webnovel

Tiba Saat Iblis Menggenggam Dunia

Menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, membuat Asnawarman Hamran (Aswa) diberi kelebihan Cognitif of Divine. Memiliki 9 ranah pikiran yang memungkinkannya fokus melakukan 9 aktivitas berfikir sekaligus. Manfaat kelebihan yang ia miliki ini tentu sangat menguntungkan di dunia yang mengandalkan alam berpikir spiritual untuk membangun kekuatan. Pada kenyataannya, kelebihan diikuti tanggung jawab. Setelah menerima kemampuan Divine, takdir melalui mimpi membayanginya untuk berperan dalam perang akhir dunia. Dalam mimpi itu ia ditakdirkan untuk tewas. Lahir dalam keluarga beridiologi iblis, Aswa hidup dalam kehati-hatian di tengah masyarakat dengan menjadi mata-mata gerakan iblis. Peran ini ia mulai setelah masuk Sekolah Spiritual Menengah Atas Mahakama. Membangun relasi dengan teman-teman baru untuk membentuk aliansi. Melawan penguasa dunia yang konon telah berusia lebih dari 1000 Tahun. Tokoh yang membawa dunia ke era kemuliaan dan selamat dari Hari Kiamat.

busu_ufik · Fantasy
Not enough ratings
36 Chs

Ch. 30 Semua Bergerak

"Entah mengapa, mengenal Aswa, malah membuat persepsiku terhadap orang-orang yang berada di lingkaran iblis berubah sedikit demi sedikit," ujar Ivan yang sedang berjalan bersama Udil di seputaran hutan kota.

"Itu yang ku sebut tadi…" balas Udil. "…aneh kalau kelak kita harus bertarung dengan Aswa. Yah… Mudah-mudahan ia mau bergabung dengan guild atau sekte baik."

Ivan menatap Udil dengan mata menyipit dan berkata, "Kau tidak mengerti maksud, kan?" 

"Tidak ada yang tidak ku mengerti, Bro!" tantang Udil.

"Kau jelas tidak mengerti maksud perkataanku tadi," ujar Ivan. 

Dengan cengengesan Udil berucap, "Mengerti dong… memang maksud perkataanmu itu tadi apa? Hehehe…"

"Maksudku, pandanganku tentang orang-orang yang berada di lingkaran iblis mulai berubah. Sepertinya tidak semua orang di lingkaran itu adalah orang jahat. Kemungkinan mereka yang baik di lingkaran iblis memiliki motivasi dan visi tertentu," terang Ivan.

...

*Uuwebek…!* Gadget Udil berbunyi dengan nada kodok.

...

"Hehehe… Sudah ku duga memang seperti itu… hmm… pesan singkat dari sekretariat guild," kata Udil.

"Yah… Squad Almond didaftarkan menjalani misi Mengawal Espedisi Bekantan Bulu Emas. Misi ini juga diikuti Neo's Squad, Available 4U, FirstAidKiss, dan… Squad Pedang Hitam. Wah… menarik nih!" seru Ivan yang sedang membaca tautan yang dikirim ke gadget miliknya. Sama persis yang diterima Udil.

"Kapan giliran kita yang menjalani misi? Otakku sudah mulai gatal untuk menjadi terkenal!" timpal Udil.

"Kau tidak menyimak dengan baik, ya?" kata Ivan.

Udil mengernyitkan dahi. "Maksudmu?" ujarnya.

"Almond Squad itu squad kita, pintar! Always Monday Squad!!!" tandas Ivan, kesal.

Menyadari squadnya mendapat misi perdana, mata Udil melebar. "Wow…!!! Kesempatan bagus ini! Pokoknya tidak akan ku sia-siakan! Hehehe…"

"Sesampainya di rumah kita pamit sama orang tua kita masing-masing untuk pergi ke guild, oke?" kata Ivan.

"Oke brother!!!"

......................................

#Komplek Perumahan Elit Keluarga Enggang#

Setelah mendapat serangan dari Aswa dan terkena serangan jarum Doni, kondisi Karang Wasi tidaklah buruk. Di Aula Besar Komplek Keluarga Enggang Batu ia sedang duduk bersama pembesar keluarga.

