"Mas, mau kemana? kok hari libur ini udah rapi?" Tanya Jannesa, istriku yang sudah tiga tahun kunikahi dan belum juga hamil sampai saat ini.
"Kondangan! kenapa emang?" ketusku sambil merapikan rambut. Perempuan yang akhir-akhir terlihat makin kurus bak tiang listrik itu terdiam.
"Kamu tak pernah lagi mengajak aku ikut denganmu, Mas," keluhnya dengan suara pelan.
"Seharusnya kamu ngaca! kamu itu sudah seperti tengkorak berjalan. Aku malu jalan sama kamu," seruku.
"Astaghfirullah ..." lirihnya.
"Dah, ah! udah siang. Nanti aku telat!"
Aku meraih ponsel di atas meja dan berlalu dari hadapannya.
"Kamu mau kemana Gandi?udah rapi, pasti mau pacaran lagi, ya!" sentak Ibu.
"Ssstt ... Ibu! jangan kencang-kencang nanti dia dengar," bisikku dengan menautkan telunjuk di bibir.
"Biarin aja. Habis Ibu udah males lihat dia. Udah pemalas, mandul lagi," sungut Ibu. Ibu memang sudah tau jika aku punya gebetan diluar sana.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com