webnovel

bab 1. Rahasia di Balik Buku Diary

The Rose Revenge ( Pembalasan Sang Mawar )

Sudah kurang lebih 12 tahun lamanya aku tidak kembali ke rumah. Semenjak kuliah dan sibuk mencari kerja di perantauan Jakarta. Dan aku meluangkan waktu untuk mengambil cuti tahunan untuk bisa pulang ke rumah sambil bernostalgia bersama orangtuaku yang selama ini hanya aku bisa liat mereka lewat aplikasi dari video call. Kini rinduku menggebu ingin sekali bertemu dengan ayah dan ibuku yang kini hanya di rumah tanpa bekerja lagi. Hanya beraktivitas layaknya orangtua lain memasak, mencuci baju,mencuci piring,menyapu halaman, bercocok tanam. Aku pulang kampung ke Ciamis,Jawa barat. Dimana ibuku lahir disana,kecil dan di rawat oleh orangtuanya yang mendapatkan penghasilan dengan berdagang sayuran,bebek dan ayam di pasar. Sedangkan ayahku sudah pensiun dari menjadi satpam di kantor cabang bank terkenal di Jakarta. Beliau memang berencana bila pensiun mau usaha dan bercocok tanam di kampung halaman ibuku. Aku pulang kampung membawa mobil sienta red series hasil jerih payahku nabung dari bekerja di kantor bank terkemuka di Jakarta.Kurang lebih selama 4 jam aku tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Ciamis dengan sopir pribadi ku. Yang selalu menemaniku sepanjang waktu. Dan asisten setia yang selalu menjadwalkan kegiatan aku sehari-hari. Kini aku tak bekerja di kantor bank lagi. Melainkan membuka usah butik gamis dan hijab dewasa serta anak-anak lengkap juga dengan setelan baju Koko dewasa dan anak-anak. Sesampainya di Ciamis,aku telah di tunggu kedatangan nya oleh kedua orangtuaku dan sanak saudara. Mereka sangat antusias atas kehadiran ku.

" Akhirnya datang juga" ujar ayahku memeluk ku dengan erat.

" Iya aku pulang pak,Bu. Maaf sudah sekian lama baru sempat berkunjung kesini" ujarku sambil menangis.

" Yowes Ndak apa-apa nduk. Yang penting kamu disana sehat. " ujar ibuku bergantian memeluk.

Mereka pun mempersilahkan aku masuk ke rumah. Dan kamipun duduk di kursi bangku yang baru aku belikan. Serta rumah yang telah aku renovasi dari hasil rejeki bekerja juga usaha kemudian di tabung untuk renovasi rumah orangtua yang sudah sangat memprihatinkan.Kami bercengkrama sambil menonton tv untuk melepaskan kerinduan selama ini. Hampir kurang lebih 12 tahun aku tak pulang kampung bukan karena tak punya uang untuk mudik. Melainkan aku ingin kembali disaat kehidupan ekonomi aku sudah membaik. Dan Alhamdulillah keinginan dan doaku terkabul kan oleh Allah. Dengan hasil jerih payahnya aku bekerja sambil kuliah agar orangtua fokus cari duit buat biaya hidupnya di kampung tanpa mengkhawatirkan keadaan aku yang berkuliah sambil kerja.

Setelah sekian lama bercengkrama. Akhirnya kami masuk kamar tidur masing-masing untuk beristirahat. Sedangkan aku tak bisa tidur karena masih merasa asing dengan kamarku sendiri. Yang dahulu pintu kamar hanya gordyn saja. Kini kamar tidur ku punya pintunya. Dan aku melihat sekeliling kamar banyak foto yang terpajang jelas dari aku baru lahir hingga aku lulus SMA sebelum aku melanjutkan kuliah dan merantau di Jakarta. Saat aku sedang melihat album foto kenangan masa laluku. Tanpa di sengaja aku menemukan buku diary yang pernah aku tulis dahulu semenjak ABG. Yang kini aku lupa pernah curhat tentang apa. Maupun bercerita tentang apa. Yang pasti masa sekolah,masa remaja dan masa sewa akan terasa berbeda banget buat hidupku. Semakin aku penasaran dengan buku diary ku. Akhirnya ku baca juga semua isinya. Betapa sangat terkejut aku saat membaca nya. Seolah masa lalu adalah sejarah yang tak bisa di ubah dan tak bisa di rencanakan setiap kejadian nya.

