"Ya, mereka berdua."
Ruka menahan Yuuto agar pemuda bersurai biru muda tersebut tidak bertindak sesuai keinginan pria tersebut "Jangan, Yakisaka-san. Teman-temanmu bisa membunuhmu jika nyawa mereka diambil. Setelah menjadi mayat hidup, mereka akan balas dendam padamu karena kau dianggap egois."
"Lalu, apa yang akan terjadi?"
"Kegelapan di sekolah ini terus terjadi."
Deg!!!
Jantung Yuuto dipacu dengan kencang mendengar jawaban Ruka. Manik coklat miliknya menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya, lalu menatap pria tersebut "Ja-jadi.... Tidak akan ada jalan keluarnya?"
"Haah.... " Ruka hanya menghela nafas mendengar ucapan Yuuto "Pasti ada jalan keluarnya, Yakisaka-san."
"Fufufu.... Kau terlalu naif, Hoshikawa Ruka. Kalau Iblis itu menelan Yakisaka Yuuto, otomatis kau dalam bahaya."
"Kenapa?" Yuuto mulai merasa penasaran dengan ucapan pria tersebut.
"Karena dia setengah vampire yang lahir dari rahim Sakumora Lenka."
"Cih!!! Itu tidak akan terjadi." Ruka mendecih kesal mendengar ucapan pria tersebut "Lagipula kau juga tewas setelah ditembak polisi."
"Oke, akan kutunggu, Yakisaka Yuuto. "
Splash!!!
Pria tersebut menghilang dari hadapan mereka berdua. Mayaka yang dari tadi bungkam akhirnya angkat bicara "Anoo... Yuuto-kun, tadi kau bilang punya teman seorang roh, di mana dia?"
"Yakisaka-san punya teman seorang roh?"
"Ya, dia yang bilang begitu."
Hening sejenak....
Wush!!!
"Ada yang memanggilku roh?" Tiba-tiba seorang roh wanita muncul di hadapan mereka "Yuuto-kun, apa itu kau?"
"Tadi aku mau memanggilmu, Mira." Yuuto mulai memijit keningnya sendiri "Tapi, keduluan kepala ini."
"Ara, kepala ini?" Mira berbicara sambil melirik kepala manusia tersebut "Tadi Kazuo-kun bilang ada yang tewas di ruang olahraga, makanya dia memintaku untuk memberitahumu."
"A-ada yang tewas? Bukankah ada siswi yang tewas di sana 10 tahun yang lalu?"
"Siapa?" Mira terlihat penasaran dengan ucapan Ruka.
"Crystalisia Seira, seorang anggota OSIS 10 tahun yang lalu." Lalu, pandangan Ruka beralih pada Mira "Lalu, kau ini siapa?"
"Teman Yuuto-kun yang tewas setahun yang lalu, Ayazuki Mira." Mirapun akhirnya memperkenalkan diri.
"Oh, begitu.... " Ruka hanya ber oh ria
"Teman-teman, apa kalian tidak sadar bahwa ada yang membutuhkan bantuan di luar sana?" Yuuto memotong percakapan Ruka dan Mira
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Umm.... Sebaiknya kita ke sana sekarang."
Tanpa berpikir panjang, Yuuto menarik tangan kanan Ruka dan mereka berduapun pergi meninggalkan lorong. Raut wajah Ruka seketika berubah menjadi merah dan hanya menunduk malu tanpa melihat Yuuto. Mira dan Mayaka hanya menatap kepergian kedua remaja tersebut.
"Ruka-chan semakin dewasa ya, Mayaka-san."
"Umm.... kau benar, Mira-chan."
****
Brak!!!
Pintu ruang olahraga terbuka dengan tidak elitnya. Kedua pasang manik yang berbeda warna tersebut langsung membulat sempurna melihat pemandangan yang sangat mengenaskan, yaitu seorang siswa terbaring bersimbah darah dengan pisau menancap di seluruh badannya.
"Ti-tidak.... kita sudah terlambat." Ruka langsung menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya.
