webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Action
Not enough ratings
76 Chs

Part 72

Behind every successful Coder there an even more successful De-coder to understand that code. It's actually a smarter crime because imagine if you rob a bank, or you're dealing drugs. If you get caught you're going to spend a lot of time in custody. But with hacking, it's much easier to commit the crime and the risk of punishment is slim to none. ~ Robert

Saat aku masih kecil aku menemukan surat tersembunyi di rumah keluarga Davidson yang ayah tulis untukku sebelum dia pergi, salah satu diantaranya adalah aku diminta untuk selalu berbuat baik, menyayangi semua makhluk, menghindari konflik, bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi segala sesuatu. Meskipun tidak semua hal di dunia ini berjalan dengan apa yang kita mau, sebagai manusia, mudah sekali bagi kita untuk terbawa emosi. Apapun yang terjadi aku selalu berusaha berfikir jernih dan tidak gegabah. Tapi makin lama, rasanya sesak, dan sulit untuk menahan semuanya karena entah kenapa semua orang membenciku hanya karena kesalahan yang tidak kuperbuat. Sejujurnya aku lelah.

Semua orang tahu kalau Laura itu menyebalkan! Dia sudah punya Richard tapi masih saja dekat-dekat dengan Draco. Dasar gadis jalang! Kata Rebecca

Dasar gadis sombong, sok keras, jahat, rendahan! Tidak ada yang mau berteman denganmu sekarang dan tidak yang akan percaya padamu Laura! Kata Cassie

Dia bukan orang yang jahat! Aku kenal Laura sangat dalam. Dia baik dan penuh kasih sayang, dia sama sekali bukan orang yang jahat. Aku percaya padanya! Bilang saja kau iri karena hanya Draco dekat dengan Laura, Cas. Kata Ashline

Dia bukan sombong, dia hanya kesulitan terbuka. Tapi dia berusaha, jika kalian mau memperhatikan kalian berdua pasti mengerti. Kata Madeline

Siapa bilang dia tidak punya teman? Dia punya Draco Kingstone dan kami teman-temannya. Walaupun kami hanya partner rekan kerja, tapi kami juga adalah teman sekaligus keluarga barunya. Kata Carolyn

Hentikan omong kosong kalian, mau sampai kapan kalian membicarakan hal tidak benar mengenai Laura, dan terus-terusan membuat rumor jelek tentangnya, hanya karena latar belakang ayah dan ibunya? Hanya karena latar belakang kelaurganya yang keras? Hanya karena dia diusir dari keluarga Davidson? Seharusnya kalian bangga punya teman seperti Laura karena dia adalah gadis yang kuat, dia sudah bertahan sampai sejauh ini. Dan Laura bukan sok keras, dia memang pandai berkelahi, dan jarang melibatkan dirinya dalam masalah. Aku terkesan dengan kemampuannya. Mau sampai kapan kalian berdua membuat drama tidak penting, kalian adalah gangster, hal sepeleh saja dipermasalahkan, pantas saja kau selalu terlibat dalam masalah Cassie. Kata Ivy

Aku tidak tahu terlalu banyak soal Cassie, selain dia adalah anggota termuda kami, pintar, disiplin, dan bisa diandalkan. Awalnya dia ramah dan baik kepada semua orang, dia selalu dikelilingi teman-temannya dan kelihatan bahagia. Aku ttidak menyangka Cassie selama ini membenciku. Kalau kebaikannya selama ini adalah pura-pura. Kalau dibalik senyumannya, dia menyebarkan kata-kata yang tidak baik tentangku. Tuduhan, asumsi, makian, bahkan membuat sahabatku Rebecca membenciku sampai melakukan hal-hal yang buruk. Tentu saja aku sangat marah. Aku merasa tertipu. Batin Laura yang berada di antara kerumunan penonton di konser music yang sedang berlangsung.

