webnovel

The World Of The Marriage

Farah, seorang gadis yang bersedia menyerahkan sepenuh hatinya kepada Farhan, seorang pria yang Ia kenal melalui temannya lewat jalur ta'aruf. Tidak ada yang salah dengan proses ta'arufnya, kesalahan terbesarnya adalah Farah begitu mempercayai Farhan hingga Ia mengalami keterpurukan yang teramat sangat. -- Nantikan update kisahnya setiap hari! Salam, -KataPelita

Ayu_Pelita_Sari · Realistic
Not enough ratings
7 Chs

Badai

Akhirnya kami pindah di sebuah rumah kontrakan kecil, hanya 400 ribu perbulan, dan aku yang membayar uang kontrakan nya dari uang tabunganku hasil menjahit selama ini. Suamiku belum mendapatkan pekerjaan hingga kini, sedangkan Vira merajuk pulang kerumah orang tuanya, karena tak ingin tinggal di kontrakan sempit seperti ini dan ia masih marah karena suamiku tak mau menceraikanku.

Kegiatanku setiap pagi adalah berjualan kue hasil buatanku sendiri di depan Sekolah Dasar dekat kontrakanku dengan membawa Firdaus yang sudah bisa berlari-lari sendiri, lalu setelah selesai berjualan aku melanjutkan rutinitasku sebagai ibu rumah tangga dan penjahit, alhamdulillah lumayan hasil yang kuperoleh dari berjualan kue dan menjahit bisa untuk membayar uang kontrakan setiap bulan dan juga makan sehari-hari meskipun dengan menu ala kadarnya.

Kerjaan suamiku hanya tidur dirumah dan main handphone sepanjang hari, terkadang dia menghubungi Vira dan bermesra-mesraan di telepon dengan suara keras agar aku mendengarnya. Entah apa maksudnya, padahal selama ini kebutuhan biologisnya pun sudah aku penuhi dengan baik, karena aku masih istrinya. Dia pun kulihat sudah tak pernah lagi pergi ke kajian rutin bulanan seperti awal-awal kami datang ke kota ini.

Sudah 1 tahun kami mengontrak di rumah petak ini dan selama itu pula suamiku menganggur, lalu beberapa hari kemudian ia bilang ingin pergi ke kota Padang karena ada teman kuliahnya disana yang menawarkan pekerjaan padanya, aku hanya mengangguk mengiyakan. Dan dia bilang sebelum pergi ke Padang, ia ingin mengunjungi Vira kerumahnya.

Saat ia pergi, aku menyibukkan diriku dengan rutinitas yang biasa kulakukan. Saat aku sedang merapihkan daganganku di sekolah dasar tempat aku menjajakan kue bersama Firdaus,, Kak Lismi, teman kajianku, menghampiriku dan mengajakku mengobrol, "Dek Farah, akak besok mau ada acara dirumah, mau pesan kue ini, ini, ini, dan ini masing-masing 50 buah, bisa?" Beliau menunjuk ke beberapa jenis kue yang berbeda.

"Kapan diambilnya kak?" sahutku.

"Besok pagi jam 8, karena acaranya jam 9 pagi."

"Bisa kak in syaa allah." aku pun menyanggupinya.

"Alhamdulillah, tadinya akak sempat cemas mau pesan kue ke siapa, lalu teringatlah sama dek Farah, baiklah ini buat DP nya, nanti pelunasannya sekalian ambil kue ya." Kak Lismi menyerahkan 2 lembar uang 100 ribuan.

"Baik kak, Farah terima, terima kasih banyak ya kak."

Alhamdulillah Allah memberiku rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, aku sangat gembira sekali, aku bergegas untuk pulang, karena harus ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue pesanan kak Lismi.

Sesampainya dirumah, aku merapihkan sisa daganganku di piring-piring kecil untuk aku bagi-bagikan kepada tetangga. Ya, itulah yang kulakukan jika dagangan ku tak habis.

Setelah membagi-bagikan kue ke tetangga, aku langsung menuju pasar sambil menuntun Firdaus, kami harus berjalan sekilar 1 kilometer menyusuri jalan kecil untuk sampai ke jalan besar kemudian naik angkutan umum menuju pasar.

Saat hendak naik angkutan umum, aku melihat Vira sedang berdiri disebelah mobil yang diparkir di seberang jalan, seperti sedang menunggu seseorang, lalu tak lama seorang pria menghampirinya dan merengkuh pundaknya, kemudian mereka pun masuk kedalam mobil lalu pergi melaju. Aku bergegas naik angkutan umum karena rengekan Firdaus yang mengeluh kepanasan, memang siang ini matahari terasa begitu menyengat.