Tes....
Sebuah tetesan darah mengenai pipi Yuuto dan manik milik mereka berduapun mengarah ke atas. Terlihat seorang siswi yang memakai seragam olahraga tergantung dengan kondisi baju robek.
"Astaga, inikah yang akan terjadi pada kita, Hoshikawa-san?"
"Mu-mungkin iya."
Dak dak dak...
("Astaga, pintunya terkunci, Kazuo-kun.")
("Aish, kau berusahapun tetap saja pintunya tidak bisa terbuka, Saki.")
("Lalu, kita harus menunggu Yuuto-kun dan Ruka-chan datang begitu?")
Kedua pasang telinga milik Yuuto dan Ruka menangkap 2 buah suai yang tidak asing bagi mereka. Dengan hati-hati, kedua remaja tersebut berjalan ke arah pintu ruang ganti dan membuka pintu tersebut dengan hati-hati tanpa ada gangguan dari manapun.
"Kau siap, Hoshikawa-san?"
"Ya, Yakisaka-san."
Cklek!!!
Buak!!!
Manik coklat Yuuto dan manik biru safir di sebelah kiri milik Ruka menatap heran kedua remaja lainnya yang terperangkap di dalam ruang ganti.
"Anoo.... Mitsuya-san, Minohara-san.... " Ruka memulai percakapan.
"Sedang apa kalian di sini?"
Bukannya menjawab, gadis bersurai pink tersebut malah memeluk Ruka karena ketakutan "Syukurlah kalian selamat. Aku dan Kazuo-kun dikejar oleh hantu psikopat."
"Hantu psikopat?" Yuuto dan Ruka membeo bersamaan.
"Ya. Hantu itu telah membunuh kakak-kakak kelas kita dengan keji."
"Etto.... tadi, hantu itu membunuh Amatsuki-san." Ruka hanya menelan ludah saat melihat 2 kejadian di waktu yang bersamaan "Kalau bukan karena para roh dan Yakisaka-san, mungkin aku juga dalam bahaya yang sama."
"Sayangnya, Yuuto dalam bahaya, Ruka, Saki."
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Kau benar, Kazuo. Aku dalam bahaya dan jika Iblis itu berhasil menelanku, maka Hoshikawa-san juga dalam bahaya."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Yuuto-kun?" Saki terlihat penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Yuuto.
Yuuto menghela nafas sejenak, lalu menatap mereka bertiga "Kita pecahkan misteri ini dan membunuh Kurohaku Amano."
"Kenapa harus terdakwa itu?" Kazuo menaikkan sebelah alisnya karena tidak paham dengan rencana Yuuto.
"Karena dialah pengontrak Iblis yang menyebabkan kegelapan di sekolah kita."
Ruka hanya mengangguk paham "Yakisaka-san benar, teman-teman. Hanya itulah satu-satunya cara agar sekolah kita mendapat kebenaran di balik kejadian yang pernah terjadi 10 tahun yang lalu."
"Oke, kita bisa mulai sekarang."
"Ya."
****
Prang!!!
Sebuah gelas yang terjatuh dan pecah membuat pria bersurai hitam tersebut mulai memegangi kepalanya sendiri "Perasaan apa ini?? Ada yang tidak beres."
"Ada apa, Riki-san?" Seorang wanita bersurai coklat panjang tersebut menatap pria tersebut dengan tatapan heran "Apa ada masalah?"
"Tentang putri kita, Lenka. Aku merasa Ruka dalam bahaya karena Amano kabur dari penjara.'
"Apa karena anak baru itu?" Lenka, begitulah nama wanita yang kini menjadi istri seorang vampire yang bernama Hoshikawa Riki "Anak yang bernama Yakisaka Yuuto itu, Riki-san."
"Ya, Lenka. Aku merasakan aura anak itu begitu gelap dan jika ritual itu berhasil, tamatlah riwayat SMA Akatsuki dan juga kita."
"Termasuk putri kita?"
"Ya, Lenka."
Bruk!!!
