webnovel

Roh Kutukan

Tak butuh waktu lama, pintu telah terbuka. Tanpa menunggu perintah, Aarav segera masuk ke dalam, disusul dengan Deliila dan Laasya masih dengan tubuh bergetar. Sementara ala yang ada di dalam ruangan tadi hanya beberapa meja dan kursi. Selain itu tidak ada apapun yang terlihat mencurigakan.

Pertama kali menginjakkan kaki ke dalam, debu tebal yang menyelimuti lantai langsung terbang. Aroma khas ruangan terbengkalai menusuk lubang hidung, membuat Deliila tidak nyaman. Seakan tidak terpengaruh apapun, Aarav justru berjalan layaknya sebuah tour.

"Ruangan ini terlihat seperti kelas pada umumnya. Apa kau yakin kutukan itu memang dari ruangan di sini!" tanya Deliila seakan tidak percaya.

Aarav membalikkan badannya, menghadap Deliila dan Laasya. "Jangan berisik! Biarkan aku sa–"

Belum selesai mengucapkan sesuatu, bola mata hitam Aarav melihat sesuatu di belakang dua orang temannya. Ujung bibirnya segera digigit disertai kaki yang melangkah ke depan, berusaha menyentuh Deliila dan Laasya.

Sesosok makhluk hitam setinggi hampir dua meter telah muncul di belakang kedua temannya. Sosok hitam itu telah bersedia memberikan pukulan. Karena tidak memiliki banyak waktu untuk menarik tangan, Aarav segera menarik rambut kedua temannya yang memang panjang. Membuat keduanya berteriak kesakitan sembari memukul lengan Aarav.

Tepat setelah Aarav menarik rambut kedua temannya, pukulan sosok hitam tepat mengenai perut Aarav. Membuatnya terpelanting hingga akhirnya tembok menghentikan tubuhnya. Darah segar mulai keluar dari mulutnya. Sepertinya, beberapa tulang rusuk Aarav patah akibat pukulan tadi.

Badan Aarav tepat menghantam tembok di dalam ruangan. Deliila dan Laasya menggunakan kesempatan itu untuk segera bersembunyi pada suatu tempat. Pikiran mereka mulai terasa menyesakkan. Semua yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan.

Tidak disangka, makhluk yang muncul justru sesuatu yang sangat berbahaya. Sosok hitam dengan tinggi hampir dua meter, bola mata hitam menyala bagaikan api membara, wajah hancur lebur dengan darah menetes, disertai dengan rambut gimbal bagaikan orang gila. Setiap kali makhluk hitam tersebut mengembuskan napas, asap tebal keluar dari lubang yang ada pada wajah hancurnya.

"Sialan! Beraninya kau melakukan ini kepadaku!" ucap Aarav dengan tangan yang memegang dada. Pukulan sosok hitam telah tepat menghantam dan menghancurkan tulang rusuknya.

Aarav mencoba berdiri dengan sisa kekuatannya. Tangannya meraih kursi yang berada di samping, kursi tersebut digunakan sebagai perantara untuk Aarav dapat berdiri. Seringai menyeramkan dikeluarkan dengan tatapan mata membunuh yang begitu besar.

"Sudah lama aku tidak menemui makhluk seperti dirimu. Selama ini, makhluk yang kutemui tidak pernah menyakiti manusia," ucap Aarav mengusap darah pada ujung mulutnya menggunakan ibu jari.

Sebelum Aarav berdiri sempurna, sosok hitam dengan tinggi dua meter telah muncul di depannya. Aarav terkejut hingga melepaskan pegangan tangannya pada kursi. Kakinya seperti terbenam di dalam tanah, tidak dapat digerakkan sama sekali. Detak jantungnya seakan tidak berfungsi, pandangan matanya kosong tanpa gambaran.

Sosok hitam itu telah mengangkat tangannya ke atas. Tanpa menunggu lama, sosok hitam telah mengayunkan tangannya menghantam dada Aarav dengan sangat kuat. Karena Aarav berada di dekat tembak, tubuhnya tidak terpelanting. Melainkan langsung menghantam tembok sangat keras.

Akibat kuatnya pukulan yang diteruma, bahkan sampai membuat tembok yang terkena tubuh Aarav sampai retak, tubuhnya terbenam ke dalam tembok. Darah segar keluar lebih banyak setelah terkena pukulan kedua yang telak mengenai dadanya.

