webnovel

Chapter 41 Tiger Meet Cat

Ponsel nya kembali berbunyi, kali ini dari Noah. "Hoi Leo... Kemana kau, kenapa tidak kemari? Kau tahu apa yang baru saja kau lakukan?"

". . . Aku sedang dalam masa gila tadi, kenapa kau tidak kemari menolong ku" Tanya Leo. Di sisi punggung nya yang baik baik saja, rupanya luka sayatan tadi tidak pernah benar dan tidak pernah ada, karena itu hanyalah ilusinya saja.

"Kau harus meminta maaf pada Caise, kau lari begitu saja, seharusnya kau tetap diam di depan pintu.... Aku tahu kau memiliki pemikiran kosong yang akan berbahaya, tapi hanya perlu memikirkan Caise, apa itu tidak keberatan?" Kata Noah.

Leo terdiam sambil masih terus berjalan buru buru. "Aku tadi, tersadar karena memikirkan Caise.... Tapi, aku tidak berharap dia begitu marah ketika tahu aku yang sebenarnya, apa aku salah melakukan ataupun mengatakan ini... Aku bermaksud memberitahu nya nanti nanti karena aku takut ini akan terjadi... Ini hanya akan membuat kesalahpahaman...."

"Leo.... Terkadang kau harus menunjukan sikap terburuk mu bahkan pada Caise sekalipun, agar dia menyadari bahwa kau nyata sepanjang waktu... Bahkan aku harus mengatakan jangan hilang akal hanya karena seseorang yang tidak keberatan kehilangan mu... Pada titik tertentu, kau hanya harus berhenti memberitahu nya soal apa yang terjadi dalam hidup mu" Kata Noah.

Lalu Leo menoleh ke bulan dan menghela napas panjang. Lalu mendengar suara kucing liar yang melihatnya dari atas pagar jalanan. "Mreong..." Suara kucing itu berat.

"Kau tidak paham, bagian paling penting dalam hidup ku adalah saat memiliki seseorang yang aku suka" Kata Leo masih dalam pembicaraan.

"Kalimat mu salah, mungkin kau harus mengatakan 'orang yang tepat, bukan orang yang kau sukai' mencari orang yang tepat dapat menunjukan kriteria dan tugas mu sebagai apa..." Kata Noah.

Leo menjadi terdiam dan menutup mata. "Baiklah, kau benar benar cerewet.... Aku sekarang akan pergi ke siberia, jangan ganggu aku saat aku pergi dari sekarang. Jangan menghubungiku lagi"

"Hah.... Apa... Apa maksudmu.... Siberia?! Itu jauh sekali kawan, aku akan ikut denganmu"

"Aku tunggu di dermaga" Kata Leo lalu menutup panggilan.

"(Cih... Apa yang dia lakukan... Apa dia mencoba mengambil barang itu.. Narkoba itu?! Apa jangan jangan.... Caise?!!)" Noah terdiam panik. Dia sangat cepat tahu situasi yang terjadi. Lalu Ia segera bersiap.

Di Siberia tempat pertemuan tepatnya di halte bis. Noah berlari terengah engah dan mampir sana sambil memakai baju santai liburan. Sampai dan pun juga tak ada siapa siapa.

Ia melihat kertas kecil di sana. "Bagaimana ada pesan disini?" Ia bingung dan mengambilnya rupanya itu dari Leo.

[=Aku pergi duluan, kau lambat dan jangan hubungi aku=]

"Terkutuk orang itu!!! (Bagaimanapun juga, aku ingin menyelematkan Caise juga....)" Noah berteriak kesal.

Sementara itu Tuan Mandara masih di ruangan dimana Caise di ikat di kursi dan Tuan Mandara sendiri duduk di sofa dekatnya.

Ia mengambil ponsel nya sendiri yang ada di meja. Lalu mendengar Caise yang batuk lagi.

"Cough..."

"Hei, bukankah kau tadi berhenti, kenapa batuk lagi?" Tuan Mandara berjalan mendekat.

"(Dada ku, sesak.... Aku tadi tertidur dan secara kebetulan, mimpi memberitahu ku sesuatu.... Tapi yang jadi pertanyaan ku, Orang ini. .. Dia siapa nya Mas Leo?)" Caise terdiam menatap nya.

