webnovel

Belum Siap

Mereka keluarga Claire dari kantor datang menjenguk Claire di rumahnya, mereka datang saat jam makan siang kantor, mereka tahu kalau Claire sudah kelura dari rumah sakit sejak beberapa hari lalu.

Claire menerima kedatangan mereka dengan senang hati, Claire memang sedang butuh teman sekarang, dan kebetulan mereka datang ramai-ramai ke rumah minimalis milik Claire.

"Kenapa masih tidak masuk kantor ?"

"Nanti sajalah, aku masih lemas"

"Kerjaan kamu tuh, udah segudang"

"Bantu kerjakan dululah, pelit amat"

"Kalau bisa ya udah dikerjakan dari kemarin kali, gimana sih"

Claire hanya tersenyum mendengar jawaban Annisa, mereka berkumpul 8 orang .... Cliare senang dengan itu meski pun jadinya bising tapi memang Claire lagi butuh keceriaan.

"Mana sih ini lama banget kang gojeg"

"Sabar kali Adam, kaya berapa tahun gak makan aja"

Mereka memang tengah menunggu makanan saat ini, karena Claire yang tidak memiliki persediaan apa pun di rumahnya, jadi Cliare tidak bisa menjamu kedatang mereka.

Claire hanya bisa memesankan makanan saja dari luar, memang dasar mereka tukang makan .... meski begitu mereka tetap senang, jelas saja kan tetap gratis.

"Claire, kita udah dengar loh soal Pras"

Claire menoleh dan terdiam, senyumannya yang sempat terlihat seketika memudar.

Claire tak ingin ingat tentang Pras, Claire tidak akan pernah bisa merelakan kepergian Pras, jadi Claire ingin bisa untuk melupakannya.

"Sabar Claire, semua udah jalan Tuhan"

Claire mengangguk, matanya terasa panas, ingin sekali Claire menangis saat ini.

"Tapi aku penasaran, gimana keluarganya Pras"

"Mereka benci sama aku, bukan mereka sih tapi mamahnya aja"

"Kok gitu ?"

"Dia merasa kalau aku adalah penyebab kematian Pras, aku adalah orang yang menyebabkan dia kehilangan putranya"

"Lah .... memangnya kamu gak ceritakan kejadiannya ?"

"Ya itu hasil dari ceritanya, memang seperti itu akhirnya"

"Gak waras tuh orang, memangnya Claire yang mengatur hidup matinya seseorang, kenapa malah jadi disalahkan"

"Iya, kamu harusnya lawan dong"

"Tahu, Pras juga pasti gak akan terima kamu disalahkan"

Claire menggeleng, entahlah .... yang jelas Claire ingin melupakan semuanya.

Kehilangan itu sudah sangat menghancurkan Claire, dan Claire tidak ingin terus menerus mengingatnya dengan sengaja.

"Sudahlah, untuk apa membahas itu, sekarang bahas yang pasti-pasti aja"

"Iya .... kapan kamu masuk kantor lagi"

Claire mengangkat kedua bahunya sekilas, Claire tidak memiliki jawaban untuk itu.

"Garus masuk lagi dong Claire, kita kehilangan nih lama banget kamu gak masuk"

"Memangnya aku masih dibutuhkan"

"Geser kali ya otaknya, bisa-bisanya bertanya seperti itu"

Claire sedikit tertawa mendengar kalimat Andres, sepenting itukah Claire diperusahan itu.

Bukankah masih banyak juga orang yang memang menguasai pekerjaan yang dijalani Claire selama ini, mereka bisa seleksi lagi orang yang memang bisa menggantikan Claire.

Buktinya Claire juga mampu menggantikan karyawan yang sebelumnya, jadi setelah Claire juga masih ada lagi yang bisa dipercaya untuk tanggung jawab itu.

"Malam nonton ah, ada film horor baru loh"

"Boleh tuh, baru gajian juga, lumayanlah ada jatah happy-happy dulu"

"Claire"

"Aku gak mau"

Semua terdiam menatap heran pada Claire, bagaimana bisa Claire menolak setelah selama ini, menonton adalah acara yang paling disukainya.

"Claire, are you oke .... sayang"

Claire menoleh, melirik Nino disana .... sejak kapan Nino berani berkata seperti itu.

