webnovel

Kesal

Gadis cantik itu menatap sebal kepada kedua orang tuanya dan kedua kakaknya yang sedang memakan sarapa di ruang makan dalam diam.

Gadia cantik itu,Arini Aida Utama berdecak entah sudah yang keberapa kalinya,sejak dia duduk di kursi makan.

"Pa,aku gak mau dijodohin.Titik!!"ucap Arini entah untuk keberapa kalinya yang membuat sang papa menatapnya.

"Papa tidak menerima penolakan.TITIK tanpa koma!!"ucap sang papa,Robert Heryanto Utama.

Aeini menghela nafasnya pelan sebelum memasang wajah memelas dan menatap mamanya,Mutiara Wiratama dengan 'puppy eyes' andalannya.

"Ma ....."

"Gak usah drama"ucap kakak laki-laki Arini,Alvino Aldian Utama, membuat wajah memelas Arimi langsung hilang digantikan wajahnya yang kesal.

"Shut up"teriak Arini sebal.

"Papa tidak menerima penolakan.Sekarang makan sarapanmu lalu berangkat kuliah.Nanti malam jangan lupa,kita ada acara makan malam sama calon tunangan kamu"kata papa sebelum bangkit dari duduknya.

Robert mendekati istrinya,mengecup keningnya dan melakukan hal yang sama kepada Arini dan Andine,kakaknya,sebelum berlalu meninggalkan meja makan.

"Yang sabar ya,adiknya abang yang paling caem"kata bang Alvian seraya mengecup pipi arini lalu kabur sebelum adiknya itu memukulnya.

"ABANG AL NYEBELIN BANGET SIHH!!"teriak arini dengan wajah memerah menahan amarah.

"Udahlah,dek.Terima aja,lagian cowok yang mau dijodohin sama kamu itu 'perfect' lo"kata sang kakak arini,Andine Aisyah Utama seraya memeluk aduknya itu.

"Tapi aku gak mau dijohodin kak,meskipun cowok itu sempurna"kata Arini memelas sebelum menatap mamanya yang masih duduk disebelahnya.

Harapan yang terakhir.

Andine yang mengerti situasi pun akhirnya pamit untuk segera berangkat kerumah sakit bersama sang papa dan kakak sulungnya.

"Ma ....."panggil Arini lirih dengan pandangan sayu dan jangan lupakan wajahnya yang memelas.

"Ya,sayang??" tanya sang mama menatap Arini dengan senyuman kecil.

"Arini ....."

"Semua keputusan ada di tangan papa kali ini.Mama gak bisa membantahnya"kata mama membuat Arini terduduk lemas di kursinya.

"Apa salahnya sih Ma,kalau aku masih jomblo??aku masih 25 tahun,mama.Liat dong bang Al sama kak Andine,mereka udah pada tua,mama dan papa masih santai aja,gak ribet nyuruh cepet-cepet nikah kan??"kata Arini sebal.

"Setidaknya bang Al sering kelihatan jalan sama perempuan,dan kak Andine dia beberapa kali ngajak pacarnya ke rumah.Lah kamu gak pernah sama sekali"dan jawaban mama sukses membuat Arini mengrucutkan bibirnya.

"Ya sudah deh,terserah mama-papa aja deh.Aku berangkat ke kampus dulu ma.Assalamualikum"pamit Arini sambil mencium tangan dan pipi mama nya.

💞💞💞💞💞💞

Arini masuk ke dalam kelasnya dan langsung menemukan sahabatnya,vanessa ayu virdasari yang sedang menatap si asisten dosen,yopi dengan pandangan tajam membunuhnya.

"Gue belum kerjain tu tugas,congek"kata vanessa menatap yopi memelas.

"Perjanjiannya kan ha ....."

"Perjanjian sama siapa" teriak vanessa membuat nyali yopi menciut.

"Pak .... pak kumis. ... eh pak ramis"kata yopi menyebutkan nama dosen Hematologi-Onkologi mereka.

"Ya lord.Nggak bisa diundur apa ya?"teriak Vanessa seraya berkacak pinggang,membuat yopi menghela nafasnya.

"Nggak bisa.Ini udah 2 minggu,dan aku rasa ini waktunya udah cukup"kata yopi memberi penjelasan.

"Ada apaan nih?"tanya Arini sambul merangkul sahabatnya itu.

"Ini ini si permen yupi,nggak ngode kaya orang lagi PDKT,tiba-tiba tugasnya pak Ramis suruh ngumpulin.Kan minta ditampol trus dimasukin sumur nih anak"jelas Vanessa membuat mata Yopi membulat sedangkan Arini sudah terkikik.

"Ya udah kumpulin"jawab Arini enteng yang langsung membuat Vanessa menjitak kepala Arini gemas.

"GUE BELUM KERJAIN DODOL"teriak Vanessa menatap tajam Arini yang masih mengelus kepalanya.

Arini berkecak kesal sebelum berjalan ke tempat duduknya dan mengambil sebuah buku dari dalam tasnya.

"Noh salin cepetan.Dikumpulin kapan sih yop?"tanya Arini kepada Yopi sedangkan sahabatnya sudah menyalin tugasnya dengan cepat.

