Antara Ilusi dan Kenyataan

"Kenapa kamu bisa ada di sini, Sayang?"

Tapi Shari tidak mampu untuk menjawab pertanyaan sang ibu, bahkan sekadar menatap wajah yang amat dirindukannya itu. Shari hanya bisa tertunduk dalam keadaan berlutut, menutupi mulut dengan kedua tangan demi suara tangisan tidak keluar lebih keras lagi, yang mungkin akan mengusik makhluk-makhluk indah yang ada di sekitar.

Sang ibu tersenyum, lalu ikutan berjongkok di hadapan sang anak. Ia menangkup pipi anak bungsunya itu. Tersenyum, sembari mengusap air mata yang meleleh dari pelupuk mata sang buah hati.

"Nyak…!"

Tak sanggup lagi Shari menahan segala sesak di dalam dada, ia pun menubruk sang ibu dengan kedua tangan mengembang. Pelukan itu begitu erat seolah-olah Shari tidak ingin lagi membiarkan sang ibu menjauh dari diri, selamanya.

Lalu, tangis itu pun akhirnya pecah. Suara tangisan memancing semua makhluk yang ada di sekitar sana untuk berhenti sejenak, dan memandang ke arah gadis yang sesegukan itu dalam pelukan ibunya.