webnovel

The School of Darkness

Pernahkah kalian mendengar sekolah yang menelan korban selama bertahun-tahun termasuk korban yang meninggal karena racun kimia yang mirip racun vampire? Pernahkah kalian mendengar sekolah yang menyimpan banyak misteri yang belum pernah ada namun sudah terjadi selama bertahun-tahun? Mereka berjuang untuk memecahkan misteri meskipun nyawa taruhannya

SakumoraKanata · Horror
Not enough ratings
42 Chs

Chapter 9: Akhir Dari Semua Kutukan (Part 1)

Sementara itu, Di SMA Akatsuki....

"Yakisaka-san.... hiks.... "

"Sudahlah, Ruka. Ayah mengerti perasaanmu saat ini, tapi kau harus mengakhirinya dari luar."

"Hmm.... "

"Jangan sia-siakan pengorbanan Yuuto."

Ruka mulai bangkit dan mengambil pisau belati miliknya. Sementara Kazuo dan Saki menahan para zombie yang ingin mendobrak pintu kelas 2-4. Tatapannya semakin tajam.

"Ruka-chan, apa yang kau lakukan?"

"Ruka?"

Manik merah milik Ruka hanya menatap diam pria yang berdiri di dekat lingkaran tersebut. Tatapannya semakin tajam pada pria tersebut.

"Hee.... apa karena Yakisaka Yuuto mengorbankan diri, kau menjadi semakin seperti ini? Kalau dilihat kembali, ayah dan anak sama saja." Pria tersebut tertawa dengan kencang.

Groar!!!

Groar!!!

"Ya ampun!!! Ini semakin berat!!!"

"Mamoru, ada cara untuk menghindari jatuh korban dari pihak kita." Riki tampak putus asa "Bawa mereka pergi dari sini. Aku akan berusaha menyelamatkan Yuuto meskipun kuakui yang dilakukan Yuuto sangat nekat."

Trang!!!

Trang!!!

Tiba-tiba terdengar bunyi adu senjata. Mereka menatap takjub perlawanan Ruka melawan pria tersebut.

"Ya ampun. Jika Lenka tahu ini, aku bisa dihajarnya."

"Oho, sudah takut istri kah? Biasanya kau yang berani menaklukkan istrimu tercinta." Mamoru tampak menyindir Riki "Kalau dilihat lagi, seperti melihatmu dan Lenka kembali."

Groar!!!

Groar!!!

"Bicara tentang bahaya, zombie-zombie ini memberontak masuk, sensei!!!"

"Baiklah, Riki. Ayo kita bernostalgia dengan para zombie ini." Mamoru tampak bersemangat sambil memegang tongkat baseball "Sudah lama tidak menghajar mereka."

"Kau benar, Mamoru. Ayo kita nostalgia."

****

"Apa maksudmu, Yuuto-kun?"

"Jika tidak ada kau, mungkin dunia ini damai dan kehidupan menjadi normal lagi."

Yuuto menutup matanya dan berdiam diri dalam rantai-rantai hitam tersebut. Runa menatap Yuuto yang tampak memikirkan sesuatu yang seperti dunia ini miliknya.

"Haah.... karena sejak awal dalangnya Amano, jadi kupertegas padamu." Aura Runa mulai terpancar "Tindakanmu sebagai "calon" tumbal terbilang sangat nekat, tapi mampu melemahkan kemampuan Iblis."

["Huh??!!"]

"Kedua, karena kalung itu sudah menyerap energi Iblis itu dan membebaskan para roh yang terjebak di sini."

Jeda sejenak....

"Jadi, kami para roh kecuali Riki-kun sudah bebas."

Splash!!!

Krak!!!

["ARGH!!! TERNYATA KAU TAHU KELEMAHANKU, BOCAH KURANG AJAR!!!"]

"Huft." Yuuto mengedipkan sebelah matanya "Aku berniat melenyapkan semua kutukan selama bertahun-tahun kok."

"Ya, sudah terlanjur sih."

["ARGH!!!"]

Woosh....

Splash!!!

Bruk!!!

"Aduuh.... "

"Sekarang sudah selesai ya.... kau akan keluar dari sini, Yuuto-kun." Runa tersenyum tanpa dosa "Terima kasih untuk semuanya dan selamat tinggal."

"Tunggu, Runa-san. Bagaimana dengan kutukan pada Paman Riki dan Ruka?"

"Kalau itu.... kau akan mengetahuinya nanti."

Splash!!!

"Selamat tinggal, Runa-san."

Wush!!!

Splash!!!

Dan Yuutopun pergi meninggalkan dunia yang terkutuk tersebut....

****

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku, Hoshikawa Ruka!!!"

"Cih."

Splash!!!

Tiba-tiba lingkaran Ritual Pemanggilan Iblis tersebut bersinar dan keluarlah Yuuto yang terduduk lemah. Ruka mendorong Amano dan berlari menghampiri YuutoYuuto.

"Yakisaka-san, syukurlah kau selamat."

"Ya, Ruka. Kau bisa melihatnya sendiri." Yuuto hanya tersenyum lemah melihat Ruka senang dirinya kembali.

"Hiks.... hiks.... "

"He-hei, jangan sedih ya.... "

Pria yang bernama Amano tersebut terperanjat melihat Yuuto kembali selamat tanpa cacat sedikitpun. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa rencananya gagal total.