Seseorang sudah menusukku dari belakang berkali-kali. Tapi aku sudah berusaha cukup sabar untuk tidak menjatuhkannya dari atas gedung. Kenapa harus Draco yang dia ambil dariku? Belum puas merebut sahabatku Rebecca dan membuat anggota gangster lain membenciku dulu. Sekarang Draco pun diambil. Setidaknya aku masih punya Ashline, meskipun dia tidak sering bersamaku seperti dulu karena dia sibuk berkencan dengan Kenneth Changretta. Dan setidaknya, anggota-anggota lain tidak membenciku dan tak mempercayai rumor dari Cassie, bahkan Ivy membelaku. Jadi, kurasa itu sudah cukup, kan? Aku memang sudah bersabar dan memaafkan Cassie berkali-kali tapi kali ini aku tidak akan pernah meamaafkannya. Belum puaskah dia melihatku menderita? Ditambah lagi aku masih sangat marah pada Draco. Memangnya dia menganggap aku ini apa? Peduli setanlah, sehabis selesai konser aku akan minum-minum di bar sepuasku!

"Kau tahu? Sedikit sampanye mungkin cukup untuk hari libur kita, Steven." Kata Sebastian sambil merangkul Steven.

"Sedikit? Atau kau akan membuatku berpesta seperti tahun 1999?" Balas Steven sambil merangkul Sebastian.

"Baiklah, bagaimana dengan konser musik di kota new York ini? Konser music itu sudah berada di depan kita dan tak jauh dari kita, aku sudah mendengar sorakan orang-orang dari kejauhan." Tawar Sebastian

"Boleh juga." Ucap Steven

"Ladies and gentlemen Draco Kingstone!"

"Wow, apa aku tak salah dengar? Draco beralih profesi, huh?" Tanya Steven berlari mempercepat langkahnya menuju konser itu.

"Kau tidak salah dengar. Kurasa itu memang Draco. Apa yang dia lakukan diatas sana? Bukannya, dia tidak suka tampil di depan public?" Tanya Sebastian sambil ikut berlari mengikuti Steve.

"Lagu berikutnya adalah lagu untuk orang yang spesial dan kalian semua pasti sudah tahu lagu ini." Kata Draco

"Dia akan menyanyi untuk pacarnya!" Kata Sebastian sambil menyenggol lengan Steven.

"Kurasa gadis itu benar-benar spesial sampai Draco mau melakukan hal ini untuk mendapatkannya kembali." Balas Steven sambil tersenyum.

"Ini untuk seorang gadis yang bilang padaku dia tak membutuhkanku lagi. Dia mengira aku juga tidak membutuhkannya. Dan aku ingin bilang dia salah kita butuh sama lain. Dia tak pernah tahu perasaanku sebenarnya. Gadis itu adalah Laura David Boston." Kata Draco sambil menunjuk ke arah Laura yang membuat Laura membulatkan matanya. Teriakan dan sorakan para penonton, tak kecuali dari kedua pamannya tersebut semakin keras yang membuat Draco menundukkan kepalanya karena tertawa malu.

"Laura David Boston berubah menjadi sangat cantik, Steven! Kau tak mau mendapatkannya juga?" Canda Sebastian pada saudaranya itu.

"Dasar gila, usiaku jauh lebih tua dari gadis itu." Balas Steven sambil berjalan menghampiri Laura disertai dengan Sebastian yang berjalan mengikutinya.

"Seseorang tolong tahan dia agar dia tidak kabur." Kata Draco sambil tersenyum. Tepat pada saat itu juga, Laura tidak mempunyai jalan untuk pergi karena dilingkari oleh orang-orang ditambah lagi sorot cahaya lampu mengarah ke sana.

"Tunggulah disini dan beri dia kesempatan. Jangan pikirkan ada car untuk kabur darisini." Kata Steven yang tiba-tiba berada di belakang Laura yang lantas membuat Laura terkejut.