"Hahaha…!!! Akhirnya ada lagi orang yang mampu menghentikan kecongkakan cucuku ini… Hahaha…" ujar seorang pria berusia 72 tahun bernama Saliman Wasi, Orang-orang dalam keluarga Enggang Batu memanggilnya dengan sebutan Tua Datuk Omeo*. Dia pejabat Ketua Bidang Perencanaan Strategis Keluarga Enggang Batu, kakeknya Karang Wasi. 

"Dari keluarga mana musuhmu itu berasal?" Tanya adik dari ayahnya Karang Wasi, Hawaris Wasi. Karang Wasi memanggilnya Busu Haris**. 

*Tua=sebutan untuk kakak dari orang tua, Datuk=Kakek, Omeo=panggilan sejak kecil kakek Karang Wasi

**Busu=Sebutan untuk adik orang tua.

"Ku dengar-dengar nama ayahnya Muhayman. Pastinya bukan dari keluarga terkemuka! Hmmm…" seusai menerangkan, wajah Karang Wasi berubah marah. "Huh… buat apa busu bertanya tentang anak itu?" tantang Karang Wasi.

"Hahaha… Hahaha…" Busu Haris tertawa sejadi-jadinya. "Aku hanya menjebakmu! Hahaha… ternyata kau ada ketertarikan dengan anak itu sampai-sampai tau nama ayahnya! Hahaha…"

"Hahaha?" Karang Wasi membeo tanda tak suka. "Dibanding pria lain yang mampu menghajarku… Dia jelas yang terlemah! Aku hanya lengah saat itu, tau!" pungkasnya.

"Jadi, mana dari pria-pria ini yang kau pilih?" goda Busu Haris.

"Hahaha… Cukup menggoda Karang Wasi,,, Aku mengumpulkan kalian di sini, termasuk Karang Wasi untuk menyampaikan rencana masuk ke Gerbang Pipit Neraka, Kepala Keluarga sudah menyetujui rencana yang ku buat. Sekarang tinggal kekompakan kalian dalam menjalani misi," terang Datuk Omeo.

"Bukankah gerbang itu dijaga oleh Guild Cahaya hingga sekarang? Anjing-anjing penjaga itu…" seorang yang hadir di Aula berseru sebelum akhirnya dihentikan Datuk Omeo dengan satu lambaian tangan.

"Memang… Aku mendapat informasi itu dari keluarga kita yang menjadi anggota Guild Cahaya. Encore ingin membuka gerbang itu dan memiliki segala yang ada di dalamnya. Mereka bahkan sudah bertemu dengan seorang yang mengaku Ahli Nujum. Dalam beberapa langkah besar, mereka mungkin akan berhasil membuka gerbang itu," lanjut Datuk Omeo.

"Ikut campur masuk ke gerbang itu sama saja dengan memprovokasi Guild Cahaya. Guild ini seperti yang kita ketahui berafiliasi dengan basis sekte internasional. Apakah Ayah sudah merencanakan ini dengan matang?" Tanya Busu Haris.

Diragukan oleh anaknya sendiri, Datuk Omeo memasang wajah serius. "Sebenarnya aku sudah menggoda Encore agar mau bercerita tentang harta Keluarga Pipit Ungu yang mereka jaga. Tapi Encore tidak mau berbagi informasi dengan kita barang sedikitpun. Betapa serakahnya Encore! Padahal kita hanya akan mengambil harta milik kita yang dicuri Keluarga Pipit Ungu."

"Apa rencana Ayah sekarang? Aku pribadi akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kita!" tantang Busu Haris.

