Gan Fall dan kru Luffy yang lain saat ini sedang menatap langit yang dipenuhi awan petir tempat Luffy menghilang. Gan Fall memiliki ekspresi bingung di wajahnya karena dia belum pernah melihat peristiwa seperti ini sebelumnya.
"Aku belum pernah melihat surga semarah ini," bisik Gan Fall dengan suara yang cukup keras sehingga semua orang bisa mendengarnya.
"Itu bukan surga," jawab Sanji sebelum dia menyalakan sebatang rokok baru.
"Itu hanya kapten kami yang sedang marah," ucap Nami. Mereka semua masih berdiri di dekat Robin dan Chopper, yang masih merawat luka Robin.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Nami?" Usopp bertanya sambil mengalihkan perhatiannya ke navigator mereka. Nami berpikir sebentar sebelum dia memberikan respons pada Usopp.
"Untuk saat ini, kita perlu menjauhkan kapal dari Upper Yard," jawab Nami. Tepat ketika Nami mengatakan itu, sambaran petir turun dari langit dan menyambar altar pengorbanan, yang menghancurkannya sepenuhnya.
Potongan-potongan dari altar yang hancur meledak ke segala arah dengan beberapa dari mereka bahkan terbang ke arah kapal.
Sanji, Usopp, dan Gan Fall segera beraksi untuk melindungi kapal dengan Sanji menendang beberapa puing dari menabrak kapal, Usopp menggunakan ketapelnya untuk menembak beberapa dari mereka sehingga menjauh dari Merry, dan Gan Fall menggunakan tombaknya untuk menghentikan beberapa dari puing.
"Nami benar," ucap Sanji sambil menendang batu raksasa lain. "Kita harus segera keluar dari sini. Tidak ada yang tahu seberapa besar kekuatan yang akan dilepaskan Luffy," tambahnya, membuat semua orang mengangguk setuju.
"Chopper, kau harus membawa Robin ke dalam kabin," kata Nami sambil melihat ke arah rusa kecil yang merawat luka Robin.
"Baik!" jawab Chopper sebelum dia merubah tubuhnya menjadi Heavy Point dan menggendong Robin kemudian membawanya ke dalam. Sanji kemudian berjalan ke arah jangkar dan menariknya keluar dari lautan awan sementara Nami dan Usopp membuka ikatan layar.
"Kita harus menggunakan Crow untuk mendorong Merry karena tidak ada angin di sekitar sini," ucap Usopp sebelum berjalan ke samping dan melompat ke bawah di mana Crow berada.
Usopp kemudian mengarahkan kapal kecil yang dipinjamkan Conis kepada mereka ke bagian belakang Going Merry sebelum mengakalinya dan menyalakan Dials, menyebabkan kapal kecil itu berperan seperti baling-baling untuk Going Merry.
Para kru kemudian mulai berlayar keluar dari Upper Yard sama dengan ketika mereka masuk. Dalam perjalanan keluar, mereka semua terkejut ketika seseorang mendarat di dek utama.
Berpikir bahwa itu adalah musuh, mereka semua dengan cepat mengalihkan perhatian mereka ke tempat di mana mereka mendengar suara tadi dengan semua senjata mereka dalam keadaan siap.
Namun, mereka semua kembali santai ketika melihat bahwa suara itu ternyata Nojiko yang berdiri di tengah dek utama dengan tongkat tiga bagian miliknya tergantung di lahernya.
"Kalian semua tidak berencana meninggalkanku di sini kan?" Nojiko bertanya sambil tersenyum. "Di mana yang lainnya?" Nojiko bertanya lagi ketika dia memeriksa ke sekeliling dan tidak melihat Luffy, Zoro, Robin, atau Chopper.
"Orang bernama Enel itu menyerang Robin; Chopper saat ini sedang merawatnya di dalam. Zoro sampai sekarang belum kembali dan Luffy pergi untuk membunuh Enel," Nami menjelaskan.
"Apakah Robin baik-baik saja?" Nojiko bertanya dengan ekspresi khawatir di wajahnya.
"Dia memiliki beberapa luka bakar, tetapi secara keseluruhan dia akan baik-baik saja," jawab Nami, menyebabkan adiknya menganggukkan kepalanya sambil menghela napas lega pada saat yang sama. Nojiko kemudian menatap ke arah langit sebelum dia tertawa.
"Aku menebak Luffy sangat marah sekarang," ucapnya.
"Lebih dari itu," Nami, Sanji, dan Usopp menjawab secara bersamaan. Merry kemudian memulai perjalanannya untuk keluar dari Upper Yard dengan bantuan Gan Fall yang mengarahkan mereka.
