6 The Village is far away

Perlarian mereka tiba di pelabuhan yang masih sangat asing bagi Zhi Yang.

Setelah melewati sungai panjang Weihe, menepi pada desir tanah berpasir.

Bahkan lebih asing kalau dirinya berasal dari masa depan. Namun, nasib buruk telah mengantarkan kehidupannya kali ini.

Mungkin, awal perjalanan seakan manis, menjadi khayalan tingkat tinggi. Sekarang, pikiran dan khayalan Zhi Yang ternyata hanyalah ilusi belaka. Zhi Yang kini hadir di tempat yang sangat kumuh lagi lusuh.

Melewati rerumputan yang meluas dan meninggi, berbatuan kerikil berkeliling ke seluruh jalanan.

Mengikuti para ketiga pelayannya berarti akan menjadi orang yang terlihat miskin lagi kekurangan. Zhi Yang berhenti ketika mengikuti langkah Shan Mi yang memimpin jalan.

Kedua pria itu sontak terkinjat, lalu terheran dan saling memandang.

"Nona, ada apa?" tanya Dai Ang.

Zhi Yang merundukkan kepalanya sembari mengeluarkan pilu di hati.

"Haaaaa … aku tidak mau tinggal di sini," keluh Zhi Yang meringis tak terima.

"Aku ingin kembali," rintihnya membalikkan badan.

Hendak berlari berbalik menuju tujuan ke kapal layar, tetapi sayang. Ia malah disambut dan dicegah paksa oleh kedua pria tersebut.

"Nona, jangan kembali! Itu tidaklah mungkin," cegah Fei Ong.

"Iya, Nona. Kami bahkan berusaha mencarimu agar kau tetap hidup," Dai Ang meneruskan ucapan.

"Nona, pergilah!" seru Shan Mi kencang.

Sontak, ketiganya malah berbalik menatap Shan Mi—si pelayan wanita tiba-tiba berteriak kencang.

"Shan Mi?" sebut Fei Ong.

Shan Mi mendekati mereka bertiga, kemudian membungkukkan tubuhnya hingga berdekam di hadapan Zhi Yang.

"Nona, jika kau kembali, kami akan mati di tanganmu saja! Kami berjanji untuk merawatmu sebaik-baik mungkin," tutur Shan Mi merintih.

Zhi Yang terpelangah dengan kelakuan pelayan wanita tersebut, berikut dengan kedua pria itu saling menaikkan alis keheranan. Dengan segala putus asa, ia pun menduduki tubuhnya ke atas rumput yang menghijau.

Zhi Yang duduk bersama dengan Shan Mi yang sedang bersujud tunduk. Sontak, Shan Mi terkinjat ketika melirik sosok si nona muda yang merengek.

"Aku ingin duduk di sini saja," keluh Zhi Yang.

Kedua pria itu pun mengikuti keputusan Zhi Yang yang mengambil posisi duduk.

"Baiklah, kami akan menceritakan secara detail kejadian tadi," putus Fei Ong tegas.

Shan Mi mulai menegakkan tubuhnya dengan menatap lirih ke raut wajah Zhi Yang yang masih meruntuh. Namun, didekapnya secara perlahan tangan Zhi Yang agar tak merasakan hal pilu.

"Mereka akan dihukum mati ketika dinyatakan salah saat interogasi mereka benar! Kejadian ini sudah diketahui oleh tuan Qianfan untuk tidak melibatkan kami dan dirimu. Maka dari itu, kami dilepaskan sebagai budak darinya."

"Sekarang, kami hanya pelayan yang terbebas dari seorang budak. Ini memang tidak adil jika mendapatkan hal semacam itu, tetapi tuan dan nyonya telah memilih keputusan untuk bertanggung jawab," jelas Fei Ong panjang lebar.

Zhi Yang terpengah dengan cerita kecil namun begitu besar berarti di sisi kehidupan masa lalu sebagai seorang anak kepada orang tuanya. Dirinya semakin merunduk lalu membungkukkan tubuhnya tampak begitu memilukan.

Shan Mi akhirnya terbawa oleh perasaan yang dirasakan oleh Zhi Yang ketika dirinya masih beranjak remaja. Memeluknya dengan hangat sambil menepuk pelan punggung bagian belakangnya.

Suasana memilukan terenyuh penuh dengan rintihan air mata yang jatuh ke pipi lembut nan basah. Segala penglihatan mengubahnya dalam sekejap mata terpejam. Semua takdir akan berlalu begitu saja.

Sementara waktu adalah bukti dan saksi kehidupan.

Kisah ini berlalu dimana hari dan teriknya matahari menerangi seluruh penjuru dunia ketika berpapasan dengan cahaya itu.