Setelah membeli semua bahan-bahan yang kuperlukan, aku kembali kerumah. Di perjalanan pulang Firdaus tertidur sehingga aku harus menggendong Firdaus dengan satu tangan dan menenteng banyak belajaan di tanganku yang satunya, sesampainya dirumah aku langsung membaringkan Firdaus di ranjang, dan aku istirahat sebentar karena kelelahan, tak terasa aku tertidur.. lalu aku bermimpi, dalam mimpiku aku melihat wajah suamiku penuh borok dan baunya menyengat, sehingga setiap dia berjalan melewati keramaian, orang-orang selalu menjauh darinya, karena tidak sampai hati, aku pun memanggilnya tapi dia tak mendengarku, aku mencoba memanggilnya lagi dengan suara keras agar dia mendengarku dan menghampiriku, tapi lagi-lagi dia tak mendengarku, hingga aku menangis melihat suamiku dengan keadaan seperti itu, dan aku pun terbangun karena mendengar suara adzan dzuhur, aku segera beristighfar, mengambil air wudhu dan bersimpuh kepada-Nya.

Sudah 2 bulan lamanya tak ada kabar dari suamiku, semua sms yang kukirim tak dibalasnya, telepon pun tak pernah dijawab, hingga tiba-tiba dia mengirimiku sms yang isinya, "aku sudah bekerja disini, gak usah mengkhawatirkanku, in syaa allah bulan depan aku pulang, jangan telpon atau sms lagi ya, kalau lagi kerja gak oleh main handphone." Aku tak mengerti dengan isi pesan itu, kenapa dia tak memberitahuku dimana dia bekerja? Lalu kenapa dia melarangku meneleponnya atau mengiriminya pesan?

Hmm tapi aku tetap saja melakukan apa yang ia minta, hingga suatu saat Vira datang ke kontrakanku,

"Kamu masih tinggal disini dan menunggu laki-laki itu pulang? Huft, kamu ini sungguh terlalu polos atau bodoh sih? Dia tidak akan pulang kembali kepadamu!" tiba-tiba Vira mengatakan hal aneh seperti itu.

"Apa maksud kamu Vira?"

"Suamimu itu, dia sudah menikah lagi disana dengan seorang janda kaya raya! bukankah dia selalu mengabaikan telepon darimu?! Itu karena di mengaku masih lajang kepada istri barunya!"

Duaaarrrrrrr! bak petir disiang bolong, semua hal yang disampaikan Vira begitu menyambar hatiku.

"Aku nih hanya kasihan saja melihatmu, tak terurus dan diabaikan, sudah pergilah dari laki-laki itu, kenapa pula kamu harus bertahan demi laki-laki macam dia?! Tak pantas pun dia untukmu, kamu berhak dapat yang lebih baik." Timpal Vira lagi.

"Tapi kenapa kamu bicara seperti itu padahal di pun juga suamimu Vira???"

"hahahahaha, kami sudah bercerai sejak saat dia datang kerumahku sebelum pergi ke kota Padang",

"Apa??? Cerai? Kenapa kalian bercerai?? Dan dari mana kamu tahu tentang ini semua???"

"mudah saja bagiku untuk tahu semua ini, dan kamu tidak perlu tahu dari mana aku mendapatkan kabar ini, yang jelas kini aku bukan lagi istrinya! Aku kini sudah bahagia dengan yang lain. Sudah ya, aku hanya ingin menyampaikan itu saja. Aku tak mau berlama-lama di kontrakan sempit dan pengap seperti ini, jaga diri kamu dan anakmu itu baik-baik, dan ingat pesanku…pergilah dari laki-laki itu." tutup Vira dengan senyum tersungging dibibir manisnya. Saat Vira hendak pergi aku menahannya, "tunggu, tolong beri tahu aku dimana alamatnya, aku harus melihatnya dengan mata-kepalaku sendiri."

Vira membalikan badan dan menatapku tajam, lalu dia memberikanku sebuah kartu nama, kemudian berlalu meninggalkanku yang mematung sambil menatap dalam ke sebuah nama yang tertera di kartu itu, Mochammad Farhan, S.Pd (Manager).

Aku menghela nafas panjang sambil memejamkan mata, semua kata-kata Vira masih terngiang-ngiang di telingaku,

Gelombang demi gelombang menghantam bahtera kami berulang kali, dan berkali-kali itu pun kucoba untuk tetap kuat dan bertahan, menambal setiap bagian yang berlubang agar bahtera kami tak karam ditengah lautan, tapi ternyata sang nahkoda sudah kehilangan arah, ia justru lebih memilih untuk keluar dari perahu kecil kami dan melompat terjun ke dasar lautan, bahkan aku pun tak pernah tahu kapan saat dia benar-benar meninggalkan aku dan anakku di bahtera yang tengah terombang-aambing diantara badai ini, memang benar ini semua salahku! Salahku yang begitu percaya dan mencintainya.

***

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Ayu_Pelita_Saricreators' thoughts