"Emmmm ..... kesempatan dalam kesempitan"

"Tahu lu ah, so ok banget"

"Apa sih, sirik aja kalian ini"

Claire menggeleng tanpa berkata apa pun juga, Claire tidak ingin ikut rencana mereka malam ini.

Claire sudah gagal pergi nonton dengan Pras, tidak bisa .... Claire tidak ingin melalukan apa pun yang berhubungan dengan Pras.

"Ayolah .... ganti deh ada komedi juga kok"

"Claire kasih yang alay aja, romance gitu loh"

"Aku gak mau, kenapa sih maksa banget, aku masih mau istirahat bukan mau nonton, kalian aja sana pergi"

"Gak asyik nih"

Claire terdiam tak lagi berkata apa pun, Claire merindukan Pras, mana dia sekarang kenapa tidak juga menemui Claire.

Apa Pras tidak tahu kalau Claire masih mengharapkan Pras ada, Claire selalu berharap kalau jenazah yang ditemukan itu bukanlah Pras.

Selang beberapa saat, pintu rumah Claire diketuk, mereka tampak bersorak karena yakin kalau itu adalah pengirim makanan yang sedang mereka tunggu.

"Cepat Claire"

"Iya sabar"

Claire berlalu untuk membukakan pintu, Claire tersenyum dan menerima beberapa kantong yang diberikan orang dihadapannya.

Claire lantas membayar tagihannya, untunglah Claire punya uang cash jadi tidak perlu repot.

"Terimakasih pak"

"Sama-sama, permisi"

"Iya"

Claire kembali menutup pintunya dan membarikan makanan itu pada mereka semua, Claire menggeleng .... heboh sekali mereka itu.

"Makan makan makan"

"Iya, buruan keburu masuk kantor"

"Iya, buruan Claire, makan"

"Ya makanlah, kalian aja dulu nanti kalau ada sisa baru aku makan"

"Ih kenapa sih ini anak"

"Dibilang otaknya geser, jadi gitu tuh"

Claire tersenyum tanpa berkata apa pun, mereka lantas menikmati makanannya tanpa lagi peduli dengan Claire.

"Enak banget"

"Nyobain dong"

"Mau aja"

"Kenapa sih, pelit banget"

Mereka tampak ribut sekali, Claire terdiam memperhatikan mereka semua.

Kenapa hidup Claire tidak bisa seperti mereka, kebahagiaan mereka terlihat begitu nyata.

Keluarga yang lengkap, saudara yang mau menerima dan mungkin juga kekasih yang begitu menyayangi mereka.

Tidak seperti Claire, keluarganya telah tiada, saudara pun turut mengabaikannya.

Dan sekarang Pras yang pergi darinya, keluarga Pras juga tak lagi peduli dengannya.

Malang dan bahkan miris sekali hidup Claire, semua terasa sangat gelap, Claire merasa benci dengan hidupnya sendiri.

Dunia sangat keras pada Claire, tidak ada toleransi untuk segala masalah yang datang pada Claire.

Semua serba menyakiti .... menghancurkan, Claire benci dengan dunianya.

Claire mengerjap saat merasakan ada yang mengusap punggungnya, Claire menoleh dan melihat Nino disana.

Claire tersenyum dan menjauhkan tangan Nino begitu saja, itu tidak perlu .... Claire tidak ingin dikasihani seperti itu.

"Makan dong Claire"

"Iya nanti, kalian makan aja yang banyak biar fokus kerjanya, jadi gak akan ada kesalahan"

"Dapat bonus deh"

Claire tersenyum dan mengangguk pasti, Annisa memang selalu cepat tanggap kalau masalah uang.

Annisa memang sama seperti Claire, jika berhadapan dengan pekerjaan .... Annisa akan benar-benar fokus pada pekerjaannya, dan melupakan semua hal yang lainnya.

Annisa juga yang kerap kali menemani Claire jika sedang lembur di kantor, Annisa selalu senang jika lembur bareng Claire, karena Claire sering membantu pekerjaan Annisa.

Diantara mereka semua, memang Annisa yang selalu bareng Claire .... mereka mungkin teman dekat, dan lebih dekat dibanding dengan yang lainnya.

Jika saat berkumpul bersama pun, Annisa lebih sering berbincang dengan Claire, dan membiarkan mereka dengan topik mereka sendiri.