** Dengan Zoro **
Zoro saat ini berdiri di dalam sebuah kubah yang terbuat dari kawat awan berduri bersama dengan 5 Shandorians, salah satu Pendeta Enel, 4 orang berkepala kambing aneh yang bekerja untuk Enel, seekor anjing raksasa, dan seekor ular raksasa.
Perkelahian mereka jika dilihat akan sangat aneh. Setiap kali Zoro melangkah maju untuk melawan pendeta itu, ia diserang oleh salah satu Shandorian atau anjing. Satu-satunya alasan dia tidak terluka parah adalah karena observasi hakinya.
Sejujurnya, Zoro tidak menyikapi semua pertarungan ini dengan serius sama sekali, itu bisa di lihat dengan Zoro hanya menggunakan dua pedangnya dan dia juga belum menggunakan Armament Haki.
Saat ini, semua pertempuran berhenti karena langit tiba-tiba menjadi hitam dengan petir dan kilat menyambar di langit.
"Kalian semua sebaiknya menyerah," ucap pendeta itu sambil meletakkan pedangnya di bahunya. "Tidak ada yang lolos dari ramalan Enel yang maha kuasa! Dan sepertinya dia telah menjadi tidak sabar dengan kalian semua dan siap untuk menurunkan Penghakiman ilahi-Nya!" ucap pendeta itu, menyebabkan Zoro terkekeh.
"Aku tidak tahu tentang tuhanmu, tapi sepertinya kaptenku sangat marah," sahut Zoro, menarik perhatian semua orang.
"Kaptenmu sama seperti penghuni Laut Biru lainnya, dia lem-" ucap pendeta itu sebelum dia tiba-tiba berhenti akibat sambaran petir hitam yang turun dari langit menerobos sangkar kawat seolah-olah itu terbuat dari kertas dan menjebolnya.
Ketika sambaran petir menghilang, semua orang di sana terkejut ketika melihat pendeta tadi terbaring telentang dengan Luffy berdiri di atasnya dengan kaki kanannya di atas kepala pendeta itu, menekannya ke tanah.
"Aku akan mengajukan satu pertanyaan dan hanya satu kali saja, jika kau ingin hidup kau sebaiknya menjawab ku," ucap Luffy dengan ekspresi marah di wajahnya sambil menatap ke arah pendeta yang berada di bawah kakinya.
"Di mana Enel?" Luffy bertanya sambil meningkatkan tekanan kakinya pada kepala pendeta itu. Kaki Luffy menutupi mulut pria itu, sehingga pendeta tersebut bahkan tidak bisa menjawabnya.
"Tidak mau menjawab huh, well itu sayang sekali," ucap Luffy sebelum dia meningkatkan tekanan pada kepala pria itu secara tiba-tiba, menghancurkan kepalanya seperti anggur yang di injak.
Mata semua orang yang melihat ini langsung melebar kaget karena apa yang baru saja mereka saksikan. Orang itu adalah salah satu pendeta Enel, salah satu tentara terkuat di seluruh Upper Yard, namun ia terbunuh dengan begitu mudah.
"Berani sekali kau!" teriak orang-orang berkepala kambing sebelum mereka semua melesat ke arah Luffy, mencoba menyerangnya dari belakang. Tetapi, Luffy, tidak menggerakkan satu otot pun, dia hanya berdiri di sana. "Rasakan ini!" teriak mereka semua sambil mengarahkan telapak tangan mereka yang terbuka pada Luffy.
"Axe Dial!" mereka semua berteriak sambil mereka mengaktifkan dial mereka, mengirim empat bilah pedang angin bertekanan pada Luffy yang hanya menatap keempat penyerangnya dengan ekspresi bosan di wajahnya.
Pedang angin itu berhasil memotong tubuh Luffy menjadi tiga bagian dan memisahkan lehernya dari tubuhnya. Apa yang terjadi selanjutnya mengejutkan semua orang di sana kecuali Zoro.
Tubuh Luffy berubah menjadi kilat dan menempatkan tubuhnya yang terpisah kembali menjadi satu, seolah-olah tidak ada yang terjadi sejak awal.
"Seorang pengguna logia," bisik pemimpin Shandorians.
"Itu kesalahan besar," ucap Luffy, sebelum dia mengangkat tangan kanannya dan mengarahkan telapak tangannya yang terbuka ke empat penyerangnya dengan cahaya listrik berwarna biru mengelilingi telapak tangannya.
"El Thor!" Luffy berkata dengan suara rendah. Ketika dia mengatakan itu sebuah pilar silindris raksasa selebar 10 kaki melesat keluar dari tangannya dan menelan keempat penyerangnya, membakar mereka bersama dengan semua yang ada di belakang mereka.
