Suasana di kediaman keluarga Kang tegang. Ada perdebatan sengit di rumah itu. Min Hyuk duduk di kursi ruang kerja papanya terlihat galau dan marah. Tuan Kang duduk di balik meja kerjanya juga dengan wajah yang mengeras karena marah.
"Kukira kau sudah dewasa Kang Min Hyuk, ternyata kau anak kecil yang merengek hanya karena perempuan. Kau pikir pertunanganmu dengan Miss Hong sebuah permainan? Kau membutuhkan Miss Hong di belakangmu untuk mengokohkan kedudukanmu di perusahaan. Kau tahu Samchonmu itu licik. Dia akan melakukan apapun juga untuk menjatuhkanmu, dan merebut kedudukanmu setelah Grup Kang menjadi besar seperti ini," jelas Tuan Kang tegas
"Apakah tak ada jalan lain selain menikahi Hong Sun Hwa? Aku akan coba cari jalan lain," ujar Min Hyuk.
Tuan Kang mengeluarkan sebuah amplop, lalu menaruhnya dengan agak keras di depan Kang Min Hyuk.
"Berhentilah mencari masalah. Jauhi Man Se dan berhenti menginvestigasi tentang kebakaran pabrik itu, kalau kau tetap melakukannya, sama saja kau menghancurkan perusahaan," cetus Tuan Kang.
Min Hyuk membuka amplop yang berisi foto-foto hasil mata-mata yang disuruh oleh Tuan Kang. Tangan Min Hyuk bergetar menahan geram kepada papanya. Ia berdiri, lalu keluar ruangan. Ada Nyonya Kang dan Seo Woo di dekat pintu dengan wajah khawatir. Min Hyuk memandang sekilas pada mereka, lalu berjalan menuju ruang kerjanya. Dia mengambil buku harian Sekretaris Oh, lalu kembali lagi ke ruang kerja papanya. Ditaruhnya dengan keras buku itu di depan Tuan Kang.
"Sampai kapan Papa akan menutupi kelakuan Samchon. Apakah Papa tak punya hati nurani berdiri di atas mayat para korban kebakaran yang direncanakan hanya untuk mendapatkan uang asuransi. Di antara para korban itu adalah orangtua Man Se, anak yang Papa besarkan dengan harta Papa. Perempuan yang sejak kecil aku cintai, anak dari orang kepercayaan Papa, Sekretaris Oh!" tegas Min Hyuk.
Tuan Kang diam, karena merasa terpojok. Dia juga merasa seperti dihadapkan pada pilihan yang sulit ketika peristiwa kebakaran itu terjadi. Sampai akhirnya dia memilih diam. Sekarang, kasus itu bagai bom waktu baginya. Min Hyuk, anaknya mengetahui kebenaran di balik peristiwa itu.
"Pa, aku mencintai Man Se. Aku akan mengadakan konferensi pers tentang hal ini. Proses re-investigasi sudah diproses untuk menangkap Samchon. Pikirkanlah, restui keputusanku," pinta Min Hyuk dengan nada yang sudah mulai melunak.
"Anak bodoh, pernikahanmu dengan Miss Hong akan tetap berjalan dan akan dipercepat. Siapkan semuanya. Jangan pernah berpikir untuk membuka kasus kebakaran pabrik itu lagi," ujar Tuan Kang sambil berlalu dari ruang kerjanya.
"Paaa!" teriak Min Hyuk.
Min Hyuk gusar, lalu keluar dari ruang kerja. Dia berjalan cepat-cepat keluar rumah, lalu pergi mengendarai mobilnya. Nyonya Kang dan Seo Woo hanya terdiam melihat kejadian itu.
"Cepat ikuti kakakmu, aku khawatir kalau terjadi sesuatu padanya," perintah Nyonya Kang.
Seo Woo mengangguk lalu pergi mengikuti kakaknya. Ternyata Min Hyuk menuju rumah Man Se. Dia hanya berdiri di luar, tak berani masuk. Man Se yang bersiap tidur, mematikan lampu kamarnya. Min Hyuk melihat lampu kamar Man Se sudah padam. Hati Min Hyuk sedih dan terasa sempit, dia merindukan Man Se, tapi dia tak berani bertemu dengan gadis itu.
Min Hyuk mengingat kejadian setelah Man Se tahu tentang kebenaran kabar pernikahan maupun fakta siapa yang menjadikannya yatim piatu. Min Hyuk sering memperhatikan Man Se dari jauh. Min Hyuk hanya melihat Man Se dari luar kafe tempat Man Se bekerja, atau melihat Man Se dalam loket karcis bioskop, kadang juga mengawasi Man Se dari jarak jauh ketika Man Se berjalan sendiri.
Min Hyuk menghela napas panjang lalu pergi dari tempat itu. Seo Woo mengawasi kakaknya diam-diam dari belakang. Tatapan matanya iba, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
***
Hari pernikahan Min Hyuk semakin dekat. Tapi terlihat dari wajahnya Min Hyuk tidak bahagia. Bahkan ketika fitting baju pengantin dia tak mau bersama-sama dengan Sun Hwa. Kalau boleh memilih mundur dia ingin sekali mundur. Di media massa sudah muncul berita rencana pernikahan mereka. Man Se hanya melihat tayangan di televisi tentang hal itu. Sorot matanya begitu sedih.
***
Pagi itu Man Se dikejutkan oleh seseorang yang sudah menunggu dirinya di teras rumah ketika hendak berangkat kerja. Seorang laki-laki berpakaian jas rapi dengan sebuah tas di tangannya. Laki-laki itu tersenyum ramah ketika melihat Man Se. Mereka duduk berhadapan.
"Saya Sekretaris Kim. Saya datang ke sini atas perintah Tuan Kang," jelas laki-laki itu sambil menyodorkan sebuah amplop coklat kepada Man Se.
Man Se mengernyitkan dahi. Diambil lalu dibukanya amplop itu. Sebuah surat dan cek. Dibacanya surat itu dengan seksama. Berisi permohonan dari Tuan Kang untuk tidak lagi berhubungan dengan Min Hyuk. Poin berikutnya berisi tentang permohonan Tuan Kang agar tidak menuntut keluarga Kang atas kematian orangtua kandung Man Se. Poin ketiga Tuan Kang meminta Man Se untuk pergi keluar negeri agar bisa melanjutkan sekolah.
Bergemuruh dada Man Se membaca surat dari Tuan Kang. Seandainya dia tidak ingat bahwa Tuan Kang itu adalah ayah angkatnya yang membesarkannya selama ini, Man Se sudah pasti gelap mata dengan melakukan penuntutan terhadap keluarga Kang. Kenyatannya dia tak ingin melakukan tuntutan apapun juga. Dia masih mencintai Min Hyuk. Dia tak ingin menerima tawaran ke luar negeri.
"Beritahu Papa, aku menolak semua permintaannya," ujar Man Se tegas.
"Tapi Nona, kau akan tahu konsekuensi jika menolak semua permintaan Tuan Kang," saran Sekretaris Kim.
"Sebaiknya Anda pergi. Kukatakan sekali lagi, silakan Anda pergi!" pinta Man Se sambil mengusir pergi Seketaris Kim.
Laki-laki itu tak punya pilihan selain masuk ke mobilnya dan pergi. Man Se merasa sebal terhadap Tuan Kang. Man Se memang sudah merasa tidak suka dengan ayah angkatnya sejak kecil. Sikapnya cenderung kasar terhadap dirinya. Dia masih bersyukur ada Nyonya Kang dan kedua kakak angkatnya yang sangat baik padanya.