"Yah, saudaraku benar. Meski aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian, tapi jika Draco rela melakukan ini. Itu artinya dia memiliki perasaan khusus kepadamu." Tambah Sebastian yang kini tiba-tiba sudah berada di sebelah Laura.

Ini adalah pertama kalinya aku bernyanyi di depan orang sebanyak ini, terakhir kali aku menyayi adalah di depan para mafia, pembunuh byaran, teroris, dan criminal lainnya saat 5 tahun lalu! Ditambah lagi apa yang dilakukan oleh paman Steve dan Sebastian disini?! Aku kan jadi tambah malu! Baiklah sialan! Sekarang atau tidak selamanya! Batin Draco yang terkejut ketika melihat kemunculan kedua pamannya.

Setelah itu, Ia memejamkan matanya dan Draco mulai menakan tuts pianonya dan mulai bernyanyi di microfon yang berada di depannya.

Dance with me under the diamonds

See me like breath in the cold

Sleep with me here in the silence

Come kiss me, silver and gold

Laura langsung memutar bola matanya sebal dan melipat kedua tangannya sambil menatap Draco bermain.

You say that I won't lose you

But you can't predict the future

So just hold on like you will never let go

Yeah, if you ever move on without me

I need to make sure you know...

Raut kesal Laura sedikit demi sedikit menghilang.

That you are the only one I'll ever love

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

Lookin' back on my life, you're the only good I've ever done

(Ever done)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

(Anyone) Not anyone

Raut kesal Laura kini menghilang digantikan dengan kedua alisnya yang sedikit mengerut.

Forever's not enough time to (No)

Love you the way that I want (Love you the way that I want)

'Cause every morning I find you (No)

I fear the day that I don't

Kini terdapat senyuman kecil di bibir merah gadis berambut cokelat itu.

You say that I won't lose you

But you can't predict the future

'Cause certain things are out of our control

Yeah, if you ever move on without me

I need to make sure you know

Laura langsung tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

That you are the only one I'll ever love (Only one)

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

Lookin' back on my life, you're the only good I've ever done

(I've ever done)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

It's not anyone, not anyone

Di kedua mata cokelat Laura terdapat sedikit penyesalan atas tindakannya yang langsung mengambil keputusan singkat tanpa memikirkan perasaan Draco selama ini.

Oh, oh, oh, oh

If it's not you, it's not anyone

Oh, oh, oh yeah, woah

Laura benar-benar menyadari sesuatu di tengah-tengah mereka. Laura tersenyum dengan penuh perasaan kepada Draco.

Yeah, you are the only one I'll ever love

(I gotta tell ya, gotta tell ya, yeah)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

(I gotta tell ya, gotta tell ya)

Lookin' back on my life, you're the only good I've ever done (Ever done, oh, yeah)

Yeah, you, if it's not you, it's not anyone

Semua yang dia lakukan dan kesalahpahaman yang terjadi adalah untuk dirinya.

Tepukan dan suara penonton makin lantang, tak terkucuali dari dua pamannya yang menyoraki keponakannya itu. Draco segera bangkit dari bangku pianonya ketika para penonton mengangkat Laura naik ke panggung.

"Kamu bisa saja menyiksanya untuk membuatnya mengatakan yang sesungguhnya." Kata Laura sambil menatap Draco

"Aku tahu." Jawab Draco dengan tatapan menyesal di balik kedua mata hijaunya.

"Kenapa tidak kau lakukan?" Tanya Laura

"Karena aku ingin jadi orang yang lebih baik, tidak kasar atau kejam lagi untukmu. Ditambah lagi, semakin lama perlakukan kasarku kepada orang-orang... sikapku mengingatkanku kepada orang-orang yang aku benci. Sikapku kasarku persis ibuku dan keluarga Krystall yang lainnya. Dan aku tidak mau menjadi seperti mereka." Kata Draco

"Kau tak perlu melakukan semua itu. Karena aku menerimamu apa adanya, Draco. Dan kau sangat jauh berbeda dari mereka." Kata Laura sambil memegang dagu Draco dan menempelkan bibirnya ke bibir Draco.

