu, Rena hanya menoleh pada suara itu dan tersenyum lalu menjawab "download anime." Menjawab dengan arah mata yang masih setia menatap situs, melihat-lihat mana serial kartun yang ia cari.

"Pakai wifi? Rena mengangguk pertanyaan Diah. "Kamu pakai wifi yang mana?" Mengikuti Rena, dia ̶Diah Adriana mengeluarkan laptopnya, menekan tombol power pada laptop hitam silver itu.

"Pakai yang Campus01," jawab Rena singkat. Cuek dengan sekitar, bahkan sampai menghiraukan Diah yang tepat berada disebelahnya sedang menjelajah situ blognya, Diah memang sedang asik-asiknya menulis ide-idenya dalam sebuah blog, dia bilang lumayan karena dapat uang.

"Ah, tunggu sebentar!" Ucap Rena sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam tas. Dia membuka lembar demi lembar buku itu, menemukan halaman kosong dan menuliskan,

XXXX – XX – XX

Aktifitas hari ini masih sama seperti biasa, membosankan.

R. M

Diah melihat apa yang Rena tulis di note itu, tersenyum melihat kebiasaan temannya yang selalu menulis aktifitas hariannya di sebuah buku walau semua tulisan di buku itu selalu sama.

"Ada film baru tidak?" Rena menoleh dan menjawab "tidak ada, aku belum mencari lagi. Dengar-dengar tahun depan banyak film bagus." Mereka berdua dekat karena pertama; mereka satu jurusan, dan kedua; mereka selalu mengkoleksi film-film, mulai film barat hingga drama korea yang sedang hits di Indonesia.

"Dee, sudah hampir jamnya, mau masuk kelas sekarang atau nanti?" tanya Rena yang melihat jam pada layar laptopnya, hari ini mereka masuk kelas kewarganegaraan, mereka sengaja mengambil kelas kewarganegaraan didua semester akhir, karena semester sebelumnya banyak mata kuliah yang wajib bagi jurusan mereka, lagi pula semester depan mereka akan mengambil tugas akhir jadi semester ini mereka hanya mengambil sks yang sedikit dan terbilang mudah.

Jalan melewati lapangan menuju gedung paling belakang, gedung yang akan dipakai untuk kelas mereka hari itu. Memasuki gedung H yang dingin karena biasanya gedung itu dipakai oleh Fakultas Ilmu Komunikasi. Rena dan Diah masuk pada Fakultas Teknologi Informasi, lebih tepatnya jurusan Teknik Informatika. Saat lift terbuka mereka menekan tombol untuk lantai paling atas.

"Ren, baca berita dari news TODAY tidak?" tanya Diah saat mereka keluar dari lift, Rena mengkerutkan keningnya, mengingat-ingat hal yang dilakukannya sebelum berangkat kekampus.

"Hm berita yang ada kebocoran, dimana itu? Laboraturium farmasi atau apalah itu. Aku tidak paham," Jurusan Teknik Informatika tidak akan mungkin paham dengan hal-hal yang berbau kedokteran, yang mereka paham adalah cara membuat program, hack dan hal-hal semacam itu.

"-memang kenapa?" sambung Rena sambil membuka pintu ruang kelas mereka yang saat itu masih kosong, dan tentu saja dingin AC yang menusuk kulit mereka, walau memakai baju panjang tapi tetap saja gedung yang sekarang tengah mereka tempati ini terkenal dengan AC yang sangat dingin, berbeda dari gedung yang lain.

"Katanya lab itu tempat penelitian rahasia Negara atau apalah, Ren." Rena tertawa saat mendengar perkataan Diah yang menurutnya lumayan lucu.

"Penelitian rahasia? Yang benar saja kamu Dee. Tidak mungkin ada penelitian rahasia tersebar ke media seperti itu. Kalaupun iya, itu adalah laboratorium rahasia pasti tempatnya terpencil misalnya dipulau atau dihutan-hutan belantara, ini hampir ditengah kota Dee. Hahaha," Rena tertawa mendengar perkataan Diah yang hamper tidak masuk akal dipikirannya.

"-dipojok pas dibawah AC saja ya." Sambung Rena saat mengambil tepat duduk dipojok dekat jendela dan didepan meja dosen, menaruh tasnya dibawah karena lumayan berat, beratnya karena laptop yang dibawanya, walaupun laptop dari tahun ketahun semakin tipis, tapi meskipun tidak setipis kertas, mungkin zaman yang akan datang laptop bahkan hanya setipis kertas atau mungkin sudah menempel ke badan. Khayalan seorang Rena Mahestri yang berlebihan.

"Tapi Ren, bagaimana kalau lab itu memang lab penelitian?" Diah masih tertarik soal rumor lab rahasia itu, dan sekarang sedang mencari hal itu di internet. Rena yang sedang membaca komik di aplikasi komiknya menoleh pada Diah dengan raut wajah yang tampak bingung sekaligus penasaran.

"Hm, mungkin. Sudahlah Dee jangan dibahas lagi," Tanpa Diah tau, Rena mulai mencari semua hal terkait kebocoran gas tersebut.