Manik merah milik Riki menatap istrinya yang terjatuh tersebut dan ditopangnya tubuh wanita bersurai coklat tersebut "Tenangkan dirimu, Hoshikawa Lenka."
"Ru-Ruka.... " Lenka mulai meremas dadanya sendiri "Ja-jangan ambil putriku.... "
"Lenka, tenanglah. Ruka akan baik-baik saja selama kejadiannya tidak terlalu parah." Riki mulai menghela nafas sejenak "Jika kejadiannya sudah parah, aku yang akan turun tangan untuk menolong mereka."
"Aku harap semua berjalan baik-baik saja."
"Ya." Riki merengkuh tubuh mungil Lenka yang telah menemaninya selama 10 tahun lamanya "Semua akan baik-baik saja."
****
"Kau yakin mau pulang sendiri, Hoshikawa-san?"
"Ya, Yakisaka-san. Aku kan bukan gadis lemah, jadi jangan khawatirkan aku."
"Hee.... kalian terlihat mesra sekali. Persis Riki dan Lenka."
Yuuto dan Ruka terkejut mendengar sebuah suara yang sangat asing bagi mereka. Kedua pasang manik yang berbeda warna tersebut menoleh ke arah belakang untuk memastikan siapa pemilik suara tersebut. Manik milik Yuuto dan Ruka langsung membulat sempurna melihat seorang pria yang terlihat tirus tersebut.
"Ka-kau.... " Ruka terkejut melihat pria yang kini di depan mereka.
"Ya, anak-anak kurang ajar. I'm back, Your Highness Hoshikawa Ruka, Yakisaka Yuuto."
"Ba-bagaimana kau bisa tahu nama kami?" Yuuto tidak kalah terkejutnya dengan Ruka
"Fufufu.... aku mengenal kalian karena nama kalian tertulis dalam sebuah lingkaran hitam Sang Iblis, terutama kau Hoshikawa Ruka." Pria tersebut terlihat tenang menghadapi mereka berdua "Putri mantan vampire buatan yang telah berubah menjadi Pureblood dan seorang mantan calon tumbal ritual Sang Iblis yang gagal.... dekat dengan seorang manusia yang juga calon tumbal selanjutnya."
Ruka langsung melindungi Yuuto dan membuka penutup mata di mata kirinya. Manik merah yang terlihat menyala di mata kirinya. Pria tersebut hanya tersenyum licik melihat reaksi Ruka dan juga manik merah milik gadis bersurai hitam sebahu tersebut.
"Ara, ternyata sifat dinginmu sangat mirip dengan ayahmu ya, Hoshikawa Ruka." Lalu, manik milik pria tersebut beralih pada pemuda bersurai biru muda tersebut "Sampai jumpa lagi, Hoshikawa Ruka, Yakisala Yuuto."
Tap tap tap....
Pria tersebut telah menghilang namun hilangnya pria tersebut bersamaan dengan kemunculan bayangan hitam yang berada di depan mata mereka. Baik Yuuto maupun Ruka tersentak kaget dan memutuskan untuk melarikan diri dari bayangan hitam tersebut.
Drap drap drap....
Kita berpencar, Yakisaka-san. Aku akan menuju kanan dan kau di kiri."
"Baiklah, Hoshikawa-san."
Dengan cepat, mereka berdua mulai berpencar dan mereka merasa saatnya untuk menghindar dari masalah dan merancang strategi untuk memecahkan masalah yang misterius di SMA Akatsuki.
****
Brak!!!
Blam!!!
Yuuto langsung membanting pintu apartemennya karena ketakutan. Manik coklat miliknya menatap ke arah buku diary yang tergeletak di meja ruang tamunya dengan lekat-lekat
"Buku ini... buku ini penyebab kejadian ini kah?
(" Bukan, kaulah yang bisa mengakhiri kegelapan di SMA Akatsuki.")
Hening sejenak...
Tiba-tiba pemuda bersurai biru muda tersebut mendapat jawaban untuk misteri tersebut "Aku akan memanggil pemilik buku ini apapun caranya."