webnovel

The Rosemary

Di dunia dimana kekuatan super muncul dalam diri manusia dan dianggap lumrah, mereka harus belajar untuk mengendalikannya. Academy for Superpower Training and Study (ASTRIS) adalah sekolah yang masih baru, tetapi sudah memiliki reputasi yang cukup baik. Sekolah ini memiliki sistem yang cukup unik. Setiap murid akan dikelompokkan dengan seorang kapten dari murid tingkat tertinggi untuk dilatih dan menjalankan misi. Sonia adalah murid kelas satu SMP di sekolah ini. Ia masuk ke dalam 'Kelompok 5' yang dipimpin oleh Sifari Danar. Seorang murid kelas dua SMA yang merupakan salah dari 'Empat Raja Langit', yaitu empat orang terkuat di sekolah. Bergabung pula dengannya beberapa teman satu tim yang unik-unik dan aneh-aneh. Dengan tujuan untuk menjadi tim terbaik di sekolah, akankah mereka berhasil?

Faris_Ranadi · Urban
Not enough ratings
27 Chs

Chapter 2: The Fifth Squad Part 1

Ramai murid sudah berkumpul di aula. Semuanya berbisik, menanyakan ada apa gerangan mereka dikumpulkan malam ini. Aku pun juga sama ingin tahunya. Tapi, satu-satunya orang yang bisa aku tanyai cuman Lucia. Dia pun juga sama tidak tahunya sepertiku. Aku ingin tanya ke Kak Annie, tapi dia tidak ada. Kemana, ya? Bukan dia aja, semua Angkatan Satu juga tidak ada. Apa mereka punya kegiatan yang berbeda? Tapi pengumumannya jelas-jelas 'Seluruh siswa', kok. Ah, sudahlah.

"Eh, anak Angkatan Satu kemana?" tanya seorang laki-laki bertubuh pendek dan bermata sipit.

"Nggak tau, mati kali," jawab temannya yang berambut klimis.

"Yeeeh, gue nanya serius."

"Dua rius gue nggak tau."

Oke, percakapan mereka nggak berguna. Lebih baik aku dengerin yang lain aja.

"Eh, eh, kira-kira siapa bakal di kelompok siapa, ya?" kata seorang perempuan, sepertinya kakak kelas. Sepertinya percakapannya lebih berguna.

"Yang pasti aku bakal bareng my love, Kak Sifari!" seru seorang berambut hitam panjang sepinggang.

HEEEHHH?! Fans fanatik kah?

"Hmmm… yakin tuh, Mar? Minggu kemarin waktu ada serangan monster katanya dia gendong cewek. Siapa ya namanya, So-so-somplak apa, ya?"

'Sonia, tau!'

"Lagian dia juga akhir-akhir ini mengabaikanmu, kan?" lanjut temannya.

"Somplak, ya? Akan kucari dia!"

Hiiii!!! Mendingan menjauh, ah. Daripada nambah masalah. Cewek ini cukup yandere sepertinya.

"Sonia, hati-hati lho. Sepertinya dia obsesif. Kamu, sih. Terlibat dengan Kak Sifari," kata Lucia.

"Bukan salahku dong!" kataku membela, "tapi, ternyata ada juga yang ngefans sama dia."

"Yah, nggak heran, sih. Dia kan salah satu murid terkuat di ASTRIS."

Aku setuju. Wajar saja memang kalau ada yang menggemari dia. Tapi, dalam seminggu ini, baru kali ini aku mendengar ada yang terang-terangan membicarakan dia. Dari kemarin yang aku sering dengar cuman nama Kak Toni, Bang David, dan Kak Rudi. Sisanya dibicarakan sesekali. Dan nama Kak Sifari jarang sekali terdengar, bahkan hampir nggak ada.

"Oke, semuanya!" kata Pak Ares tiba-tiba muncul di depan kami, "saya minta perhatiannya sebentar. Ya, seperti kabar burung yang mungkin sudah tersebar, pada malam ini saya mengumpulkan kalian semua untuk satu alasan, yaitu Squad Project. Apa itu Squad Project? Singkatnya, saya dipercaya oleh Kepala Sekolah untuk mengatur ulang metode menjalankan misi, karena insiden beberapa hari yang lalu. Di Squad Project ini, kalian akan dikelompokkan menjadi sebelas kelompok dengan Angkatan Pertama sebagai leader atau kapten.

"Nah, sekarang saya akan membacakan pembagian kelompoknya. Semuanya tolong mundur lima langkah. Baik, yang namanya saya panggil tolong berbaris di belakang saya. Pertama, Malik Jamal, Caesar Julio, Nadra Armando, Agatha Regalia, Sasha Hazan, Nelly Quentin."

Satu persatu nama dipanggil dan seiring itu pula barisan di belakang Pak Ares bertambah banyak. Namaku kapan dipanggil, ya? Aku bakal satu tim sama siapa? Tiba-tiba saja jumlah murid sudah berkurang hamper setengah yang berada di depan Pak Ares.