"-hmm, Dee. Tempat itu tempat pembuatan vaksin, obat ah aku tidak paham sama hal seperti ini, memikirkannya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri, kalau ada darahnya bagaimana? Seram." Menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan berita-berita terbaru. Rena memang takut dengan hal-hal yang menyangkut kedokteran apalagi jika ada cairan merah kental, melihat adegan film thriller saja yang sudah pasti itu adalah darah buatan membuat Rena menutup matanya, bagaimana jika melihat secara langsung, mungkin Rena akan pingsan.

Sedikit aneh memang, Diah yang biasanya tidak peduli dengan topic semacam ini sekarang membahas topik yang menyangkut hal-hal penelitian rahasia atau semacam itu. Kalau yang sedang berbicara adalah Rena Mahestri dengan Anindya Talitha, kemungkinan pembicaraan mereka akan melantur kesegala arah, karena Rena dan Anin adalah dua orang yang suka berkhayal macam-macam, terutama jika hal itu menyangkut dengan tokoh anime yang sedang mereka sukai. Tapi ini adalah pembicaraan antara Rena Mahestri dengan Diah Adriana.

"Dee, kamu habis menonton film apa? Sampai bisa berpendapat tempat itu penelitian rahasia. Seperti detektif saja." Diah mengangguk-anggukkan kepalanya, mungkin paham apa yang dimaksudkan oleh Rena.

"Aku habis menonton Devil, hebat hacking yang ada disana, lalu detektifnya juga keren-keren dan yang terpenting tampan semua." Rena yang tertarik dengan topik baru itu tersenyum dan memberikan komentar pada Diah. Kedua gadis itu membicarakan drama korea yang akhir-akhir ini mereka tonton, melupakan topik pabrik tadi yang menurut mereka hal itu tidak penting dibahas bagi anak IT seperti mereka.

Dosen datang, memecah pembicaraan mereka. Kelas berlangsung dengan hikmat layaknya kelas kewarganegaraan pada umumnya. Dosen menerangkan semua hal yang selalu mereka dengar dan pelajari dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menegah Atas.

~oo0oo~

Dua gadis sedang duduk lesehan sambil memakan makan siangnya. melihat itu, Rena dan Diah menghampiri kedua gadis itu -Anindya Talitha dan Jessica Andara. "Jes, Nin, titip tas ya, mau beli makan dulu didepan," ucap Rena sambil menaruh tas disebelah kedua gadis itu.

Rena dan Diah pergi ke depan kampus mereka, mencari jualan makanan atau cemilan ringan yang mampu mengisi perut mereka. Saat berada didepan, rumor yang mereka bicarakan tadi pagi terdengar kembali, namum kali ini dibicarakan oleh penjual cireng dan penjual somay.

Diah sedang memesan kentang goreng, baso goring dan sosis goreng untuknya dan Rena, sedangkan Rena sedang memesan minuman dingin untuk mereka berdua. Suhu hari ini lumayan panas tanpa awan. Kedua gadis itu langsung berkeringat dan mencari tempat teduh saat menunggu pesanan mereka siap.

Mendengar berita pabrik tadi yang sempat mencuri perhatian mereka, Rena menaikkan bahunya tanda tidak peduli dan segera mengambil pesanan minumnya. Rena menuju tempat Diah mengantri, sambil mendengar bukan hanya penjual makanan ringan namun juga mahasiswa dan mahasiswi membicarakan tentang berita yang tadi mereka sempat debatkan. Rena memang tidak peduli tapi bukan berarti dia sepenuhnya tidak peduli, dalam pikiran Rena banyak sekali teori buruk yang mengganjal, namun dia tepis itu karena memang belum ada kepastian dari pemerintah terkait berita tersebut.

Mereka berdua kembali ke tempat Jessi dan Anin, duduk disebelah kedua gadis itu dan memakan makanan mereka. Jessi membuka topik pembicaraan soal berita yang sedang populer hari ini.

"Sudah baca berita tentang pabrik itu belum?" tanya Jessi. Jessi memang selalu tahu berita-beria terbaru. Anin mengkerutkan keningnya seolah bertanya berita apakah itu? Anin tidak pernah melihat acara televisi jika sedang berada dirumah, gadis itu terlalu fokus dengan tontonan anime atau drama korea, dan karena acara televise tidak ada yang menarik baginya.

"Makanya nonton tv, Nin." Setelah berkata seperti itu, Jessi menceritakan berita yang dimaksud. Rena dan Diah diam dan fokus dengan makanan mereka karena mereka sudah tahu, mereka tidak berkomentar melainkan sibuk menjelajah beberapa situs unduhan.

Mengubah topik lain. Jessi sedang tertarik dengan manhwa dengan genre fantasi, itu berkat Anin dan Rena yang menyarankannya untuk membaca manhwa itu. Bahkan itu membuat Rena dan Anin kaget karena mereka beranggapan bahwa Jessi hanya menyukai cerita dengan genre romansa. Dan sekarang Jessi sudah ketagihan dengan manhwa itu dan berharap jika tokoh utama manhwa itu keluar dari dunia komik atau sebaliknya.

Keseharian santai keempat gadis tingkat akhir itu, seolah wifi sudah menjadi santapan wajib bagi mereka, bukan hanya bagi mereka tapi bagi sekian banyak masyarakat didunia. Hari itu mereka habiskan dengan bercerita tentang segala hal dikampus hingga sore.

~oo0oo~

"Obati lukamu sekarang!" titah pria paruh baya pada rekannya, yang disetujui oleh rekannya itu. Lelaki itu segera pergi dari tempat itu.