Ketika pilar itu menghilang dan Luffy menurunkan tangannya, keempat lelaki tadi tidak terlihat di mana pun, begitu juga semua benda yang ada di belakang mereka.
"Umm, apa semuanya baik-baik saja, Kapten?" Zoro bertanya sambil menatap kaptennya.
"Tuhan itu mengunjungi Robin," kata Luffy dengan suara dingin tanpa emosi.
"Apakah dia baik-baik saja?" Zoro bertanya.
"Dia baik-baik saja. Dia bersama Chopper sekarang," jawab Luffy sambil melihat sekeliling.
"Kurasa dia ada di atas sana," ucap Zoro sambil menunjuk pohon kacang raksasa. Luffy melihat ke arah pohon kacang yang tampaknya tumbuh sampai ke langit, yang menandakan sesuatu mengingat bahwa pohon itu tumbuh sangat tinggi.
"Kalau begitu, maril kita menurunkan Tuhan yang mahakuasa dari tahta emasnya," ucap Luffy dengan suara yang penuh kemarahan. Luffy kemudian berjalan ke tepi kubah tempat pohon kacang itu berada. Dia kemudian mengarahkan tangan kanannya ke depan wajahnya sebelum mengepalkan tinjunya, menyebabkan kilat listrik berwarna hitam pekat mengelilingi tubuhnya.
"Gear Second!" ucapnya, menyebabkan petir hitam di sekitar tubuh semakin menjadi-jadi seiring dengan petir dan kilat yang menyambar di langit. Luffy kemudian mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke pohon kacang raksasa sebelum dia berbicara lagi.
"Heaven Sword!" ucap Luffy dengan suara mengancam sambil menebaskan kedua jarinya secara horizontal di udara, meninggalkan jejak kecil kilat berwarna hitam mengikuti di ujung jarinya. Dua detik setelah tebasan selesai, suara petir yang memekakkan telinga mengguncang seluruh pulau dan pada saat yang sama, batang kacang raksasa itu terpotong menjadi dua.
"D-dia ... dia baru saja memotong Giant Jack dengan jarinya," salah satu dari Shandorians berbisik dengan suara kagum dan takut.
"Siapa dia sebenarnya?" tanya yang lain. Bahkan Zoro agak terkejut melihat kekuatan Luffy yang sekarang. Zoro mengira tidak ada lagi yang bisa dilakukan Luffy untuk mengejutkannya, tapi dia salah.
Lelaki itu baru saja memotong batang pohon kacang raksasa dengan satu jarinya, bukan pedang, melainkan jarinya. Hal lain yang mengejutkan Zoro adalah kilat petir berwarna hitam, dia belum pernah melihat Luffy menggunakan kemampuan seperti itu sebelumnya.
Itu membuat Zoro sadar bahwa ada banyak hal tentang kekuatan kaptennya yang tidak mereka ketahui. Pohon kacang yang ternyata bernama Giant Jack itu mulai jatuh ke arah barat pulau.
** Angel Island **
"Semuanya, lihat!" teriak warga Skypiean sambil menunjuk ke arah Upper Yard. "Giant Jack tumbang!" teriak lelaki itu, membuat semua orang melihat ke arah pohon kacang raksasa yang semakin miring setiap detiknya.
"Apa yang terjadi disana!?" tanya kapten White Barret. "Pertama surga berubah menjadi hitam dan sekarang Giant Jack jatuh. Apa yang sebenarnya Enel lakukan di sana?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.
"Apakah ini semua karena para penghuni Blue Sea itu?" seseorang bertanya dengan ketakutan.
"Apakah kau pikir mereka yang melakukan ini?" warga lain bertanya dengan ketakutan.
"Semuanya, harap tenang!" teriak kapten White Barret yang berusaha menenangkan publik. "Kami dari White Barret akan melindungi kalian!" teriaknya.
** Di Going Merry **
Semua kru Luffy telah menjatuhkan jangkar agak jauh dari pulau. Para kru sangat beruntung karena bertemu dengan Conis dan ayahnya yang datang ke Upper Yard, dengan harapan membimbing para Topi Jerami untuk melarikan diri.
Mereka menggunakan serangkaian dial untuk membantu para topi jerami mengambil jalan pintas dan keluar dari Upper yard lalu menyelamatkan diri.
"Ayah, lihat," ucap Conis sambil menunjuk ke arah Giant Jack. "Giant Jack jatuh," katanya sambil menatap pohon kacang yang jatuh.
"Ya ampun, kau benar," sahut Pagaya sambil menatap pohon hijau raksasa yang jatuh.
"Hal apa yang bisa menumbangkan pohon sebesar Giant Jack seperti itu !?" Tanya Gan Fall.
"Luffy," jawab semua kru Luffy dengan santai.