Sebastian dan Steve yang melihat hal tersebut dari arah kerumuman langsung tersenyum ikut bahagia melihat Draco.

***

Luke yang bosan sedang mencoba memainkan beberapa lagu di sebuah piano yang berada di ruang tamu hotel tersebut. Robert masih sibuk di kamarnya mengurus pekerjaannya. Sedangkan Vincent yang baru keluar dari kamarnya, berjalan melewati mereka, membuka kulkas, dan mengambil sebotol bir disana sambil membaca sebuah buku. Tiba-tiba Cassie yang mabuk mendekati Luke dari belakang dan memeluknya yang lantas membuat Luke terkejut, begitu juga dengan Vincent yang sampai tersedak birnya dan terbatuk-batuk.

"Ada apa?" Tanya Luke

Cassie langsung membelai leher Luke yang membuat Vincent tercengang atas kelakuan Cassie. Luke melirik Vincent sekilas dengan tatapan mau menangis untuk meminta bantuan Vincent, tapi Vincent hanya diam saja. Jadi, Luke berusaha untuk menghadapi gadis pirang itu.

"Aku tahu kita tidak dekat, tapi mungkin setelah ini kita bisa dekat sekarang." Bisik Cassie di telinga Luke.

"Hahahahaha ada-ada saja..." Luke tertawa canggung sambil mengangkat Cassie dan mendudukkannya di bagian body piano.

"Kau adalah orang yang keren dan luar biasa. Aku sangat mengagumi wajah tampanmu itu."

Luke hanya mengangguk canggung sambil sibuk melanjutkan permainan pianonya. Cassie langsung mengelus-elus dada Luke naik turun yang langsung membuat Luke berhenti memainkan pianonya.

Robert yang baru keluar kamarnya terkejut dengan pemandangan yang berada di sudut ruang tamu itu, dan memandang Vincent dengan tatapan Hei! Bantu Luke! Kasihan dia sudah menderita sekali disana!

Luke tidak bisa bersikap kasar pada wanita kecuali musuh-musuhnya sendiri. Luke memang terkadang bisa terlalu menghargai pada wanita sampai tidak tahu caranya mengusir jalang, biasanya jika dia diperlakukan seperti ini dia pasti kabur. Aku bertaruh kakinya pasti gatal ingin berlari kabur. Well, anggap saja ini adalah pembalasan dendam secara tidak langsung, Luke. Batin Vincent sambil menahan tawa dan meminum sebotol birnya.

Meskipun aku risih melihatnya, tapi aku ingin membalas dendam juga pada Luke atas perbuatan menyebalkannya selama ini. Batin Robert sambil tersenyum tipis dan menyibukkan dirinya kepada layar hologramnya.

Dasar sahabat laknat. Batin Luke sambil melirik ke arah Vincent sekilas.

"Aku tidak tahu, kalau kamu memiliki mata biru yang indah." Kata Cassie sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Luke sambil mengelus-elus pahanya yang membuat mata Luke membelalak. Tiba-tiba notifikasi di ponsel Cassie membuat Cassie menjauhkan dirinya dari Luke dan menjadi sibuk di ponselnya.

Terimakasih Tuhan! Batin Luke sambil mengelus dadanya karena Cassie sudah tidak menggodanya lagi. Gadis pirang itu mulai meneteskan air matanya ketika dia membuka layar ponselnya. Setelah beberapa menit menangis. Cassie mengusap air matanya dan mulai membuka mulutnya.

"Pasti kau bingung kenapa aku tiba-tiba menangis,ya?"

"Tidak juga."

Sebenarnya aku tidak peduli. Yang kupedulikan sekarang adalah agar kau cepat pergi darisini. Batin Luke sambil menelan salivanya.