Datuk Omeo menerangkan, "Ya… Bagus kalau demikian. Perlu kalian ketahui bahwa remaja yang mengaku Ahli Nujum, yang saat ini berada di Guild Cahaya, pagi tadi menemui Kepala Keluarga dan Aku. Ia mengaku paham tentang cara membuka Gerbang Pipit Neraka. Remaja ini memiliki posisi tawar yang tinggi saat bernegosiasi dengan Guild Cahaya. Tapi ia sadar kalau ia tidak bisa menghadapi petinggi Guild Cahaya sendirian. Oleh karena itu, ia meminta bantuan kita untuk menyamar menjadi rekannya sesama Ahli Nujum. Menambahkan pengetahuan kita tentang sebaran kekuatan Guild Cahaya saat ini, kemungkinan keberasilan kita sekitar 40 persen.

Aku sudah memerintahkan dua puluh tim untuk mengawasi gerakan Guild Cahaya yang sedang mencari 'kunci' gerbang. Malam nanti dua puluh tim akan pergi untuk menjaga tim pengawas yang sudah bergerak duluan. Aku, Haris dan Karang Wasi akan menyamar jadi Ahli Nujum. Sisa dari kita menjaga komplek seolah kita tidak tau menau dengan rencana Guild Cahaya."

"Hah!!! Aku juga ikut, Tuk?" Karang Wasi berseru kaget.

"Kau takut?" tantang Datuk Omeo.

"Bu-bukan itu! Ya sudah… ini bukan masalah besar bagiku," ujar Karang Wasi.

Datuk Omeo berdiri dan berkata, "Kalau begitu… Kami bertiga akan berangkat dulun ke tempat pertemuan dengan remaja Ahli Nujum."

"Sekarang??!!!" Karang Wasi lagi-lagi kaget.

"Sudah… ikuti saja apa kata Datukmu…" pungkas Busu Haris.

...................................................….

#Guild Cahaya-Ruang Pertemuan Rahasia#

Master Void akhirnya diterima Encore dan koleganya sebagai tamu. Ia mulai menerangkan cara masuk Gerbang Pipit Neraka karena masih belum mendapat kepercayaan. 

Master Void bercerita, "Gerbang Pipit Neraka sebenarnya hanyalah ilusi. Tapi ilusi yang sangat kuat dengan gambaran ribuan gerbang yang dihiasi suara burung pipit dan teriakan orang-orang yang sedang disiksa hanya untuk menyembunyikan Gerbang Primer dan Gerbang Sekunder."

"Apakah ia pernah masuk ke dalamnya? Aku masih merasa ia hanya membual," bisik Trisula Angin di telinga Encore.

"Mendengarkan cerita remaja ini dan bisikan Trisula Angin membuat diriku gamang! Kurang ajar…!!! Guild kami sudah berpuluh-puluh tahun mengamati cara membuka Gerbang Pipit Neraka. Tapi kami hanya dapat sedikit petunjuk, 'kuncinya adalah manusia' dan 'waktunya adalah pada bulan oktober'. Kematian Nata Prahara menyebabkan anomali pada ruang penyimpanan. Awal tahun depan gerbang itu sudah dipersiapkan untuk hancur! Kami tidak punya banyak waktu… Brengsek kau Nata Prahara!!!" hardik Encore dalam hati.

Tidak peduli dengan sikap apatis dari Encore dan Trisula Angin, Master Void lebih fokus pada pemberian paham kepada Master Maramuslihat. Pria ini walau seorang diri bisa mempengaruhi keputusan Encore.

"Oleh karena Nata Prahara sudah tiada, 'kunci' gerbang ikut tiada. Namun masih ada 'kunci' pengganti. Pertama kita perlu roh orang yang mati bunuh diri untuk menghilangkan ilusi. Waktunya sesaat sebelum sungai Mahakam mengalami puncak pasang perbani. Pada puncak pasang perbani, ilusi mulai pudar, dan Gerbang Sekunder akan terlihat. Jasad orang itu akan menempel pada pintu gerbang Sekunder menumpuk dengan jasad-jasad pada tahun-tahun sebelumnya… Jika itu terjadi… gerbang primer tidak akan terbuka… artinya perlu ada orang yang menangkap jasad itu dan membawanya ke gerbang primer sebagai kunci membuka gerbang…" terang Master Void.

