"Kalian bertiga memang laki-laki yang tidak punya hati!!" ucap Amelia dengan hati yang sangat kesal. Kalau dia mau bisa saja dia minta tolong papinya karena papinya juga seorang Jendral Komisaris.
"Kita sudah berbaik hati padamu tahu tidak!" ucap Juna dengan tatapan penuh.
"Baik-baik!! apa yang harus aku lakukan sekarang untuk bisa menggantikan semua yang telah aku lakukan pada temanmu itu!" ucap Amelia dengan kesal.
"Mudah saja, kamu jaga dia sampai dia sadar kembali. Setelah itu terserah dia, mau meminta ganti rugi apa padamu. Mudahkan?" ucap Juna dengan nada mengancam.
"Aku tidak tahu, kalian itu tahu kebenaran atau tidak! sudah tahu jelaskan temanmu yang salah! kenapa harus aku yang ganti rugi? Bagaimana dengan ciumanku yang hilang? apa dia bisa mengembalikannya?" tanya Amelia dengan sengit.
"Itu urusanmu dengan dia! bukan urusanku lagi. Yang penting sekarang, kamu harus menjaganya sampai dia sadar kembali. Itu saja tugasmu." ucap Juna dengan tatapan matanya yang tajam kemudian meninggalkan Amelia sendirian.
Mengetahui sikap Juna yang terlalu keras pada Amelia, Dylan mendekati Amelia yang hampir menangis.
"Sudah...kamu tenang saja dan jangan takut. Teman-temanku bukan orang jahat, mereka sangat baik. Kamu menjaganya saja, kalau ada apa-apa panggil saja aku. Kamu bisa memanggilku Dylan." ucap Dylan tersenyum seraya mengacak rambut Amelia kemudian mengikuti Juna yang sudah keluar kamar.
Amelia mengangkat wajahnya dengan tatapan rumit. Sungguh, dengan sikap Dylan yang dewasa dan lembut membuat hati Amelia berdebar-debar tak karuan.
"Mimpi apa aku semalam, bertemu dengan tiga laki-laki tampan? Dylan terlihat sabar dan dewasa sekali, tidak seperti teman-temannya. Yang satu sangat jutek, apalagi yang pingsan itu! keras kepala dan menyebalkan." ucap Amelia dalam hati sambil melihat ke arah Leo yang Amelia tahu Leo adalah Juna.
Amelia berjalan mondar-mandir dengan gelisah karena belum bisa kembali ke tempat kerjanya.
"Aku harus bagaimana? apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Amelia dalam hati sesekali melihat ke arah Leo yang masih belum sadar.
"Lama benar dia sadarnya?" ucap Amelia kemudian mendekati Leo dan duduk di kursi di samping Leo.
"Hei! Tuan menyebalkan! ayo... sadar! aku harus segera kembali bekerja! tidak bisa menunggu kamu terus di sini!" ucap Amelia dengan hati kesal melihat Leo tak bergerak sama sekali.
"Kamu pingsan atau tidur sih!!" ucap Amelia seraya mengamati wajah Leo dari dekat dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Leo.
"Hem... kamu sangat tampan! sayang sekali kamu keras kepala dan menyebalkan!" ucap Amelia tanpa merasa takut karena Amelia sangat yakin Leo masih belum sadar.
"Apa yang kamu bilang barusan?" tanya Leo dengan tiba-tiba setelah sadar dari pingsannya beberapa menit yang lalu.
Spontan Amelia menjauhkan badannya, tapi percuma saja kedua tangan Leo sudah mengunci pinggangnya dengan sangat kuat.
"Jawab pertanyaanku apa yang kamu ucapkan barusan!" tanya Leo lagi menatap tajam kedua mata Amelia.
"Aku hanya mengatakan kamu laki-laki keras kepala dan menyebalkan." ucap Amelia sudah tidak bisa berbohong lagi karena pasti Leo sudah mendengarnya.
"Begitu? bukannya kamu juga wanita yang keras kepala dan menyebalkan!" ucap Leo dengan hati penuh emosi.
Amelia terdiam menatap tepat kedua mata Leo.
"Percuma saja aku berdebat denganmu. Lepaskan tanganmu! aku mau pergi." ucap Amelia dengan kesal.
"Tidak akan aku lepaskan, sebelum kamu minta maaf padaku." ucap Leo dengan suara penuh tekanan.
"Lepaskan aku! aku sudah berjanji menjalankan tugasku menjagamu sampai kamu sadar, dan sekarang kamu sudah sadar. Aku harus pergi dan kembali bekerja." ucap Amelia berusaha melepaskan diri dari pelukan Leo.
