webnovel

Beraninya dia meragukan ku

"Ada apa?, kau sedang mengutukku didalam hati? kau menyesal sudah menolongku?" (membalikkan kepala)

"Siapa bilang? aku hanya mencoba mengingat apa yang sudah ku katakan pada perawat dan dokter tadi. Aku rasa waktu ibu hamil pasti mengidap memakan cabe yang paling pedas."

"Bagaimana bisa kau begitu kenal dengan ibu ku? apa sebelumnya kau orang suka berhutang ke rumahku setiap pagi itu?"

"Aku bahkan kasihan pada orangtua merawat anak yang cerewet seperti ini."

"(Bicara dalam hati) kalau aku jadi ibunya, pasti sudah ku bunuh dia dari kecil"

"Sayangnya kau bukan ibuku (tersenyum)"

"Pria arogan ini bagaimana bisa tahu apa yang aku katakan (bicara dalam hati)"

"Tak usah heran, aku tahu apa yang ada dalam otak kecilmu itu, semua terlukis lansung diwajahmu yang kaku itu. Sekarang katakan padaku apa yang katakan pada mereka"

"Aku katakan pada mereka bahwa kau teman kuliahku, namamu Jimi yang satu kampung denganku, kau terluka karena ada orang yang mau membegal kita. Mereka membawa senjata tajam, karena kau tak membiarkan mereka mengambil laptopku jadi berkelahi dengan mereka, sampai-sampai menusuk mu dengan pisau. Kita juga tidak dapat mengenali wajah mereka, begitu mereka tahu kau tertusuk mereka memutuskan untuk pergi. Semua barangmu diambil mereka, jadi begitulah ceritanya."

"(Tersenyum) bagaimana kalau mereka meminjam kartu identitasku?"

"Aku sudah katakan dompetmu juga didalam tas laptop, jadi secara tidak lansung kartu identitasmu juga hilang, aku hanya memberikan informasi yang aku bisa"

"Sempurna tidak ada celah pertanyaan untuk kebohongan ini, kau biasanya suka berbohong?"

"Tidak juga, aku berbohong di saat penting saja seperti sekarang, ibuku bilang aku bomeh berbohong untuk menyelamatkan diri"

"Bagus, ibu cuku menabjukkan, membiarkan putrinya membohongingya"

"Aku tak pernah berbohong pada ibu, kecuali hari ini, walau aku berbohong pada ayah tapi tidak dengan ibu."

"Itu artinya sama saja"(mencoba untuk duduk)

"Ahhhhhh" (menjerit kesakitan)

"Eeeeh kau kenapa? apa luka mu sakit?" (mencoba untuk membantu, tiba-tiba saja memalingkan muka karena ketakutan).

"(Kembali berbaring) kau takut dengan lukaku?, aku yang terluka malah kau yang gemetaran ketakutan. Aku tak bisa membayangkab bagaimana jika kau byang terluka pasti sudah pingsan ketakutan, hahaha"(tertawa kecil)"

"Apa kau tak bisa menghargai penolongmu" (tak berani membalikkan kepala)

"Baiklah, sekarang boleh aku meminjam handphone sebentar, aku mau mengabari temanku"

"Kalau ada maunya baru lunak gigi daripada lidah, dasar manusia. Ini ambil sandinya 2707" (menyerahkan handphone)