"Baiklah, kita akhiri saja ya.... "

****

"Kebetulan sekali kau di sini, Hazuki. Gara-gara putrimu Lenka, sekarang aku hidup menderita."

"Lho, bukankah semua ini awalnya dari suamimu, Sayaka? Tidak perlu menyalahkan Lenka, bukan?"

"Cih. Ayah dan anak sama saja. Kalian harus mati!!!"

Dor!!!

Wanita tersebut menembakkan pistolnya ke arah mereka, namun Hazuki dan Zen langsung menghindar. Dengan sedikit kemampuan Zen, peluru tersebut meledak di langit.

"Ya ampun, perempuan ini sudah gila." Zen menghela nafas kaget karena melihat serangan mendadak tersebut.

"Sayaka dari dulu sudah seperti itu."

"Eh? Benarkah?"

"Iya."

Hening sejenak....

"Paman, aku akan menahan tembakannya. Paman lari saja ke dalam rumah."

"Jangan gila kau, Zen!!! Sayaka terkenal sinting dari dulu."

"HEI, KALIAN BERDUA!!! JANGAN ABAIKAN AKU!!!"

Dor!!!

Drap drap drap....

Jleb!!!

Tiba-tiba, seorang wanita bersurai coklat berlari ke arah depan Hazuki dan Zen hingga peluru tersebut mengenai dada wanita tersebut. Wanita tersebut tersungkur di tanah dan mengeluarkan banyak darah. Kedua laki-laki tersebut terkejut melihat wanita tersebut.

"Lenka!!!"

"Senior Lenka.... "

Mereka menghampiri wanita yang tersungkur tersebut. Zen berusaha mengeluarkan peluru dari dalam tubuh wanita yang bernama Lenka tersebut.

Wush!!!

"Sudah kuambil, paman."

"Bagus, Zen."

"HAHAHAHA.... "

Sayaka tertawa lepas melihat Lenka tergeletak tak berdaya. Dia merasa bahwa dendamnya dan suaminya terbalaskan "Akhirnya Riki merasakan kehilangan untuk kedua kalinya."

"Segila apa dirimu sehingga ingin membuatku menderita, Kurohaku Sayaka?"

Mereka terkejut mendengar suara yang sangat familiar tersebut. Pemilik suara tersebut adalah Hoshikawa Riki, suami Hoshikawa Lenka.

"Kau bahkan tega membunuh istriku, Hoshikawa Lenka."

"Huh, kenapa? Istrimu sudah membuat hidup kami menderita."

Riki mulai melangkah maju ke arah Sayaka sambil membawa pisau lipat miliknya "Kau bilang Lenka penyebab penderitaanmu dan Amano? Kalau kukatakan semuanya, pasti kau marah da malu."

"Ri-Riki.... a-apa ma.... "

"Kau dan Amanolah penyebab kematian separuh kota dari dulu sampai sekarang. Kini kalian harus membayarnya."

Tap!!!

Sret!!!

"Akh!!!" Pipi kanan Sayaka tergores oleh pisau milik Riki hingga berdarah "Ri-Riki.... "

"Sakit ya? Ini yang kami rasakan selama bertahun-tahun, Sayaka."

Sret!!!

"He-hentikan.... " Sayaka meronta kesakitan karena sayatan tersebut.

"Oh, aku tidak bisa, Sayaka. Kau membuat istriku meregang nyawa."

Jleb!!!

"Ups." Riki mulai tersenyum dingin pada Sayaka "Aku menusuk kakimu, Sayaka."

Zen dan Hazuki menatap Riki tak percaya. Karena Lenka sekarat, pria bersurai hitam tersebut berubah menjadi lebih kejam.

"Paman, apa dia seperti itu?"

"Itu setelah dia bangkit dari kematian. Kau yang Mysterious Angel seharusnya tahu kan?" Hazuki melirik Zen lekat.

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Oh.... maaf, aku tidak tahu, Zen." Hazuki langsung memalingkan pandangannya dari Zen.

Jleb!!!

"Argh!!! Kau psikopat gila, Riki!!!

" Huh? Bagaimana dengan kalian? Nyawa orang banyak kalian pertaruhkan untuk kesenangan kalian!!!"

"Hentikan, Riki!!! Aku sudah melaporkan Sayaka ke polisi dan sebentar lagi mereka datang."

"Hn, baiklah." Riki menyimpan pisau lipatnya ke dalam saku celananya "Hazuki, jangan pernah melaporkan Amano ke polisi."

"Kenapa?"

Riki hanya menghela nafas mendengar pertanyaan teman lamanya dan berjalan ke arah Lenka yang tergeletak tak berdaya "Karena Amano akan diakhiri oleh anak-anak."

****

"Bagaimana kau bisa selamat dan melenyapkan Iblisnya, Yakisaka Yuuto??"

"Hanya keberuntungan saja. Pengorbanan diri tidak termasuk hitungan dalam ritual ini kan?"

Ruka, Kazuo, dan Saki hanya terdiam mendengar jawaban Yuuto. Ternyata Yuuto mengorbankan diri dengan tujuan pelemahan, lebih tepatnya melemahkan perjanjian Ritual Pemanggilan Iblis.

"Dan mungkin sekarang semuanya berakhir." Yuuto mulai berdiri dan menatap Amano dengan tatapan sinis "Kau pantas mati."