"Setelah berita yang tersebar membuatku terihat seperti buronan. Orang-orang yang dulunya baik, mulai memperlakukanku dengan buruk. Hubungan kita memang tidak baik, tetapi walaupun demikian aku terharu." Kata Cassie dengan nada memelas yang hanya ditanggapi anggukan canggung yang tidak nyaman dari Luke.

"Bisakah kau mengajariku bermain piano?" Tanya Cassie dengan nada menggoda sambil duduk di samping Luke.

"Ehhmm... aku tidak tahu bagaimana cara mengajarimu, tapi aku akan memainkan lagu yang mudah, lalu kau mengikutiku, tinggal menekan tuts-tutsnya saja." Kata Luke sambil mulai bermain. Tapi tangan Cassie mulai sengaja berkeliaran menyentuh jari-jari Luke.

Oh fuck! Punya dosa apalagi aku sekarang hingga mengalami bencana seperti ini. Lakukan sesuatu, Vince! Batin Luke

Tanpa aba-aba Cassie langsung maju dan mencium pipi Luke dengan cepat dan seketika itu pikiran Luke dan Vincent langsung blank. Luke langsung menatap Vincent sambil membulatkan matanya seakan-akan berbicara tolong aku, Vincent! Dan langsung dibalas oleh Vincent dengan mengangkat kedua tangannya tidak tahu apa yang harus dia perbuat.

Setelah itu, Cassie memegang dagu Luke, dan mau menempelkan bibirnya di bibir Luke. Seketika itu, Vincent langsung berlari ke arah mereka, lalu menarik tubuh Cassie menjauh dari Luke dan menggeret gadis itu pergi. Tepat pada saat itu juga terbentuklah ekspresi Luke menjadi makin pucat serta ingin menangis dan membunuh dirinya sendiri, lalu Ia membenturkan kepalanya pada tuts-tus piano berkali-kali.

"Lepaskan aku pak tua! Aku tidak mau diperkosa olehmu!" Kata Cassie sambil menampar pipi Vincent dan duduk di meja makan sambil memainkan ponselnya.

"What The Fuck?!" Kata Vincent sambil mengerutkan dahinya.

"Jangan berfikir yang macam-macam, aku hanya berusaha menjauhkanmu dari sahabatku. Dasar gadis aneh." Kata Vincent sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, pintu kamar hotel terbuka, dan tampaklah Draco serta Laura yang saling melempar pandang serta tersenyum satu sama lain.

"Akhirnya sepasang kekasih burung lovebird telah kembali! Kami menantikan kedatangan kalian." Kata Vincent memecah keheningan disertai dengan anggukan Luke yang berlari menghampiri mereka. Lalu mengguncang-guncangkan tubuh Draco dan Laura.

"Jauhkan aku dari, Cassie. Tadi aku mau diperkosa olehnya." Kata Luke pelan seperti anak kelinci yang menangis sambil mengadu pada ayah dan ibunya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Draco

"Ceritanya panjang, akan kuceritakan jika dia tidak ada disini." Bisik Luke kepada mereka.

"Apa kabar baik yang kau dapat saat di luar, Drac?" Tanya Robert

"Seperti yang kau lihat, aku berhasil mendapatkan Laura. Dan yang kedua aku bertemu dengan kedua pamanku, Steven dan Sebastian, mereka sedang mencoba membersihkan nama Vincent dan Luke. Jadi, tak hanya Hailey yang bekerja keras untuk membersihkan nama mereka berdua."

"Apakah Laura sudah makan?" Tanya Michael yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka.

"Belum, sejak kapan kau disini?" Tanya Laura

"Semenit yang lalu aku baru saja membuka pintu hotel, tapi kalian tak menyadarinya." Jawab Michael

"Bagaimana kau bisa tahu kita ada disini?" Tanya Luke

"Draco yang menyuruhku datang untuk menjaga Laura yang kini terkenal juga karena video-video dari konser itu." Kata Michael sambil pergi ke arah Vincent dan Robert, lalu memulai perbincangan mereka mengenai bisnis senjata.

