webnovel

CHAPTER 7 - Apakah Yue tahu?

Di tempat lain, Yue Akasaka menatap layar TV nya dengan tatapan membelalak. Kaos kaki yang baru ia tarik setengah pun berhenti di betisnya.

"Anak itu… kemarin malam dia…!"

Yue merasa ia sudah melakukan suatu kesalahan besar. Ternyata benar seperti dugaannya. Anak itu sedang berusaha kabur dari penculik yang mengejarnya. Ia menyesal, mengapa ia tidak berusaha lebih keras untuk menangkap anak itu? Setidaknya ia dapat mencegah penculikan itu terjadi. Yue meremas kaus kaki yang di tangannya. Luka yang diperban di lutut dan tangannya semakin terasa perih.

Di tempat lain, Toshigure Mabuchi melihat laporan kasus terbarunya dengan dahi mengernyit. Kasus penculikan seorang anak kecil. Kasus yang tak lazim namun bukan sesuatu yang baru. Tapi bukan itu yang membuatnya bingung. Kasus penculikan mungkin adalah berita yang biasa ia dengar dalam profesinya di tempat ini, namun deskripsi dari anak itu terlihat familiar dengan yang diceritakan Toshihiro kemarin.

"Hiro? Terlibat apa lagi anak itu sekarang?" gumamnya sambil melemparkan dokumen ke atas meja kerjanya.

Hiro berjalan menuju gedung sekolah dengan perasaan campur aduk. Pikirannya tertuju pada berita tadi pagi. Kalau benar bahwa penculikan terjadi kemarin, berarti…

Apakah visi kemarin ada untuk menggagalkan penculikan itu?

Apakah wanita yang ia lihat kemarin itu benar ibunya?

"Kalau memang benar apa yang bisa kuperbuat untuk mencegahnya?" Tidak ada informasi apapun yang mengarah ke penculikan dan Hiro tidak tahu ia harus berbuat apa waktu itu. Hiro meremas tas yang digenggamnya. Rasa bersalah memenuhi pikirannya. Ia terlalu fokus sampai-sampai tidak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari belakang.

Bel istirahat berbunyi. Murid-murid mulai berhamburan keluar ruangan. Hari ini Hiro mengajar seperti robot. Ia tidak dapat berkonsentrasi penuh karena berita tadi pagi.

"...sei…!" Sayup-sayup ada seseorang yang berteriak dari jauh.

"Sensei…"

Hiro tidak mendengar namanya dipanggil. Anak itu memanggil sekali lagi.

"Mabuchi Sensei!" Akhirnya Hiro tersadar dan menengok ke belakang. Yue Akasaka menatapnya dengan ekspresi penuh tekad.

"Ada apa Yu… Akasaka-san?" Hampir saja mulutnya menyebut kata Yue.

"Sensei, apakah punya waktu sebentar? Aku ingin membicarakan sesuatu dengan Sensei mengenai pelajaran tadi." Yue mengedipkan sebelah mata, memberikan kode pada Hiro. Ia mengerti dan mengajaknya ke ruangannya. Hiro tidak percaya sekarang ia bekerja sama dengan anak SMA.

Saat pintu ruangan ditutup, keduanya terdiam. Hiro hanya menatap punggung Yue ,menunggunya mengucapkan sesuatu. Tapi Yue tetap tidak mengatakan apapun. Keheningan yang canggung ini membuat atmosfer ruangan seketika terasa berat.

Hiro memutuskan mulai membuka pembicaraan.

"Yu--akasaka san… Apakah ada sesuatu yang mengganggu…"

"Sensei… sebenarnya…aku ingin menanyakan sesuatu pada Sensei." Akhirnya Yue membuka suara, "…tapi aku tidak tahu mulai dari mana."

Setelah itu hening kembali. Hiro mempersilahkan Yue duduk, sambil membuatkan kopi.

"Sensei…"

"Ya?"

Yue menggigit bibirnya. "Sensei, apakah Sensei ada hubungannya dengan anak yang diculik di berita tadi pagi?"

Deg! Apakah Yue tahu sesuatu?

Hiro berhenti mengaduk kopinya.

"Mengapa kau bisa berasumsi seperti itu, Yu… hmm.. Akasaka-san?"

"Aku tidak keberatan kalau Sensei memanggilku Yue." ucapnya. Ia melanjutkan…

"Sore itu, aku melihat Sensei sedang menatap seorang anak yang persis sama dengan yang ada di berita penculikan tadi pagi. Aku hanya ingin tahu apakah Sensei ada hubungannya dengan anak itu atau…" Yue tidak menyelesaikan kalimatnya.

Hiro menghembuskan napas lelah. Mungkin akan lebih mudah kalau ia mengatakan pada Yue semuanya hanyalah kebetulan belaka, tapi sebuah visi tiba-tiba datang padanya. Ia melihat dirinya menceritakan semuanya pada Yue dan ia mengerti.