Kesadaran Aarav seakan melayang, darah yang ada di kepala seperti mengalir ke bawah. Pandangan matanya mulai kabur, sementara tenaga yang ada di dalam tubuhnya seperti menghilang.

Seakan tidak ingin membiarkan Aarav bernapas tenang, tubuh Aarav yang masih tertempel tangan sosok hitam dilemparkan sekuat tenaga menuju atap. Membuat tubuhnya melayang sampai menghantam atap beton yang ada di atas. Getaran yang dihasilkan bahkan hampir membuat lampu yang menempel di atap terjatuh.

Aarav hampir saja kehilangan kesadaran karena pukulan bertubi-tubi dari sosok hitam setinggi hampir dua meter. Padahal, dia belum satu kali menyerangnya, apakah dia akan dihabisi sebentar lagi.

"Tidak! Aku tidak boleh mati konyol seperti ini!" pikir Aarav saat tubuhnya telah mendarat di atas lantai keramik. Belum sempat Aarav mencoba berdiri, sosok hitam kembali muncul di depannya dalam seketika.

Tangan sosok hitam tersebut langsung memukul pipi kiri Aarav tanpa menunggu perintah. Tubuh Aarav langsung terpelanting menabrak beberapa kursi yang terletak dalam ruangan yang cukup luas tersebut. Tubuhnya sudah seperti sebuah bola bekel yang dilemparkan ke atas. Terus memantul saat menghantam tanah. Begitulah yang terjadi pada tubuh Aarav kali ini.

Tepat sebelum badannya mendarat ke lantai keramik untuk beberapa kali, sosok hitam itu telah muncul begitu cepat di atas tubuh Aarav, mencengkeram kepalanya dan melemparkannya ke bawah. Badan Aarav tepat menghantam lantai yang berkeramik hingga lantai tersebut retak, bahkan hancur berkeping-keping.

Aarav sudah tidak tahan lagi, seluruh badannya telah mengalami luka cukup serius. Untuk mencoba berdiri saja, rasanya sangat menyakitkan. Apalagi untuk melawan kembali. Namun, Aarav tidak akan pernah menyerah. Sebelum nyawa keluar dari tubuhnya, dia tidak akan pernah mengampuni sosok hitam itu. Begitulah pelatihan khusus dari yang dia terima selama ini.

"Akan kutunjukkan perbedaan kemampuan kita, kelas tiga!" teriak Aarav dengan tubuh yang mengeluarkan banyak darah. "Sama seperti saat latihan, aku tidak boleh mengeluarkan emosi negatif. Terus fokus dan tenang. Jika aku melakukan hal itu, kemenangan akan berada di tanganku." Aarav terus melakukan sugesti agar tidak merasa putus asa dalam keadaan ini.

Aarav telah berlatih berbagai macam aliran beladiri. Mulai dari kungfu, silat, win cun, gulat, bahkan tinju. Hingga akhirnya Aarav memiliki tubuh super kuat yang melebihi manusia pada umumnya. Semua itu dilakukan untuk keadaannya saat ini.

Bola mata Aarav berputar ke segala arah, mencari sesuatu yang bisa dia gunakan. Ransel yang sudah disiapkan, justru tergeletak tepat di belakang sosok hitam di sana. Keningnya mengernyit setelah berdecak kesal, kemudian menghela napas panjang.

Tidak kehilangan akal dan semangat, Aarav segera menarik belati yang telah dia siapkan sebelumnya, mengarahkannya ke depan tepat di depan wajahnya. Pada saat berkedip, sosok hitam yang sebelumnya ada di depan mata menghilang begitu saja.

Meskipun memiliki tubuh yang cukup besar dan tinggi, tidak membuat gerakan yang dilakukan terganggu. Justru sebaliknya, gerakan sosok hitam tersebut sudah seperti kecepatan suara. Berpaling sekejap saja, tidak akan ada yang tahu di mana keberadaannya.

Bola mata Aarav terus mencari sosok hitam yang bisa saja muncul secara tiba-tiba di sekitar tubuhnya tanpa diduga. "Sialan! Kenapa aku tidak bisa merasakan aura yang dia miliki!" serunya menghentakkan kaki beberapa kali. "Pikirkanlah segala pola serangan yang sejak tadi dia keluarkan. Dengan begitu, aku pasti bisa menentukan arah serangan dan tempat kemunculan selanjutnya."