webnovel

The Twin Lions

Aslan, seorang petarung jalanan yang besar di pinggiran kota Jakarta. Mendadak dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita muda di sasana tempatnya berlatih. Wanita itu mengaku sebagai sahabat Leon, kembarannya. Dia meminta Aslan untuk menggantikan posisi Leon setelah ia mengalami kecelakaan hebat dan kini terbaring koma. Akankah Aslan menerima tawaran wanita tersebut dan berpura-pura sebagai Leon yang sangat jauh berbeda dengannya? Ikuti kisahnya hanya di The Twin Lions. ***** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa tambahkan ke dalam daftar bacaan dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^

pearl_amethys · Realistic
Not enough ratings
471 Chs

Welcome Home 2

Leon menghampiri Nadia setelah pertemuan tidak terduganya dengan Karina. Ia menepuk kaki Nadia dan segera duduk di hadapannya.

Nadia sedikit membuka matanya. "Ada apa?"

"Lu udah tahu ini dari awal, kan?" tanya Leon.

Nadia segera menegakkan tubuhnya dan menatap Leon dengan tatapan penuh tanya. "Tahu apa?"

"Inget cewek yang mau dikenalin sama Nyokap gue?" ujar Leon.

Nadia bergumam sambil mengingat-ngingat wanita yang dimaksud oleh Leon. "Ooh, anak perempuannya keluar Widjaya?"

Leon mengangguk. "Lu tahu kalo dia juga naik penerbangan ini?"

Nadia seketika mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidak percaya dengan maksud pertanyaan yang diajukan Leon. Ia kemudian menggeleng.

"Dari berbagai pilihan penerbangan yang ada, kenapa bisa kebetulan banget kita satu pesawat sama dia," ujar Leon.

Nadia mendengus. "Ya, pasti ini ulah Nyokap lu."

"Dan yang lebih ngagetin lagi, dia yang bakal jadi partner kita selama di Jakarta," lanjut Leon.

"Nyokap lu niat banget mau jodohin lu sama anak keluarga Widjaya," timpal Nadia.

"Sebenarnya apa alasan Nyokap buat nyuruh gue ngurus kerjasama di Jakarta. Setelah gue pikir-pikir, ini di luar kebiasaannya dia," ucap Leon.

"Ya udahlah, ngga usah diambil pusing. Lu juga seneng, kan, kita dikirim ke Jakarta. Setelah ketemu kembaran lu dan pekerjaan kita selesai, kita bisa langsung balik ke NY," timpal Nadia.

Leon terdiam mendengar ucapan Nadia. Perkataan Ayah tirinya bahwa ibunya sedang merencanakan sesuatu di belakang mereka kembali menganggunya.

Melihat Leon yang terdiam dan seolah sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Nadia menjentikkan jarinya di depan wajah Leon untuk menyadarkannya. "Hello, Leon. Are you there?"

Leon terkesiap dan segera menoleh pada Nadia. Ia menghela napasnya sambil menatap Nadia. "Untungnya gue balik ke Jakarta sama lu."

"Tenang aja, gue bakal ngekor lu ke mana pun," sahut Nadia. "Karena, kalo ngga begitu, siapa yang bakal bantuin lu buat beresin masalah-masalah lu?"

"Gue bisa hire Asisten lain, kok," timpal Leon.

Nadia segera memukul keras lengan Leon. "Inget ya, yang lebih baik dari gue mungkin banyak. Tapi, yang sanggup menghadapi kegilaan Nyokap lu itu cuma gue."

Leon tertawa pelan. Ia kemudian mencubit pipi Nadia.

"Lepas, ah," gerutu Nadia sembari menarik lengan Leon dari pipinya.

Leon tertawa ketika melihat Nadia memegangi pipinya yang kemerahan akibat dicubit olehnya. Tanpa mempedulikan Nadia yang misuh-misuh, Leon beranjak dari tempat duduk Nadia dan kembali ke tempat duduknya.

----

Bang John menepuk kaki Aslan untuk membangunkannya. "Bangun."

Aslan mengerjap-ngerjapkan matanya seraya menatap Bang John yang sudah berdiri di hadapannya. "Kenapa, Bang?"

"Buruan bangun. Gue mau ngomong sesuatu," ucap Bang John.

Perlahan Aslan bangkit di sofa usang yang menjadi tempat tidurnya dan mengikuti Bang John yang berjalan ke meja kopi yang ada di sudut sasana. Aslan yang masih menahan kantuk tiba-tiba membelalakkan matanya begitu melihat Bang John meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja kopi tersebut.

Bang John mendengus kesal sembari duduk di kursi kayu yang ada di dekat meja kopi tersebut. Ia kemudian menatap Aslan. "Duduk," pintanya dengan tegas.

Aslan segera duduk di hadapan Bang John.

