webnovel

Hasil Otopsi Mayat

Sebuah mobil baru saja berhenti di depan Benjamin dan Madeline, mobil itu berjenis duesenburg model A keluaran tahun 1920.

"Selamat siang, Opsir Madeline,"

"James dan Edwin, sudah lama aku tidak melihat kalian berdua," ucap Madeline.

"Apa kau mengenal mereka?" tanya Benjamin.

"Mereka adalah polisi patroli, mereka yang mengawasi sekitar Kota Marseille,"

"Kami berdua diperintahkan untuk menjemput Anda, Opsir. Ngomong-ngonong siapa pria di samping Anda ini?" tanya Edwin.

"Oh ini Ben, dia adalah rekan baru kita di kepolisian, dia baru saja tiba di sini tadi pagi," ujar Madeline

"Ternyata Anda orang baru yang dimaksud oleh kepala, selamat bergabung, Tuan," ucap James memberikan sambutan.

"Terima kasih banyak atas sambutan Anda," ucap Benjamin.

"Ben. Kita harus segera ke kantor, masih ada kasus yang harus di tuntaskan," ucap Madeline.

"Naiklah, Tuan Ben. Saya yang akan mengantar Anda," ucap James.

"Silahkan Anda ikut dengan saya, Opsir Madeline," ucap Edwin.

Madeline segera menaiki mobil yang di kendarai Edwin, begitu juga dengan Benjamin.

"Bagaimana dengan barang milik saya ini?" tanya Benjamin.

"Anda bisa letakan saja barang bawaan Anda dibelakang mobil,"

Benjamin segera meletakan tas bawaannya dibelakang mobil, sementara koper milik korban dipegang oleh Madeline.

"Anda sudah siap, tuan?" tanya James.

"Sudah, pak. Saya sudah siap," Benjamin segera memasang seatbelt.

Kedua mobil tersebut segera melaju meninggalkan TKP, perlahan mobil mulai memasuki kota, terlihat suasana Kota Marseille tampak cukup ramai.

Sebagian masyarakat kota sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing, mulai dari bekerja dan berdagang.

**

Setelah perjalan yang cukup singkat, akhirnya mereka tiba di depan kantor karena lokasinya memang tidak jauh, hanya berjarak beberapa kilometer dari pelabuhan.

"Selamat datang di kantor, Opsir Ben. Semoga Anda betah bekerja disini"

"Terima kasih banyak, Pak James. Kalau begitu saya permisi," ucap Benjamin.

"Sama-sama, Opsir. Saya ingin sekali berbincang dengan Anda, tapi saya tidak bisa berlama-lama disini, saya harus berpatroli lagi di kota,"

Benjamin segera keluar dari mobil, ia segera menurunkan barang-barangnya.

Setelah itu Madeline kemudian menghampiri Benjamin, James dan Edwin segera pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mari masuk, Ben. Kau tidak perlu khawatir dengan barang-barangmu, Kau bisa membawanya ke dalam," ucap Madeline.

"Baiklah, Maddie," ucap Benjamin.

"Cepatlah, Ben. Lagi pula kita harus segera menyelesaikan kasus pertama kita, jangan sampai kita gagal menemukan pelaku," ucap Madeline sedikit bersemangat.

Benjamin segera membawa tas bawaan masuk ke dalam kantor, tak lama mereka tiba di dalam.

"Tempat ini benar-benar ramai, Maddie. Ini hari pertamaku bekerja sebagai kepolisian di Prancis,"

Benjamin mengedarkan pandangan ke sekeliling gedung kepolisian yang tampak luas.

"Kalau begitu, Ben. Kau bisa ikut denganku menuju ke ruanganmu," ucap Madeline.

"Ruanganku?" tanya Benjamin.

"Betul, Ben. Setiap orang yang bekerja disini akan memiliki ruangan pribadi masing-masing, oleh karena itu pak kepala memberikanmu ruangan juga,"

Benjamin hanya mengangguk, Mereka kembali melanjutkan langkah mereka, setelah beberapa saat mereka tiba di ruangan tersebut dan segera masuk ke dalam.

