Jilid 2 | Chapter 12 - Kehangatan Hati.
Sebuah pulau dikelilingi oleh pegunungan di sebelah barat dan rumput-rumput hijau membentang luas ke cakrawala.
Itu semua adalah dunia fantasi ini.
Butuh waktu beberapa hari kami saling bersekutu untuk meninjau dunia yang luas tak terbatas. Di atas aku memandang langit yang terbenam, ini langit yang familiar biasa kulihat sepanjang sore. Terlebih pemandangan yang ketidaksesuaian adalah pemandangan tiga ratus enam puluh derajat.
Di dalamnya terdapat beberapa kota besar bersama dengan banyak bangunan besar dan kecil, hutan dan padang rumputnya, bahkan terdapat danau. Hanya ada satu hutan belantara dengan pohon yang amat tinggi, tempat dimana banyak makhluk monster berkeliaran; jadi menemukan dan melewatinya bukanlah hal yang mudah. Namun, ketika seseorang melewatinya dan sampai pada sebuah kota yang dikelilingi tembok baja berwarna biru dan perak, dan semua kota di dalamnya terdapat sejumlah penduduk sekitar sepuluh ribu orang.
Dengan kondisi yang seperti ini, terdapat bangunan kokoh besar letaknya di tengah-tengah kota—itu adalah sebuah«Kastil Baja».
Nama kastil itu adalah—«Catherine», dengan nama lain—«Katerina».
Kastil megah dengan dominasi warna putih biru dan emas ini berdiri kokoh di atas tanah seluas 1400 hektar.
Kini, kastil Katerina menjadi tempat sorot mata di Anastasia yang populer. Tidak hanya karena menjadi salah satu bangunan kokoh, ada banyak atraksi yang bisa ditemukan di kompleks kastil ini. Meliputi air mancur yang megah di tengah taman yang indah.
Berlokasi di garis yang terletak di sebelah barat ekuator disebut dengan garis Bujur Barat (BB). Kastil ini terletak sekitar 30 kilometer dari «Kota Awal Anastasia». Aku bisa mengunjunginya setiap pukul 10.00 pagi hingga 06.00 petang nanti kala besok.
Di dalam kastil ini terdapat banyak lukisan dari abad pertengahan masehi. Terdapat juga deretan ruangan yang cantik dengan hiasan. Ada sebuah pemandian paviliun dengan hiasan batu akik biru dan sebuah kolam besar. Jika aku beruntung, aku bisa masuk ke dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan batu amber.
Batu amber ini merupakan duplikasi dari batu amber yang pernah dicuri oleh nazi pada masa perang dunia ketiga. Namun, kastil Katerina bukan satu-satunya landmark cantik di kota Anastasia, ada juga bangunan-bangunan lainnya yang megah.
Seperti—«White Tower» sebuah menara jam yang tinggi dan juga di dalamnya terdapat sebuah tangga dan lantai setinggi mencapai 100 langkah kaki tangga. Di dalam sebuah ruangnya, terdapat lukisan tulis tangan yang tak kukenal namun itu juga bisa dibaca.
Benar-benar dunia lain adalah surga fantasi yang mengagumkan.
※※※
Kincir air yang besar di pinggir jalan itu berputar dengan mantap, memenuhi seluruh suasana di sekitarnya dengan suara yang menenangkan.
Di dunia nyata, walaupun ini hanya rumah kecil untuk digunakan kelas support diantara perumahan, harganya naik seperti pasang karena kincir air itu. Saat aku pertama menemukan rumah ini di kota Netral, pikiranku tiba-tiba berkata 'ini dia!", tepat sebelum harganya mengejutkanku.
Sejak saat itu, aku mulai bekerja keras membanting tulang, meminjam uang dari berbagai tempat, dan berhasil mengumpulkan tiga juta Coll hanya dalam dua bulan. Tubuhku akan dipenuhi otot dari semua pengalamanku memukulkan palu, dan tangan kananku akan penuh dengan kapalan tebal.