Maramuslihat berkata dalam hati, "Jasad dan roh orang yang bunuh diri? Hmm… Informasi ini memang ada relevansi dengan petunjuk sebelumnya… namun pada titik ini aku tidak boleh langsung percaya!"

"Bagaimana bisa tepat waktu?!" sela Trisula Angin.

"Biar ku ceritakan lebih detail, cara kerja gerbang itu mengikuti dinamika arus Sungai Mahakam, Surut dan Pasang… Dalam beberapa hari ke depan periode pasang Sungai Mahakam akan banyak memakan korban. Saat itu memang orang-orang terdahulu menyebut Sungai Mahakam sedang mengidam, layaknya ibu hamil. Bedanya, Sungai Mahakam mengidam-idamkan nyawa manusia. Pada periode itu banyak nyawa manusia yang mati tenggelam. 

Umumnya mereka yang mati tenggelam dikarenakan kecelakaan, Penyebab lain tentu saja depresi hingga berujung bunuh diri. Ini yang kita cari. Bila waktu kematian bunuh diri itu tepat, gerbang sekunder akan muncul tidak jauh dari lokasi orang yang bunuh diri. Jasad orang yang mati bunuh diri akan bergerak menuju gerbang sekunder. Harus ada orang yang merebut jasad tersebut dan membawanya ke gerbang primer. Gerbang yang satu ini berada tidak jauh dari gerbang Pipit Neraka. Menempelkan jasad ke gerbang primer sama halnya dengan membuka Gerbang Pipit Neraka yang sampai sekarang kalian rahasiakan tempatnya," pungkas Master Void.

"Kenapa harus orang yang mati bunuh diri?" Maramuslihat mencoba menguji Master Void.

Master Void menjawab, "Di antara orang yang mati pada saat itu, hanya orang yang mati bunuh diri yang tidak melakukan perlawanan. Mereka bergelimang keputus-asaan."

"Berapa jumlah kematian orang yang mati bunuh diri saat itu?" Maramuslihat menambah pertanyaan.

"Jika dalam periode itu, aku sendiri tidak tau dengan pasti. Tapi menurut perhitunganku, ada satu yang akan tepat waktu, pukul 11.59… Masalah lain, aku tidak tau di mana lokasinya," jawab Master Void.

"Sesederhana itukah?" tantang Encore.

Master Void membalas dengan singkat, "Ya…"

"Kalau demikian, kami hanya perlu mengawasi setiap sisi Sungai Mahakam! Menunggu seseorang depresi dan bunuh diri! Hahaha…" ujar Trisula Angin sambil berdiri dan tertawa terbahak-bahak. 

Seketika ia menatap tajam ke arah Master Void sembari berkata, "Jangan anggap kami orang bodoh! Gerbang ini disebut-sebut sebagai Maha Karya kelas 'S'! Tidak mungkin sesederhana itu! Dan…"

Encore langsung memotong, "Sayangilah nyawamu, bocaaah…! Kalau memang kau cerdas, kau tidak akan bermain-main dengan kami. Katakan apa yang ingin kau sampaikan lagi! Jangan buang-buang waktu kami!"

"Aku sudah mengatakan semuanya," ujar Master Void santai.

"Benarkah memang sesederhana itu?" Tanya Maramuslihat yang memang terlihat masih ragu.

"Memang sesederhana itu…" jawaban Master Void masih sama.

Maramuslihat mendekatkan wajahnya ke wajah Master Void. *Snif**Snif* ia mengendus aroma Master Void seperti binatang. "Kalau memang semua yang katakan itu sahih dan sudah lengkap. Maka tentu kami tidak memerlukanmu lagi… Membunuhmu bukanlah perkara sulit bagi kami… Tapi Aku ragu kalau kau adalah orang bodoh, orang gila, atau orang semacam yang lain… Pasti masih ada yang kau sembunyikan…" ujar Maramuslihat.

"Kalian tidak akan membunuhku sebelum gerbang itu terbuka dan harta itu ditemukan," balas Master Void.

"Apakah kau yakin? Heh…!!!" Encore mulai menekan.