Tapi hal itu akan terjadi 3 hari ke depan… bukan saat ini.

Kalau Hiro menceritakan semuanya itu sekarang, akankah masa depan berubah? Ataukah hasilnya akan sama saja?

Hiro ragu dengan visinya sendiri.

"Sensei…?"

"Mungkin kau salah lihat kemarin, Yue." Ia akan mengetes visinya kali ini.

"Tidak mungkin, Sensei! Aku yakin itu Sensei, bahkan temanku juga melihat Sensei disana." tukas Yue.

"Aku tidak ada hubungannya dengan anak itu…" ujar Hiro sambil menyesap kopinya kembali.

"Sensei…" Yue terlihat ragu. "Aku percaya pada Sensei, tapi untuk saat ini sebenarnya aku tidak tahu harus mempercayai apa. Tapi ijinkan aku bertanya sekali lagi."

Hiro mengangguk.

"Apakah… Sensei terlibat dengan penculikan anak itu?"

Hiro menyemburkan kopinya sampai ia terbatuk-batuk. Jantung Yue berdebar, jika pemikiran absurdnya itu benar berarti… ia sedang berhadapan dengan penjahat.

"A-apa?!" Hiro hampir berteriak. "Tentu saja bukan!"

Untuk kesekian kalinya, Hiro kehilangan sifat tenangnya di depan anak muridnya ini. Hiro berhenti karena melihat ekspresi Yue yang terkejut dan menunduk.

"Ma-maafkan aku, Sensei. Aku tahu tadi perkataanku terdengar sangat bodoh."

Hiro menghembuskan napas lelah sambil mengacak-acak rambutnya. Ia bimbang apakah ia harus menceritakan hal ini atau tidak. Tapi hatinya tidak ingin Yue kehilangan kepercayaan padanya.

Benar-benar… semua kegilaan ini membuatnya kehilangan akal sehat. Dan mengapa ia ingin Yue tetap percaya kepadanya?

Hiro meletakkan cangkir yang digenggamnya ke atas meja.

"Yue…aku akan menjelaskan sesuatu yang mungkin terdengar sangat tidak masuk akal. Tapi berjanjilah satu hal… Kau tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun."

Yue menelan ludah lalu mengangguk. Dalam hatinya sudah mengatakan Mabuchi Sensei akan menceritakan sesuatu padanya.

"Aku berjanji, Sensei."

"Semua berawal dari …"

Hiro mulai menceritakan mimpi yang ia alami, dimana ketika mereka berdua dikejar oleh seseorang memakai hoodie hitam dan membawa senjata. Kemudian ketika benar-benar melihat potongan demi potongan sebelum kejadian yang sebenarnya belum benar-benar terjadi dan bagaimana ia tahu persis apa yang akan Yue lakukan sebelum ia mengatakan atau melakukan sesuatu, bagaimana hal-hal itu datang di saat-saat yang acak. Bahkan tentang Kenzo Tanaka, seseorang asing yang tiba-tiba muncul dalam visinya.

Yue hanya terdiam menatap Hiro dengan ekspresi yang tak dapat terbaca.

"Sampai di satu titik… apa yang kulihat ini mengarah kepada anak kecil itu. Aku tidak tahu tujuannya apa. Awalnya aku tidak percaya karena terlalu acak, tapi seperti yang kau lihat hari ini. Benar-benar ada kejadian buruk yang terjadi pada anak itu." Hiro menghembuskan napas. Ia sedikit lega bisa membagikan cerita ini pada orang lain.

Hening.

"Yue…?"

Hiro khawatir karena Yue tidak menanggapi. Wajahnya hanya menunduk sejak Hiro selesai tadi. Tangannya mengepal di atas rok seragam sekolahnya.

Tiba-tiba ia berdiri dengan kepala tertunduk, membuat Hiro kaget setengah mati.

"Y-yue?"

Apa dia kerasukan atau bagaimana?

"Sen-sensei, b-bel sekolah sudah berbunyi. Aku ijin masuk kelas dulu!" Yue menunduk hormat dengan terburu-buru sambil setengah berlari ke arah pintu. Mata Hiro hanya bisa mengikuti tanpa berkomentar apapun.

Pintu pun tertutup. Baru ia tersadar kalau Yue sudah pergi dari ruangan itu. Hiro kembali mengacak-acak rambutnya. Respon Yue sangat berbeda dengan apa yang ia lihat di visinya. Apakah ia menceritakannya terlalu cepat? Apakah belum waktunya?

"Ughh!!! Pasti dia tidak percaya ceritaku tadi!!" Ia pun menghempaskan punggungnya ke sofa. Hari ini terasa sangat melelahkan. Pupus sudah… Yue pasti menganggapnya tidak waras.

"ARRGHHH!!!" Teriakan frustasi Hiro mengagetkan murid-murid yang melewati ruangannya.