Tapi semua itu terbayar sudah, aku bisa merasakan dan memandangnya di sepanjang jalanan kota Anastasia, ini hanya selangkah lebih dulu dari pesaingku. Ini terjadi tiga bulan lalu saat musim semi yang sejuk di kota Netral.
Namun, begitu sampai di sini entah kenapa aku merasa sedikit kesal dan tidak ingin menerima kenyataan ini.
"Bagaimana ini... kenapa aku harus sekamar denganmu juga!? Terlebih ruangan sangat sempit dan...hanya ada satu tempat tidur? Ini pasti bercanda, aku membayangkan seakan-akan ini semua dunia surga fantasi ternyata aku salah. Ini dunia yang benar-benar yang terburuk, sekamar dengan seorang musuhku."
Tanpa disadari gigiku bergesekan dan menggerutu jariku. Aku sangat merasa kesal dan gelisah.
Sekarang kami sedang berada di sebuah tempat penyewaan untuk satu malam. Dengan membayar biaya memakai koin, sebelumnya beruntung dia mendapatkannya dari Zain-san. Kalau tidak, memungkinkan untuk kami tidur di luar.
Aku menghentak pinggulku duduk di tepi kasur sambil melipat kedua tangan di dada membentuk huruf (x). Saat ini pikiranku sedang berkecamuk saling bercampur aduk dengan hal lain. Ternyata yang kupikirkan itu hanyalah fantasiku belaka, benar apa yang dikatakannya, bahwa fantasi muncul berasal dari diri sendiri. Tapi untuk kincir air itu merupakan kenyataan yang tak dapat diubah.
"Kalau begitu, aku akan tidur di lantai," pemuda itu mengatakannya sangat lesu, berjalan menuju sudut ruangan.
"Ada apa denganmu? Bukan begitu maksudku, masalahnya adalah tempat tidurnya hanya ada satu. Tapi kamu boleh saja tidur di-di dekatku," di akhir, kata-kataku terbata-bata.
"Sebaiknya aku tidur di lantai saja, daripada nanti kau melakukan sesuatu yang aneh padaku ketika aku sedang tidur. Kau bilang kita ini musuh, itu berarti kau masih menganggapku sebagai rivalmu. Jujur saja aku sangat takut dengan cara licikmu."
"Sudah terbaca!? Baja Hitam memang hebat."
"Apa itu pujian? Atau baru saja kau mengejekku?"
Secara perlahan dia mulai merebahkan tubuhnya ke lantai. Tapi sebelum itu terjadi aku berhasil mencegahnya.
Aku menghentak kaki ketika ujung jariku mendarat ke lantai, lalu berjalan cepat ke arahnya di sudut ruang hampir dekat dengan jendela.
"Ah! Sudah kubilang… kamu boleh tidur bersamaku!"
Aku menarik lengannya yang begitu lemas. Tiba-tiba suara teriakan keluar dari mulutnya.
"Hei, tunggu! Sialan."
"Ada apa?" Begitu mendengarnya, aku melepaskan tangannya dan menyingkirkan tubuh mundur selangkah kebelakang.
"Saat ini tanganku mati rasa akibat berbenturan dengan makhluk jelek itu, dan masalah utamanya adalah terlalu lama menunggumu mengeluarkan sihir Astral bumi."
"Kenapa kamu menyalahkan aku!"
Begitu kesalnya, aku berteriak keras suaraku menggema ke seluruh ruangan.
Debak! Debak— itu adalah suara orang meninju dinding kamar. Lalu sesaat terdengar suara berteriak di sebelah.
"Kalian jangan berisik!" Teriakan itu terdengar samar dari ruangan sebelah.
Kami pun terdiam sejenak dan menatap satu sama lain.
Aku mengerti bagaimana perasaan mereka. Tubuh mereka mungkin sedang terbaring di kasur atau duduk di bangku sambil tertidur. Itu adalah kenyataan dan situasi ini «palsu», jika saja ada petunjuk sekecil apapun kalau mereka keluar—tentu saja, aku mungkin perlu membekukan mereka saja. Mungkin mereka akan bisa membuka mata mereka lagi, bertemu dengan keluarga mereka dan kembali ke sekolah atau bekerja dan ini hanya akan menjadi bahan pembicaraan saja.