"Ini dia ruangamu, Ben. Kau bisa menyimpan barang-barangmu di sini," ucap Madeline.

"Aku tidak menyangka akan memiliki ruangan pribadi, Maddie. Pak kepala benar-benar orang baik,"

"Syukurlah kalau kau suka tempat ini, Ben,"

Benjamin segera menyimpan barang-barangnya tersebut di bawah meja ruangannya.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya Benjamin.

"Sebaiknya kita memeriksa koper ini, semoga kita bisa menemukan sebuah bukti,"

Madeline segera membuka isi dari koper tersebut, perlahan mereka segera mencari sesuatu di dalam koper untuk dijadikan barang bukti.

"Aku menemukan foto, Maddie," ucap Benjamin.

"Foto siapa itu?" tanya Madeline.

"Tidak ada petunjuk apapun disini, tapi di dalam foto ini terlihat dia sedang berfoto bersama seekor kambing,"

"Siapapun gadis ini, dia pasti sangat menyayangi kambing itu sampai-sampai ia mau berfoto denganya. Foto kan tidak murah," ucap Madeline.

"Aku tidak tahu siapa gadis ini? Dan apa hubunganya dengan korban? Yang jelas dia pasti seorang imigran," ucap Benjamin.

"Hmm ... Bagaimana kalau kita mencari identitas wanita di foto ini di catatan kantor imigrasi, Ben? Semoga kita menemukan identitasnya disana," ucap Madeline.

"Kurasa bukan ide yang buruk, kalau begitu kita segera pergi ke kantor imigrasi,"

Akhirnya Madeline dan Benjamin memutuskan untuk pergi ke kantor imigrasi yang memang tidak jauh dari kantor kepolisian hanya berjarak dua gedung saja.

**

Singkatnya mereka tiba di depan sebuah bangunan lama yang tampak berbeda dari bangunan lainnya.

"Apa ini kantor imigrasi yang kau maksud, Maddie?" tanya Benjamin.

"Yap ... Ini kantor imigrasi itu, Ben," ucap Madeline

"Kalau begitu kita segera masuk, Maddie,"

Mereka berdua mulai masuk ke dalam area kantor, tak lama seorang petugas imigrasi menghampiri mereka.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas.

"Selamat siang, kami petugas dari kantor kepolisian, kami ingin memeriksan identitas wanita di foto ini," ucap Benjamin sambil menyodorkan foto gadis tersebut.

"Tunggu sebentar, Opsir, Saya akan mencari data identitas gadis ini," petugas tersebut mengambil foto gadis itu.

Petugas itu pergi ke ruang catatan kantor. Setelah cukup lama menunggu, petugas itu kembali menghampiri Benjamin dan Madeline.

"Bagaimana petugas? Apa kau menemukan identitas gadis ini?" tanya Madeline.

"Saya sudah mendapatkan catatan identitas gadis ini. Menurut catatan imigrasi, nama gadis ini bernama Diana Agathe.

Dia tiba di kota Marseille kurang dari satu minggu yang lalu dan ini semua berkas tentang wanita ini," ucap petugas tersebut.

Madeline segera mengambil berkas tersebut "Ternyata dia berasal dari tempat yang sama dengan mu, Ben. yaitu dari roma,"

"Siapa sangka, tapi aneh sekali koper Diana masih ada di dermaga, itu artinya dia sempat berada ditempat itu saat Tuan Dalton tewas! Kita harus segera berbicara denganya," ucap Benjamin.

"Baik, Ben," ucap Madeline.

"Terima kasih banyak, Anda sudah membantu penyelidikan kami, pak," ucap Benjamin.

"Sama-sama, Opsir. Kalau begitu saya permisi, ada beberapa hal yang harus saya lakukan,"

Benjamin dan Madeline segera keluar dan meninggalkan area kantor imigrasi.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan hasil otoposi? Apakah ia sudah menyelesaikan tugasnya?" tanya Benjamin.

