webnovel

Chapter 64 Tiger Meet Cat

Sesampainya di apartemen, caise menurunkan kucing itu di dalam rumahnya.

"Mas Leo bisa tolong awasi mereka, aku akan menyiapkan air untuk membersihkannya" Kata Caise yang berjalan ke kamar mandi. Leo menatap bawah melihat kucing kucing Caise menghampiri kucing baru itu. Mereka semua mengendus perlahan namun tiba tiba mereka mendesis garang.

Karena takut, kucing baru itu malah melompat naik ke wajah Leo.

"Uwak...." Leo terkejut dan mundur cepat membuatnya terpeleset karpet dan terjatuh membuat suara yang keras.

Caise yang mendengar itu menjadi terkejut. "Ada apa Mas Leo?!" Ia mendekat dan ia terkejut lagi karena kucing kucingnya mencoba menggigit dan menarik baju Leo yang mengangkat kucing baru tadi di tangannya.

"Caise....mereka menggila—" Leo memasang wajah takut.

Lalu caise memisahkan mereka.

"Hentikan ini ada apa dengan kalian?" Dia menatap. Kucing kucing itu hanya mendesis melirik kucing baru yang di bawa Leo.

"Sepertinya mereka tidak mau kucing ini ada disini" Kata Leo. Lalu Caise terdiam khawatir. Namun ia menjadi terkejut baru tahu saat melihat Leo membawa kucing itu. "Mas Leo... Dia mirip denganmu, maksudku warna bulu bulunya seperti warna rambutmu" Kata Caise. Leo hanya terdiam bingung.

"Itu bukan saat nya membahas itu, yang harus di bahas sekarang adalah nasib kucing ini" Kata Leo.

"Oh, benar... Haiz... Bagaimana ini?" Caise berbolak balik berjalan sambil berpikir.

Sementara itu Leo terdiam duduk di sofa dengan kucing itu yang masih ia bawa.

Lalu Caise mendapat ide. "Ah Mas Leo, bisakah kucing ini menginap di tempatmu"

"Tempatku?"

"Ya, bolehkan? Hanya untuk kucing ini saja kok" Caise mendekat dan memohon. Hal itu membuat Leo menelan ludah tertarik padanya.

"Tidak bisa.... Aku belum pernah memelihara kucing sebelumnya.... Kenapa tidak kau saja yang tinggal di rumah ku, padahal kau janji akan tidur di rumah ku" Leo menatap tak terima.

"Um.... Aku mengatakan nya ketika aku ada libur... Karena belum libur, jadi mungkin kapan kapan hehe.... Ayolah, Mas Leo.... Aku mohon, kasihanilah kucing ini" Caise memohon lagi.

"Heh- beri aku satu ciuman dulu" Kata Leo. Seketika Caise terkejut. "A...apa maksudmu"

"Kalau tidak mau, aku juga tidak akan mengizinkan kucing ini masuk ke rumahku, mungkin aku hanya akan membuangnya"

"Ah jangan... Baiklah deh...." Caise pasrah demi kucing itu.

Caise mendekat mengangkat satu kakinya naik di sofa dan memegang kedua pipi Leo. Ia berwajah merah lalu mencium bibir Leo yang duduk di sofa.

"Kau puas sekarang?" Caise mendorongnya.

"Tentu saja belum, aku butuh lebih" Leo menjilat bibirnya sendiri membuat Caise terkejut.

"Ah—keluar" Dia mengusir Leo.

"Haiiz... Sekarang aku dan kau yang di telantarkan" Leo berjalan membawa kucing itu di tangan kirinya dan pulang ke rumahnya. Kebetulan Noah yang membuka pintu.

"Leo-? Dari mana saja kau-" Kata Noah. Seketika Leo memberikan kucing itu padanya dan berjalan masuk. Noah menjadi bingung sambil menatap kucing itu.

"Apa maksud mu sialan??!!" Ia menatap tak terima.

"Rawat kucing itu, mandikan dia dan jadikan bersih.... Aku mau tidur..." Balas Leo yang berjalan pergi membuat Noah kesal. "(Hiz.... Kau.... Sialan.....)" Ia menatap kucing itu dan baru sadar warnanya seperti Leo. Seketika dia tertawa. "Pft... Kau begitu lucu... Kau Leo kecil... Pft..." Dia mengejek kucing itu dengan membawa nama Leo.

Tapi ada yang mengetuk pintu membuat Noah menoleh ke pintu. Dia berjalan dan membuka, tapi tiba tiba saja, ketika pintu terbuka.

Sebuah pukulan mengarah padanya dan langsung memukul pipinya. Hal itu menjatuhkan kucing yang ia bawa dan langsung lari.

"Akh!!" Dia terjatuh memegang pipinya.