Leo menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak seperti itu Nona kecil! kamu berjanji pada siapa? tidak padaku bukan? kamu harus menjagaku sampai milikku sembuh!" ucap Leo dengan tatapan penuh.
"Tidak!! aku tidak mau melakukannya! kamu pasti bohong kan? kamu hanya mempermainkan aku kan!" teriak Amelia seraya memukul keras dada Leo.
"Uhukk...Uhukk...Uhukk"
Dengan terbatuk-batuk Leo melepaskan pelukannya dan memegang dadanya yang terasa sakit.
Saat pelukan Leo terlepas segera Amelia menjauh dari Leo.
"Itu karena ulah kamu sendiri, aku mau pergi!" ucap Amelia beranjak dari tempatnya.
"Jangan pergi! aku benar-benar kesakitan, aku tidak bisa bernapas." ucap Leo dengan nafas yang berat tangannya menggapai ke arah Amelia.
Amelia membalikkan badannya, seketika wajah Amelia ketakutan melihat keadaan Leo.
"Ya Tuhan, apa yang barusan aku lakukan? apa pukulanku sangat keras?" tanya Amelia mendekati dan menangkup wajah Leo.
"Kamu tidak apa-apa? kamu harus tenang, ambil nafas pelan-pelan." ucap Amelia seraya mengusap dada Leo dengan pelan.
Leo tersenyum dalam hati melihat kepanikan dan ketakutan di wajah Amelia.
"Dengan susah payah, akhirnya aku membuat gadis kecil ini bersikap manis padaku. Tunggu saja hukuman dariku gadis kecil." ucap Leo dalam hati dengan senyum kemenangan.
"Auhh...sakit sekali, kamu terlalu keras memukulku." ucap Leo masih memegang dadanya bersamaan tangan Amelia yang masih mengusap dadanya dengan pelan.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud memukulmu. Kamu yang membuat aku kesal." ucap Amelia masih dengan wajah cemas.
"Aku memaafkan kamu, tapi tetaplah di sini sampai dadaku tidak sakit lagi." ucap Leo seraya menggenggam tangan Amelia.
Amelia menarik tangannya dari genggaman tangan Leo kemudian mengangkat wajahnya.
"Tapi...tapi aku tidak bisa lama di sini, aku harus kembali bekerja." ucap Amelia dengan tatapan rumit.
"Aku akan menghubungi bos kamu, namanya Steven bukan? dia temanku, kamu Jangan kuatir." ucap Leo dengan wajah kesakitan dan tidak menunjukkan senyuman yang tersimpan dalam hatinya.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan sekarang." ucap Amelia dengan wajah tertunduk.
"Kamu tidak ingin melihatku telanjang dada terus kan? sekarang lanjutkan mencuci kemejaku. Kemudian buatkan aku omelette telor, aku sangat lapar." ucap Leo dengan wajah memohon.
"Tapi... bukankah kamu bisa makan pizza yang kamu pesan?" tanya Amelia dengan hati gelisah karena dia tidak tahu cara membuat omelette telor. Di rumah Amelia bagaikan ratu yang tidak pernah mengerjakan apapun selain makan, tidur dan kuliah.
"Aku tidak suka pizza, teman-temanku yang memesannya. Kamu mau kan melakukannya untukku?" ucap Leo untuk kesekian kalinya menunjukkan wajah sedihnya.
Amelia terdiam sejenak, berpikir memenuhi permintaan Leo atau tidak.
"Baiklah, aku akan melakukannya untukmu. Tapi kamu harus berjanji padaku. Setelah aku mencuci dan membuatkan omelette buat kamu, kamu akan membiarkan aku pergi." ucap Amelia dengan wajah serius.
Leo menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Aku berjanji padamu." ucap Leo dengan hati bersorak penuh kemenangan.
Dengan hati berat akhirnya Amelia bangun dari duduknya dan berjalan ke luar kamar untuk menjalankan permintaan Leo.
Setelah Amelia menghilang dari balik pintu, Leo bangun dari tidurnya dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Hem... seorang wanita, hatinya tidak akan mudah luluh dengan kekerasan. Hanya dengan sikap yang lembut semua perintah pasti akan di lakukannya." ucap Leo dalam hati dengan sebuah senyuman yang tampak di kedua sudut bibirnya.
FOLLOW ME :
Group WA : 0888-4072-222
FB/IG : Nickscart
Discord : Nickscart#8981
Akun WN : Nickscart, Nickscart_2, Nickscart_3, Penulis_Hati
Kalian bisa menanyakan semua kelanjutan cerita 40 novel karya Nickscart.