*Blizzzzzzttt….* Gelombang listrik menyengat ke tubuh Master Void. Tapi Master Void tidak merasakan apapun.

"Orang ini…" Encore membatin. Ia mulai resah saat serangannya tidak memiliki efek ke tubuh Master Void.

"Tidak perlu menekanku… Begitulah semestinya cara kita bekerja. Kalian bukan amatir! Aku sudah mengaku kalau aku butuh kalian. Tanpa kalian aku tidak akan bisa membuka gerbang itu dan mengambil sedikit bagianku…" ujar Master Void.

"Cuiiihhh…" Trisula Angin meludah. "Kau pikir kau siapa? Tidak ada bagianmu di sana!" bentaknya.

Maramuslihat mengangkat tangannya untuk menghentikan Trisula Angin. Ia mengatakan, "Cukup Aku, Tris! Cukup aku yang berbicara…" Maramuslihat menatap Master Void dan bertanya, "Bagaimana jika kami tidak memberitahumu lokasi Gerbang Pipit Neraka?"

"Jika demikian, maka kita semua tidak dapat apa-apa… Aku akan sangat menyesalkan hal itu…" jawab Master Void.

"Benda seperti apa yang kau inginkan di sana?" Maramuslihat kembali bertanya.

Master Void menjawab, "Bukan barang yang berguna di tangan kalian. Itu hanya semacam kenang-kenangan dari guruku…" 

"Siapa gurunya? Aku belum pernah bertemu dengan Ahli Nujum sebelumnya. Dan juga Aku merasa motivasi anak ini bukan benda sembarangan… tapi tidak ada salahnya mengikutinya. Toh… kami tidak mendapat petunjuk lebih sebelum kedatangan remaja ini…" pikir Maramuslihat.

Maramuslihat sedikit mengancam, "Oh… Benda yang tidak berguna? Entah benda apapun itu, apakah kau tidak berpikir kalau nanti kami akan merebutnya?"

Master Void menyeringai, "Hahaha… Silahkan rebut kalau kalian bisa… Hahahaha…"

"Hahaha… Kau harus bersiap saat itu terjadi! Hahaha… Encore, arahkan seluruh anggota mencari orang-orang yang diduga akan bunuh diri!" titah Maramusliat.

..........................................…

Neo Squad dibagi menjadi dua kelompok. Aswa, Neo dan Godel tergabung dalam kelompok pertama dan bertugas menyelesaikan misi menangkap Monster Cicak. Kelompok kedua terdiri dari Neng Mawar, Jeon, Yanda dan Pukus menjalani misi Mengawal Espedisi Bekantan Bulu Emas. Tim melakukan persiapan untuk menjalankan misi.

Kelompok Jeon bergerak menuju kediaman pihak yang membuat permohonan bantuan melalui quest. Sedangkan kelompok Aswa, Neo dan Godel telah berada di rumah tak berpenghuni untuk menangkap Monster Cicak.

"Kenapa jadi seperti ini?" keluh Godel.

"Kau yang meminta squad dibagi menjadi dua kelompok!" balas Aswa.

Godel menatap marah ke arah Aswa seraya berkata, "Aku bermaksud menghindari si Goblok ini dan Si Nyonya Tukang Sela! Mengapa kau tidak menggabung mereka menjadi satu, brengsek?!"

"Sudalah, Del… Aku ada rencana lain denganmu, bukan?" bujuk Aswa.

"Balai Kota?" Godel berseru singkat. Aswa menjawabnya dengan mengangkat kedua alis.

"Kapan kita berangkat?" Mood Godel berubah 180 derajat mendengar perkataan Aswa.

"Aku ingin melihat situasi terlebih dahulu…" Aswa menatap ke sekeliling rumah kosong untuk mengintai. "Di sekitar rumah, beberapa Squad kroco ikut mengintai. Mereka tidak akan bertindak secara gegabah," lanjut Aswa.

"Hah? Mana si Goblok?" seru Godel.

"Ya… Semua orang di sini tidak akan gegabah… kecuali Neo!" pungkas Aswa.

***