"Selanjutnya, kelompok lima, Barqi Kirikaze," seorang laki-laki berambut agak gondrong lurus dan bermata agak sipit maju ke depan, membentuk barisan baru di belakang Pak Ares.

"Solari Chaliang," kali ini seorang laki-laki tinggi dengan rambut gondrong wavy pirang dan memakai topi bisbol yang maju. Dia bule, kah?

"Alan Aksara," laki-laki berambut pendek, berkacamata, dan berbadan agak kekar berbaris di belakang laki-laki yang tadi.

"Erik Stanyal," majulah laki-laki berambut spiky. Dia sepertinya satu angkatan denganku. Mukanya terlihat konyol.

"Eriza Raniri," Kak Eriza. Perempuan yang memiliki badan yang tinggi dan sepertinya bisa membuat laki-laki ngebet dengannya. Ia berbaris di belakang Erik, meski mengambil jarak.

"Yura Kannonji," Kak Yura adalah perempuan yang misterius. Dia jarang bicara, setidaknya kepada khalayak ramai. Kata orang, dia keturunan Jepang.

"dan Sonia Kania."

Namaku! Akhirnya dipanggil juga! Tapi… teman satu timku? Aku gak terlalu akrab dengan mereka semua! Haaah, aku gak satu tim sama Lucia. Aku menoleh memelas kepada Lucia. Dia hanya tersenyum simpul kepadaku. Sorot matanya seakan berkata, 'Pergilah, temui teman satu tim-mu.' Aku pun berjalan ke barisan yang baru saja dibentuk. Aku merasa canggung berdiri di belakang mereka. Satu persatu nama murid dipanggil, hingga akhirnya semua murid sudah mendapat barisan masing-masing. Lucia mendapat kelompok delapan. Sama sepertiku, dia juga agak kebingungan dengan teman satu timnya.

"Oke," kata Pak Ares, "semua sudah dapat timnya, ya? Kalau begitu silakan sambut kapten kalian. Guys, please come in!"

'Krieeettt…' pintu aula terbuka dan masuklah mereka, anak kelas dua SMA, 'Angkatan Satu'. Sebelas individu terkuat di sekolah ini katanya. Tapi, yang lucunya, mereka bisa terlihat garang dan konyol dalam waktu yang bersamaan. Yah, aku sih nggak akan mau coba-coba lawan mereka. Ditawari seratus juta rupiah pun juga ogah.

"Para kapten, silakan berdiri di depan kelompok kalian!" perintah Pak Ares.

Mereka semua sontak berjalan ke depan barisan yang kami bentuk. Walaupun, ada juga yang kebingungan. Tetapi, akhirnya semua barisan telah berdiri seorang diantara mereka. Kecuali satu barisan, yaitu barisan yang ada di tengah. Barisanku. Depan kami masih belum ada siapapun yang akan menjadi 'kapten'.

'Nih orang baru juga pertama kali, udah telat aja.Gimana nanti?' pikirku.

"Lho, ini masih ada barisan yang kosong?" tanya Pak Ares.

"Pasti si bodoh itu, ya. Dia keseringan banget telat," kata Kak Toni.

"Tadi, sih, katanya dia mau ke toilet," kata senior berambut spiky yang belum aku tahu siapa namanya.

"TUNGGU, TUNGGU, TUNGGU!!!" sebuah teriakan datang bersamaan dengan datangnya seseorang ke dalam aula.

Dia terengah-engah, kemudian berjalan ke barisan yang masih kosong. Rambut merah tua, spiky, mata hitam, badan tinggi, semua itu baru kusadari ketika melihatnya dengan jelas. Ternyata dia yang menjadi kaptenku, Kak Sifari. Dia ber-tos-an dengan laki-laki yang paling depan di barisanku.

"Yo! Maaf telat, ya!" katanya.

"Hmmm… sudah kuduga memang kamu yang bakal jadi kapten kami. Dan sepertinya, kebiasaanmu belum hilang ya," kata laki-laki yang bertos-an dengannya.

"Baik," kata Pak Ares, "untuk penjelasan lebih lanjutnya tentang hal ini akan dijelaskan oleh masing-masing kapten. Silakan kalian berkumpul dimana saja, terserah. Apakah di sini atau di luar, it's okay. Cari tempat yang menurut kalian nyaman. Yak, silakan kalian bubar."

Barisan pun terpecah. Masing-masing kelompok mencari tempat yang enak untuk berkumpul. Ada yang di aula ini. Ada pula yang mencari tempat di luar.

"Hmmm… kita ngobrol di kantin, ya?" kata Kak Sifari mengajak.

Kami semua mengangguk dan mengikuti dia berjalan menuju kantin.

To be continued...

Yak, terima kasih bagi semua yang telah membaca chapter kali ini! Mohon maaf agak telat dari yang awal direncanakan. Karena penulis sedang sibuk di kehidupan nyata (baca: ujian). Jadi ch. 2-nya baru part 1 dulu. Sekali lagi, terima kasih! Jangan lupa berikan rating dan tinggalkan komen, kalau kamu suka. Part 2 Insya Allah sabtu depan.

Faris_Ranadicreators' thoughts