Dan di luar, sepertinya suasananya sangat tenang, tapi beberapa suara gerobak dan jejak kaki saling berlalu lalang terdengar dari balik jendela.
Pada saat itu, Kitarou membuka mulutnya.
"Kalau kau tidak segera tidur, besoknya mungkin aku akan meninggalkanmu sendirian di sini."
"Tau ah!" Gertakku menolak perkataannya.
Saat ini suasana hatiku sedang kesal dan bercampur aduk, apakah ini kesenangan atau ketidaknyamanan. Aku tahu, akulah yang salah untuk mengikutinya sejak awal. Tapi, aku tidak bisa menerimanya begitu saja, hati dan tubuhku seolah menolaknya. Sehingga aku tidak ingin kalau dia menghilang dari tatapanku.
"...ssh, kau tidak dengar? Suaramu hanya akan mengganggu orang di sekitar."
Kitarou berbisik dan menaruh jarinya di bibir. Aku mengundurkan diri beberapa langkah kebelakang hingga menyentuh tempat tidur. Aku pun mulai menhentakkan diri ke kasur dan agak sedikit kesal karena harus melepaskan Kitarou. Dia terlihat menggigil ketika aku menghadap ke arahnya.
Aku pun berpikir untuk memberikan sebuah kain selimut untuknya, tangan dan tubuhku seakan bergerak sendiri dan memandangnya sekali lagi. Saat ini Kitarou tertidur pulas, aku mungkin akan mendengar Somniluquy-nya lagi, jadi saat ini mungkin—
"—!"
Dia mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap ke arahku. Aku spontan terkejut, melayangkan pandanganku untuk menyembunyikan wajahku ke lain.
"Sekarang sepertinya sudah hampir musim dingin... aku harus menyelimutinya dengan kain ini," kataku terjeda dan meraih sebuah kain tebal ada di sebelahku. "Seharusnya kau lebih memperhatikan dirimu sendiri."
Setelah mengatakan itu, aku melompat turun perlahan dari kasur dengan langkah kaki setapak. Aku mendekatinya sambil membawa kain tebal di tanganku.
Cahaya bulan sangat terang hingga menembus dinding jendela. Ekspresi melas dan mata terpejam terlihat jelas ketika sinar bulan mengenai wajahnya. Aku menuruin tanganku yang menggenggam kain lalu secara perlahan aku menutupi seluruh tubuhnya hingga kaki dengan kain tersebut.
Untungnya, kami bisa keluar dari hutan tanpa luka sedikitpun. Tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya yang menimpa kami lagi. Meski dia merupakan penerus Baja Hitam, tapi yang kulihat dia hanyalah anak yang sering melakukan hal gila. Tapi, kenapa? Aku tidak bisa menyangkalnya. Wajahnya seakan memberitahuku, bahwa butuh usaha baginya untuk terlihat seperti orang yang biasa-biasa saja.
Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi, dan dengan cepat kembali ketempat tidur. Setelah melepaskan jubah penutup propertiku, dan menyingkirkan sarung tangan dan kaki, kemudian menaruh pedangku tegak berdiri menempel di dinding. Aku mulai perlahan-lahan larut dalam pikiranku.
Ternyata ada satu hal yang pasti, namun ketika aku memikirkannya kurasa itu tidak sopan. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang dan tubuhku seakan bisa merasakan kehangatan suasana ini. Aku bisa memandang langit-langit atap di atas, dan perlahan-lahan mataku mulai merasakan kantuk luar biasa. Tanpa kusadari, kesadaranku mulai menipis seiring waktu, mataku mulai perlahan tertutup pelan dan hanyut.
Berlanjut…
Note: Ini sudah memasuki Volume/Jilid 2, yey. Selalu berikan dukungan pada Authornya, dengan cara memberikan «vote» kalian. Agar si Author lebih bersemangat dalam melanjutkan ceritanya!