Sebuah visi datang padanya, kepala sekolah yang tidak masuk karena suatu hal yang mendesak. Tidak ada informasi apapun.

"Kali ini mengapa tentang kepala sekolah? Apa hubungannya kepala sekolah dengan semua ini?" Hiro bertanya-tanya dalam hati.

Sore harinya ia mendapat berita yang sama. Wakil kepala sekolah memberitahunya kalau Jinmu Gakkou-chou tidak masuk karena hal mendesak, sesuai visi yang ia lihat. Namun ia tidak terlalu menggubris hal itu. Yang terpenting hanyalah ia harus menemukan Yue sekarang.

Langkah kakinya dipercepat, melewati ruang kelas demi ruang kelas. Sampailah akhirnya di kelas 3-A. Seluruh siswa duduk rapi melihat ke arah papan tulis dan guru. Hiro mengintip dari pintu belakang. Ia tahu persis dimana Yue duduk.

Kursi itu kosong. Bahkan tidak ada tas yang tergantung disana. Kemana dia? Hiro terlalu fokus dengan pikirannya sendiri sampai ia tidak mengetahui pintu ruang kelas yang tergeser di hadapannya.

"Mabuchi Sensei?" tanya murid di depannya dengan pandangan bingung. Hiro menyadari sesuatu kemudian mundur selangkah ketika menyadari wajah gadis di hadapannya memerah karena ia berdiri terlalu dekat. Hiro menatap wajah gadis itu lekat-lekat, berusaha mengingat namanya tapi tidak berhasil.

"Oh! Uhmm… Apakah Yue Akasaka ada di dalam?" tanyanya dengan sopan. Pasti ia terlihat canggung karena berdiri di depan ruang kelas tanpa melakukan apapun.

"Yue? Ia tadi sudah pulang, katanya sedang tidak enak badan." jawab gadis itu.

"Oh? Baiklah. Terima kasih." Hiro memberikan senyum kecil kemudian berbalik, meninggalkan gadis yang sedang tersipu karena baru saja guru yang tampan berbicara kepadanya.

Apakah Yue baik-baik saja?

Memang sewaktu di ruang guru tadi, ia sempat melihat plester di kedua lutut dan tangannya dan Hiro tidak sempat menanyakan keadaannya tadi. Ia hanya dapat mengingat kejadian kemarin dengan samar. Ia ingat ia sempat menggendong Yue di punggungnya dan membawanya ke klinik.

Tapi melihatnya berjalan cepat saat keluar ruangannya tadi, Hiro berasumsi kalau Yue sudah baik-baik saja.

"Kalau begitu aku menemuinya besok."

Keesokan harinya, Yue Akasaka tidak masuk.

Toshihiro Mabuchi menatap bangku kosong di hadapannya dengan perasaan khawatir. Walaupun begitu ia tetap melanjutkan pelajaran di kelasnya dengan wajah tenang. Tubuhnya berbalik dan menulis rumus-rumus kimia di papan tulis.

Bagaimana kalau ternyata visinya ini rahasia dan tidak boleh diceritakan kepada siapapun?

Bagaimana kalau ternyata akan terjadi sesuatu pada Yue?

Hiro menelan ludah. Kemudian menggeleng untuk menepis pikirannya sendiri. Tidak mungkin, ia pun sudah menceritakan pada Shigure dan tidak ada sesuatu apapun yang terjadi padanya.

Hiro menjatuhkan kapur yang sedang digenggamnya ke lantai.

"Sensei… Sensei baik-baik saja?" tanya salah seorang murid padanya. Hiro tersenyum sambil mengangguk. Tidak seharusnya ia membuat anak-anak muridnya khawatir. Maka di hari itu, Hiro memutuskan untuk melupakan masalah Yue sejenak sambil melanjutkan pelajaran.

Tak jauh dari tempat Hiro berdiri, Kenzo memperhatikan gerak gerik Mabuchi Sensei. Dia terlihat seperti memikirkan sesuatu.

Keesokan harinya, Yue masih tidak masuk sekolah.

Hiro menatap kursi meja Yue yang masih belum tersentuh itu dengan tatapan kosong. Kalau benar ada sesuatu yang terjadi pada Yue…

Tanpa sadar, tangan Hiro mencengkram pinggiran meja.

"Apakah ada yang tahu tentang kabar Akasaka-san?" tanya Hiro pada murid-murid di kelas di tengah pelajaran. Murid-murid yang lain yang hanya berpandangan sambil mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. Hanya Kenzo yang menatap gurunya dengan pandangan serius. Sepertinya ia sudah bertekad untuk melakukan sesuatu.

Thank you sudah membaca sampai akhir, butuh waktu beberapa hari buat menyelesaikan chapter ini akhirnya selesai juga

Dari sinilah misteri akan dimulai...

dan akankah hubungan Mabuchi Sensei dan Yue akan berubah?

Like it ? Add to library!

Vi_Crosscreators' thoughts