"Lu bisa jelasin tentang ini?" tanya Bang John seraya menatap amplop coklat di hadapan mereka berdua.

Aslan menelan ludahnya. "Abang baca isinya?"

"Isinya ngga sengaja keluar pada gue ambil," jawab Bang John. Ia kemudian menghela napasnya dan menatap Aslan. "Lu ngga perlu bikin perjanjian begitu cuma buat mempertahankan sasana reyot ini. Urusan gue sama Ole, biar gue yang urus. Lu ngga perlu ikut campur."

"Gue harus ikut campur," sahut Aslan. Ia kemudian mengedarkan pandangannya pada sasana milik Bang John. "Cuma tempat ini yang tersisa buat gue. Gue ngga punya tempat lain untuk pulang dan gue bakal lakuin apapun buat mempertahankan tempat ini."

Bang John menghela napas panjang. "Ngga ada harapan buat tempat ini, Lan."

Aslan menggelengkan kepalanya. "Tempat ini masih punya harapan, Bang."

"Ngga ada, Lan. Yang tersisa dari tempat ini cuma kita doang," sahut Bang John. "Jujur aja, alasan tempat ini masih buka ya gara-gara lu. Gue ngga mau lu jadi berandalan yang keliaran di jalan. Kalo lu di sini, gue bisa ngawasin lu."

"Kalo gitu, biarin gue lakuin apa yang gue bisa buat nyelametin sasana ini," sela Aslan.

"Tapi ngga gini. Gue ngga bisa biarin lu ngerusak badan lu cuma buat sasana reyot yang udah ngga punya masa depan. Lu masih muda, Lan. Perjalanan lu masih panjang," sahut Bang John.

"Gue ngga peduli sama badan gue," timpal Aslan.

"Tapi gue peduli sama lu," ucap Bang John tegas.

Ucapan Bang John serta merta membuat Aslan terdiam.

Bang John menghela napasnya. Tatapan mata Bang John berubah sayu. "Gue ngga mau lu berakhir kaya gue. Lu masih punya masa depan, Lan."

Aslan menatap Bang John dalam-dalam. "Masa depan gue udah lama ilang, Bang. Gue ngga pernah mikirin soal masa depan. Yang gue pikirin sekarang cuma gimana caranya buat nyelametin tempat ini sama Ucok. Gue harus tanggung jawab sama apa yang gue lakuin ke Ucok."

"Tapi, itu bukan salah lu," sela Bang John.

"Tetap aja itu salah gue," sahut Aslan.

Bang John menghela napasnya. Ia menatap Aslan lekat-lekat. "Lu emang keras kepala."

"Lagipula, gue masih bisa ngerubah isi perjanjian gue sama Bang Ole. Jadi, Abang tenang aja."

Bang John kembali menghela napasnya. "Gue harap lu ngga bakal nyesel sama pilihan lu ini."

Aslan langsung menggelengkan kepalanya. "Gue ngga akan nyesel."

"Ya udah, kalo itu mau lu, gue bisa apa?" Bang John bangkit berdiri dan menepuk bahu Aslan. Ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Aslan.

Aslan terdiam sambil memandangi Aslan yang kembali keluar dari sasana miliknya. Ia menghela napas panjang lalu beranjak dari meja kayu tempatnya duduk dan melangkah ke kamar mandi kecil yang ada di dalam sasana untuk membasuh wajahnya.

----

Leon memandangi titik-titik cahaya yang menyeruak dari balik awan. Suara pengeras di dalam pesawat memberitahu pada penumpang untuk kembali memasang sabuk pengamannya. Leon kembali memasang sabuk pengamannya. Tiba-tiba saja ia merasa gugup. Sebentar lagi akhirnya dia tiba di Jakarta setelah sekian lama tidak menginjakkan kakinya di kota kelahirannya tersebut.

Beberapa saat kemudian, pesawat yang ditumpangi Leon mendarat dengan mulus di bandara Soekarno Hatta. Begitu pesawat itu berhenti, Leon menghela napas panjang dan melepaskan sabuk pengamannya. Ia kemudian merapikan ponsel dan beberapa barangnya ke dalam tas kecil yang ia bawa.

Leon membiarkan penumpang lain turun terlebih dahulu, sebelum akhirnya ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan di selasar untuk menuju pintu keluar pesawat. Nadia berjalan mengikuti di belakang Leon.

Begitu mereka keluar dari dalam pesawat, Leon terdiam sejenak dan memandangi langit malam yang kini memayunginya. Ia menghirup napas, meski udaranya tidak lebih baik dengan New York namun entah mengapa ia sepertinya tidak akan peduli dengan kualitas udaranya. Karena kini ia dan Aslan menghirup udara yang sama dan berada di bawah langit sama.

Nadia menyenggol bahu Leon. "Welcome home."

****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys

and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.

Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..

Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^

pearl_amethyscreators' thoughts