Mereka membawa pulang nona Zhi Yang menuju desa yang sangat jauh dari kota Chang'an. Dimana kekerabatan masih memperdulikan unsur marga dan martabat. Zhi Yang melewati jalanan yang dipenuhi oleh keramaian orang-orang.

Zhi Yang berhenti," Bibi Shan," sapa Zhi Yang akhirnya memanggil sapaan bibi.

Shan Mi menoleh lalu menyahut, "Ya, ada apa?" tanyanya.

"Ini masa kejayaan dinasti apa?"

Sebuah pertanyaan yang membuat mereka semakin curiga dengan penampilan dari nona Zhi Yang itu sendiri.

Semua hanya saling memandang lalu menjawab, "Inilah masa kejayaan dinasti Tang, Nona. Kaisar kita masih bernama Li Longji. Semua yang bermarga Li sangat diagungkan karena memiliki kasta yang berbeda dengan kita. Akan tetapi, marga Huang masih ternilai terpelajar," ungkap Shan Mi menjelaskan.

Zhi Yang membelalakkan matanya, dalam hati ia berkata.

[Jadi, aku berada di tahun yang sangat jauh, yakni 720 Masehi]

"Nona," sapa Shan Mi melambai.

Namun, pandangan Zhi Yang masih melamunkan sesuatu. Tetap membayangkan hal-hal yang menakjubkan di masa itu. Semua orang memandang dirinya dengan penuh kecurigaan.

***

Sepuluh tahun kemudian (730 masehi) tahun dimana kerajaan dinasti Tang menjadi sangat sengit. Setiap pertarungan begitu ketat untuk memperebutkan masa pemerintahannya. Marga Li masih menaungi tahta tertinggi di masa itu.

Seorang gadis cantik berlari merangkul bakul dengan ikatan pita kain yang mengikat sisa rambut di atasnya. Berlari mengiringi jalanan keramaian.

"Permisi, permisi!" ucapnya.

"Wah, cantik sekali wanita itu!" puji dari seorang lelaki.

"Lihat matanya dipenuhi dengan cahaya rembulan," sambung dari salah satu pria.

Namun, wanita itu terus berlari menuju jalanan hingga bertemu pada satu rumah panjang yang memiliki pintu khusus gerbang.

"Permisi!" serunya, lalu mengetuk gerbang dengan genggaman tangannya.

Seorang pria membukakan pintu gerbang dengan perlahan. Seorang pelayan memperhatikan raut jelitanya dari wajah wanita tersebut.

"Maaf, aku datang ke sini untuk memeriksa tuan Zhan Ai You, apa dia ada di dalam?" tanya si wanita itu.

"Kalau boleh tahu siapa namamu?" tanya si pelayan dengan penuh penasaran.

Wanita yang memiliki mata bersinar terang dengan kelopak mata yang memanjang lentik, layaknya cahaya matahari bersinar dengan terang lagi hangat.

"Aku tabib Yang," ungkap si wanita itu.

Lantas, siapakah si wanita cantik itu? Terlihat sangatlah tidak asing. Si pelayan itu pun segera menyilakan dirinya untuk memasuki ruang halaman rumah. Kemudian, menemaninya untuk menjenguk si tuannya yang sedang jatuh sakit.

"Silakan masuk, Nona!" ucap si pelayan membungkuk.

Nona Yang itu pun membungkuk, kemudian mulai mendekati tubuh sang tuan yang sedang sakit. Terbaring, lalu melirik perlahan wajah Yang yang sedang memeriksa dirinya dari denyut nadi.

"Hmmm, sepertinya tuan sedang demam," sebut Yang melirik ke arah si pelayan.

"Tuan hanya perlu meminum ramuan ini supaya demamnya turun, istirahat yang cukup untuk sementara waktu. Tuan harus tetap berada di rumah," urai Yang sembari memberi bungkusan herbal kepada si pelayan.

"O, terima kasih, Nona," sahut si pelayan mulai meninggalkan ruangan.

Di samping itu, Yang merapikan semua peralatannya dari dalam bakul kecil hingga menutupinya dengan kain. Namun, sebuah tangan meraba pelan ke arah kakinya. Yang tertegun ketika melihat tangan dari tuan itu bergerak nakal.

"Hah?!" sergah Yang memundurkan langkah.

Melihat si tuan itu sudah bangkit dari kasurnya lalu menatap wajah Yang, meraih pipinya lalu menatapnya dengan sempurna.

"Nona cantik! Setelah aku sembuh, datanglah ke sini! Aku ingin memberi hadiah untukmu," ucap si tuan Zhan Ai tersebut.

Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!

Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!

Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.

Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.

avataravatar
Next chapter