"Siapa? Maksud Anda Stanley?"

"Iya benar Stanley,"

"Kurasa kita harus memerikasanya ke kantor, semoga ia sudah menemukan hasil otopsinya," ucap Madeline.

Benjamin dan Madeline kembali ke kantor untuk memastikan hasil otopsi, tak lama mereka tiba di kantor kepolisian.

Setibanya dikantor mereka segera menuju ruang forensik, lalu mereka bertemu dengan Stanley yang masih berada di ruang tersebut.

"Ben, Perkenalkan, ini Stanley Wells, seorang forensik di dalam tim kita. Semua orang memanggil Stan," ucap Madeline.

"Senang bertemua dengan Anda, Tuan Stanley," ucap Benjamin sembari mengulurkan tangan.

"Hmm ... Menarik sekali," Stan tidak menghiraukan Ben dan terus meneliti mayatnya.

"Uhm ... Stan, masa kau tidak menyapa Ben, rekurtan baru kita dari Roma?" tanya Madeline.

"Tidak masalah, Maddie. Aku mengerti keadaanya Stanley," ucap Benjamin.

"Aku tidak suka basa-basi, basa-basi adalah salah satu kebiasaan orang buruk di dunia ini, Maddie. Aku sama sekali tidak tertarik. Akan tetapi, yang membuat tertarik adalah spesimen mayat yang kalian bawa," ucap Stan.

"Memangnya kenapa dengan mayat ini, Stan?" tanya Benjamin.

"Sepertinya Kepala keamanan Albert Daltong meminum Arsenik, aku melihat dari darahnya yang mulai berubah," ucap Stanley.

"Aku tidak mengerti maksudmu, Stan? Apa itu Arsenik?" tanya Madeline.

"Sama seperti racun sianida, racun arsenik merupakan racun yang mematikan. Sulit terdeteksi lantaran tidak berbau, berwarna, dan tidak memiliki rasa ketika tertelan, menjadikan racun arsenik sangat berbahaya," Ucap Stanley.

"Benar-benar mengerikan, stan," ucap Madeline.

"Sebenarnya meminum sedikit arsenik itu tidak masalah karena racun ini juga memiliki sisi positif untuk daya tahan tubuh seperti yang kulakukan.

Namun sepertinya pria ini meminum arsenik sangat berlebihan dan aku yakin pria ini pasti orang bodoh," ucap Stanley.

"Yah, seperti yang saya sudah katakan, Ben. Stanley memang sedikit ... uhm ..."

"Bagaimanapun, melihat dari kadar arsenik yang ada didalam tubuhnya, aku menduga korban diberi racun ini kira-kira sepuluh jam sebelum kematianya," ucap Stan.

"Apakah arsenik ini memiliki efek samping beberapa saat setelah di minum?" tanya Benjamin.

"Arsenik ini jelas memberikan langsung efek samping jika digunakan berlebihan, seperti korban terlalu mual untuk makan," ucap Stan.

"Tapi mengapa korban meminum itu?" tanya Madeline.

"Tentu ia tidak meminumnya secara sengaja, berdasarkan hasil pemeriksaanku, zat ini dicerna bersama sebuah minuman beralkhol yang ia tenggak.

Sepertinya ada yang sengaja menaruh arsenik ke dalam minumannya itu," ucap Stan.

"Terima kasih banyak, Stan. Informasi yang kau sampaikan benar-benar berguna untuk penyelidikan kami," ucap Benjamin.

"Sama-sama, petugas. Aku senang bisa membantu kalian, semoga kalian segera menuntaskan kasus ini," ucap Stan.

Hai, My-Readers... Author butuh bantuannya dong! Tolong masukan Buku ini ke rak kalian dan jangan lupa untuk memberikan ulasan supaya Author makin semangat updatenya... Salam Hangat

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Mauls09creators' thoughts
Next chapter