"Hei kau gadis kencur... Apa yang membuat Leo tertarik padamu atau kau yang merayu nya" Tatap tuan Mandara. Tapi ia terdiam ketika darah terus mengalir dari mulut Caise, darah yang mengotori bajunya dan tubuhnya.

Tuan Mandara terkejut. "Ada apa itu?! Kenapa kau terus mengeluarkan darah... Tunggu sebentar, aku akan memanggil...." Tuan Mandara berjalan pergi dengan buru buru.

"(Jantung ku.... Sakit.... Aku merasa.... Jantung ku memompa dengan arah yang salah, membuat udara yang keluar dari mulut menjadi darah.... Apa aku akan mati?)" Caise tampak lemas dan bahkan Malaikat pencabut nyawa siap meraih tangan nya.

Tapi untung nya ada yang memegang bawah lehernya dan menekan nya membuat nya terkejut. "Cough...." Dia membuka mata yang rupanya seorang lelaki yang menatap datar padanya.

"Pendarahan pernapasan, itu dapat menutupi jalur udara yang keluar dari mulut, jika mengandalkan hidung hanya akan membuat hidung sakit.... Tetaplah bernapas pelan" Dia kembali menekan pelan bawah leher Caise. Sembari mengusap darah di bibir dan wajah Caise.

Caise menatap polos pria itu. "Aku Virendra.... Jangan senang karena aku memihak pada Tuan Mandara" Kata pria itu yang mengaku nama nya Virendra.

Lalu Tuan Mandara mendekat. "Bagaimana? Apa dia baik baik saja? Jika Leo sampai tahu hal ini, dia akan mengamuk... Aku tak berharap membuat gadis ini mati" Tatap Tuan Mandara.

"Pendarahan pernapasan adalah hal yang langka dan hanya dimiliki oleh seseorang yang bisa memprediksi masa depan melalui jaringan otak yang menyerap kekuatan jantung dan paru-paru... Dan aku yakin, hanya ada 1:100" Tatap Virendra yang menatap Caise dengan lirikan membuat Caise terdiam.

"Lalu bagaimana? Apa dia baik baik saja?"

"Seharusnya dia mati dengan satu hirupan napas, tapi dia gadis yang beruntung.... Jangan memukul nya ataupun melakukan hal yang membuat nya sakit, atau dia akan mengulangi sakaratul nya" Balas Virendra, lalu dia berjalan pergi.

Tuan Mandara mengingat ketika dia menampar Caise. "(Gadis ini lemah, tapi kuat soal penyakit nya)"

Lalu Caise bicara pada Tuan Mandara. "Aku mohon.... Jangan sakiti Mas Leo...." Dia menatap dengan wajah lemah, tapi siapa sangka ketika dia menatap Tuan Mandara, pesona cantiknya mendadak muncul.

Hal itu membuat Tuan Mandara terkejut. "(Apa?! Bagaimana bisa?! Rupanya dia memang cantik dan imut....)" Ia tampak terkejut tak percaya.

"Ehem.... Leo dalam perjalanan mengambil apa yang kuminta demi dirimu, aku mengikat mu disini dan dia mau mengambil barang itu untung saja aku cepat menemukan gadis seperti mu"

"Barang apa... Yang diambil Mas Leo?"

"Kau mana tahu.... Pil itu akan di jual mahal kecuali jika belum diambil oleh seseorang. Jika sudah diambil seseorang maka pekerjaan Leo akan bertambah sendiri" Kata Direktur.

Hal itu membuat Caise tak percaya. "(Rupanya dia melakukan semua sandiwara ini hanya untuk membuat Mas Leo mengambil barang nya, tapi kenapa Mas Leo menggunakan menolak Segala.... Apa dia tahu akhirnya akan begini...)"

"Dengar ini" Tuan Mandara memegang dagu Caise membuat Caise terdiam menatap.

"Kau benar benar gadis yang imut, aku tidak tahan memakan mu, tapi mau bagaimana lagi, kau milik Leo.... Jika aku sampai menyentuh mu bahkan di area tangan pun, dia pasti akan mengetahui itu, jadi aku hanya menggunakan mu sebagai umpan untuk nya tapi tidak berharap untuk menyakiti mu karena aku tahu akhir nya" Kata Tuan Mandara membuat Caise terdiam.

"(Dia hanya ingin memojok dan memaksa Mas Leo melakukan perintah nya...)"