Leo yang belum membuka pintu kamarnya menjadi menoleh. Dia langsung berjalan buru buru ke tempat Noah tadi dan ia menjadi terkejut karena yang memukul Noah adalah Oliver menatap tajam.

"Kau!!!" Ia menatap kesal.

"Lama tidak jumpa" Kata Oliver dengan tatapan datar.

"Sialan, kenapa kau muncul di sini?!!" Leo berteriak tegas.

"Kau yang harusnya aku tangkap!!! Kriminalitas seperti mu sudah jelas harus di penjara!!! Sudah 10 tahun aku mencari cara untuk memasukkan mu di penjara!!"

"Cih, hahahaha..... Sampai 100 tahun pun kau tak akan bisa melakukan nya, aku menguasai hukum, uang adalah segalanya dan kuasa hukum, yang paling atas...."

"Aku tahu ini juga karena bantuan nya!!" Oliver tiba tiba menginjak tubuh Noah yang ada di bawah.

"Akh... Sial..." Noah kesakitan tak bisa bergerak.

"Tanpa lelaki ini, kau juga tidak akan punya informasi terbaru, apalagi soal aku...." Tatap Oliver.

"Dia tidak salah apapun, dia hanya memberitahu ku bahwa kau sudah pergi menyerah...." Leo menatap sombong.

Oliver menjadi kesal. "Sepertinya, dia tidak memberitahu mu bahwa aku bekerja di bawah ayah mu" Kata Oliver.

Di saat itu juga, Leo terkejut laku mendengar hal itu. "(. . . Apa....)" Dia terdiam membisu.

Suasana juga terdiam dan Noah juga terkejut. "(Sial.... Aku berusaha menyembunyikan hal itu dan kenapa dia mengaku bahwa dia bersama dengan Ayah Leo.... Sekarang dia akan histeris....)"

"Apa kau bilang barusan!!! Kau bekerja di bawah pria itu!!!" Leo langsung berteriak mengaum.

"Untuk mendorong mu ke penjara dan meyakinkan ayah mu, memihak di tempat ku" Kata Oliver.

Tapi mendadak Leo tertawa. "Hahahaha..... Sial..... Itu lucu sekali.... " Ia terus tertawa membuat Oliver terkejut dan dia menjadi direndahkan.

"Kenapa tertawa!!!!???"

"Memang nya, jika kau tidak menghasutnya, dia juga bakal mendengarkan aku yang bahkan putra nya sendiri... Terserah saja.... Aku tak peduli jika kau harus menghasut nya... Atau mendapatkan informasi apapun darinya, karena dia memang bukan sepenuh nya ada di pihak ku.... Tak ada yang berdiri di pihak ku, membantu ku, selain Noah" Kata Leo dengan senyuman sombong dan tidak takut.

Noah yang mendengar itu menjadi tersenyum senang. "(Yeah, sepertinya aku bisa mati tenang sekarang.... Akhirnya aku di anggap....)"

"Cih, bagaimanapun juga.... Aku juga akan terus mencari cara untuk mendorong mu ke penjara!!!" Kata Oliver.

Hal itu membuat Leo kembali kesal dengan keras kepala dan tanpa takut Oliver.

"Masih saja kau tidak bosan mencari kesalahan orang lain" Kata Leo menatap penuh dengan kepingan amarah.

"Memang nya siapa yang mau menyerah,demi kebaikan semua orang yang telah kau tindas juga..... Dan juga, Aku sudah menemukan ini" Oliver memberikan bungkus kecil putih dilemparnya ke Leo yang menangkap nya dengan satu tangan nya, lalu mengendus bau bungkus itu dan ia menjadi terkejut.

"[Ini bukan kali cyanua... Ini arsenic? Bukankah obat ini sudah dihilangkan.... Ini obat dari pill merah yang aku bawa itu, suruhan dari Mandara.... Bukankah dia bilang, dia tak mau mengaitkan ku dengan hal ini.... Tapi kenapa dia dengan lengah memberikan obat nya pada bajingan itu....]" Leo mencoba berpikir.

"Itu salah satu bukti mu bekerja dengan direktur Mandara kan?... Bukti kriminal tinggi seperti itu akan langsung membuatmu masuk penjara" Kata Oliver yang berdiri dan berjalan pergi.

Leo meremas bungkus kecil itu dan menjatuhkannya. "Kau tidak akan bisa menangkap ku, aku sama sekali tidak mengonsumsinya, kau pikir aku mau dengan barang beginian" Tatap Leo.

"Memang nya kau tidak memakan nya....." Oliver membalas lalu berjalan pergi. Itu memang benar, Leo memakan nya terakhir kali ketika dia terluka.

"[Sialan...]" Leo menjadi kesal.