🌺🌹Minggu pertama di bulan Juni tahun 2000🌺🌹

Aku bingung mau bercerita dari mana tentang apa yang telah aku alami. Karena selama ini aku tak pernah berani bercerita kepada kedua orangtuaku. Karena aku takut hanya akan menjadi beban mereka saja. Makanya aku hanya bisa bercerita di buku diary yang kini aku anggap sebagai sahabat setiaku. Yang selalu mendengarkan curhat ku yang sedih maupun yang senang. Dulu aku selalu berharap bisa mempunyai banyak teman. Karena banyak teman. Banyak orang yang bisa sepaham dan mengerti kita. Namun kenyataannya tak seperti itu. Teman dan sahabat semuanya bullshit. Hanya topeng saja yang mereka pakai. Di luar terlihat baik namun pas buka topeng terlihat jelas wajah dan sifat nya seperti setan. Dan aku pun tak bisa menyalahkan mereka. Karena sifat dan sikap seseorang takkan bisa berubah kalo bukan dari diri sendiri. Sifat dan sikap seseorang akan berubah bila telah tiada. Jadi selama masih hidup jangan berharap seperti apa yang di harapkan. Aku cantik. Banyak para siswa yang berkata seperti itu. Namun kenyataannya aku selalu di bully selama kurang lebih 12 tahun. Namun aku selalu diam dan pasrah karena aku pikir mereka semua akan berubah sikap. tapi kenyataannya tidak sama sekali. Mereka semakin membenci ku. Aku pun bingung. Apa salahku? Sampai mereka bisa sejahat itu kepada ku. Ya Allah tunjukkan kekuasaan mu dan mukjizat mu agar mereka semua bertobat.

🌺🌹 Minggu kedua di bulan Juni tahun 2000🌺🌹

Aku menjadi siswa terbaik di kelasku. Tapi malah semua teman sekelas ku malah membenci aku karena aku pintar. Mereka benci aku yang punya otak cerdas. Serta paaras wajah nan cantik dan menawan. Aku coba terus menerus tak diam dalam pembullyan. Namun ternyata aku kalah menghadapi mereka. Mereka semua kompak dan terlalu banyak untuk mengatasi aku yang tak punya bakingan apapun. Dan akhirnya aku pasrah dan menyerah saat mereka menumpahkan seember air kotor ke atas toilet yang sedang aku masuki. Semua bajuku basah kuyup dan bau. Semua menertawakan aku. Aku malu. sungguh malu. Tak ada yang membantuku. Apalagi untuk coba membuat aku tegar. semua diam. Semua bungkam saat aku meminta bantuan mereka. Terlebih juga semua guru hanya diam seribu bahasa bila sesuatu yang buruk menimpaku. Mereka hanya seolah-olah tak mau tahu dan pura-pura tidak tahu. Karena mereka semua yang merundungku punya power besar dalam sekolah. Jadi mereka takkan pernah di hukum oleh semua guru. Karena apalagi semua guru menghukum mereka. Semua guru pasti akan di pecat dari mengajar di sekolah. Dan aku setiap hari selalu takut untuk sekolah. Sering menangis dan terlebih lagi makin takut keluar rumah bila tak ada hal yang penting. Aku ingin bercerita kepada orangtuaku tapi mulut ku kelu dan lidahku seakan tak mampu berucap sepatah katapun. Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar berikan karma yang setimpal bagi mereka yang telah merundung ku sampai aku rasanya hidup segan mati tak mau.

Next chapter