"Nanti pas bubar mata kuliah"dan Arini hanya ber'O' ria dan mulai memainkan ponselnya.

"Arini yang cantik kaya tante Tiara"kata Vanessa dengan cengiran lebarnya seraya memberikan buku miliknya.

Arini Berdecak,sahabatnya itu akan bersikap manis kalau ada maunya saja. Kalau tidak ada maunya pasti udah mengerjainya habis-habisan.

"Yes,i am" kata Arini seraya berlalu menuju meja Yopi,di mana tempat mengumpulkan tugas.

💞💞💞💞💞

Arini masuk ke dalam kamarnya saat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore,tadi dia 'hang out' dengan Vanessa sebentar setelah tiba-tiba dosen 'Neurologi' mengadakan mata kuliah dadakan.

"ARINI"teriakan itu membuat Arini berdecak kesal.

"IYA MAMA"teriak Arini masih dengan tubuh yang terlentang di atas ranjang kecilnya yang nyaman dan saat ini mengundang untuk ditiduri.

"CEPAT TURUN"dan teriakan mamanya itu membuat Arini dengan ogah-ogahan bangkit dari kasurnya dan berjalan menghampiri mamanya yang ada di ruang keluarga.

"Apa sih ma?"tanya Arini sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang.

"Akh abang"teriak Arini saat Alvinomemukul pantatnya dengan keras.

"Duduk"kata Alvino seraya berkacak pinggang.

"Aku capek bang,mau tidur bentar aja bang"kata Arini dengan wajah merengut kesalnya.

"Abang juga capek dek"balas Alvino membuat Arini tambah kesal.

"Aw ... aw ... oi apa-apaan ini?!"teriak Alvino saat Arini memberinya cubitan-cubitan kecil di perutnya.

"Rasain,biar tau rasa!"kata Arini tanpa mempedulikan Alvino yang mengadu kesakitan.

"Hahaha ... bang geli!"dan akhirnya Alvino balas menyerang Arini dengan gelitikan mematikannya.

"Ya ampun kalian ini kaya anak kecil aja"kata mama Mutiara menghentikan aksi kekanakan kedua anaknya.

"Abang nih" "Arini,Ma" jawab Alvino dan Arini bersamaan membuat keduanya saling pandang dengan bengis.

"Paan kamu ikut-ikutan?!"kata Alvino membuat Arini melotot.

"Situ kali yang ikut-ikutan!"kata Arini tak mau kalah.

"Kamu tuh yang plagiat!"kata Alvino seraya berkacak pinggang.

Arini bangkit dari duduknya dan ikutan berkacak pinggang seperti sang kakak.

"Abang yang suka plagiat!"teriak Arini membahana.

"Eh eh eh nggak baik ya teriak-teriak sama kakaknya"kata Alvino membuat Arini melengos.

"Dasar adik durhaka"

"Dasar kakak durhaka"

"BODO!" teriak Arini dan Alvino kembali bersamaan.

"Udah udah,kalian kok ribut terus sih"kata Mama kembali menghentikan aksi kekanakan kesua anaknya.

Dia menatap sebal ke kedua kakak beradik yang tak pernah akur saat bertemu itu.

"ab ...." "ai ....."

"STOP"teruak mama memotong ucapan Arini dan Alvino,keduanya langsung bungkam mendengar teriakan sang ratu.

"Ini gaun untuk kamu pakai malam ini"kata Mama seraya menyerahkan sebuah kotak kepada Arini.

"Gaun buat apa ma?? Arini kan sudah punya banyak gaun Ma?"Arini menatap Mamanya bingung.

"Gaun kamu udah kuno semua"jawab Alvino sukses membuat Arini melotot tajam.

"KUNO"teriak Arini sebal.

"Iya kuno"kata Alvian menatap Arini dengan seringai kemenangan.

"Abang itu yang kuno,gak ngerti 'style' terbaru,nggak tau seni sih"kata Arini menatap Alvino tajam.

"Udah dong kalian,mau sampai berapa ronde?"kita ada janji makan malam lo?"kata Mama melerai.

"Arini,sana ke kamar.Istiraha bentar lalu siap-siap"kata Papa,membuat Arini segera bangki dari duduknya dan dengan sengaja menginjak kaki Alvino yang selonjoran di karpet tebal sambil main PS.

"Argh!!DASAR ADIK DURHAKA.Awas aja,nanti aku balas adikku tersayang"teriak Alvino dengan penuh ancaman.

Arini terbahak dan memeletkan lidahnya ke arah kakak laki-lakinya itu,membuat Alvino semakin memelototkan matanya.

Arni yang belum masuk ke kamarnya pun kembali menatap sang kakak dengan tatapan mengejek."I'm waiting for that,my lovely brother"jawab Arini membuat Alvino semakin mendengus.

"Udah,Arini,Alvino"kata Mama menatap kedua anaknya itu dengan tatapan tajam.

"Abang,Ma" "Arini,Ma" jawab Arini dan Alvino bersamaan.

Arini menatap Alvino tajam,begitu pula sebaliknya,membuat Mama,Papa dan Andine hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.