Draco langsung mengambil makanan dari microwave dan berjalan mendekati Laura.

"Makanlah ini, Laura. Kau pasti belum makan dari tadi. Maaf, hanya itu yang kita punya disini. Kalau kau mau aku bisa pesan makanan." Kata Draco sambil menyodorkan sepiring steak daging serta kentang goreng.

"Tidak perlu, Drac. Aku suka steak daging." Kata Laura sambil melahap makanannya.

"Baiklah, semoga kau suka makananmu." Kata Draco sambil mengecup dahi Laura dan memainkan rambut cokelatnya. Sedangkan Laura hanya peduli dengan makanannya dan hanya tersenyum kepada Draco untuk beberapa saat.

"Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu yang menumpuk. Bukan untuk menggodaku." Kata Laura sambil menyumpalkan kentang goreng ke mulut Draco yang membuat Vincent dan Luke menahan tawanya.

Draco menghela nafas pelan, lalu tersenyum tipis.

"Dari dulu sampai sekarang kau tak berubah. Kau selalu mengingatkanku akan kewajibanku. Baiklah nyonya, akan kuselesaikan PRku dulu." Kata Draco sambil mulai membuka laptopnya.

Melihat Cassie yang menghampiri mereka, Luke langsung berlari ke arah ruang tamu dan duduk di salah satu sofa disana sambil mengeluarkan ponselnya dan mendownload salah satu permainan untuk dimainkannya.

"Draco, bisakah kau nyanyikan lagu untukku?" Tanya Cassie dengan nada manja.

"Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk?" Balas Draco tidak peduli.

"Aku cinta kamu Draco. Aku mau kamu menjadi milikku." Kata Cassie sambil membelai Draco.

Perkataan dan perlakuannya itu hampir membuat Laura tersedak.

Perkataannya yang sok manis itu membuatku diabetes. Batin Vincent sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan begini caranya, dan aku tidak mencintaimu." Balas Draco dengan eskpresi datarnya yang bahkan tak melihat wajah Cassie dan memilih focus kepada pekerjaannya yang mnumpuk di laptopnya.

"Aku akan lakukan apapun supaya bisa tetap berada di sisimu." Kata Cassie sambil memeluk Draco.

"Berhenti menjadi anjing idiot, Cas." Kata Draco sambil melepaskan pelukan Cassie dengan kasar.

"Kenapa kau bersikap dingin padaku?" Tanya Cassie dengan nada polosnya.

"Mudah, karena aku tidak menyukaimu." Kata Draco yang membuat Cassie diam dan

"Daging rusa ini sangat enak." Kata Cassie yang baru saja selesai mencuci piringnya untuk memecah kecanggungan di ruangan hotel itu.

"Kau menyukainya? Berterimakasilah pada Luke yang memburu rusa tersebut." Kata Draco sambil tersenyum hangat kepada Laura dan mengalihkan pandangan sibuk mengurus pekerjaannya lewat laptopnya, ketika Cassie menatap Draco.

"Terimakasih Luke! Aku menyukai daging rusa, kapan-kapan mungkin kau bisa membawakan hasil buruan hewan lain untukku jika kau tak keberatan." Kata Laura sambil menoleh ke arah Luke yang sibuk bermain game di ponselnya.

"Benarkah? Baru kali ini aku bertemu seorang gadis seumurmu yang suka hasil daging buruan. Tapi yang memasak daging tersebut bukan aku, melainkan Vincent." Kata Luke sambil memasukkan ponselnya ke dalam blazernya dan duduk di sebelah Laura.

"For real? Aku tidak menyangka masakan Vincent bisa seenak ini. Jangan tersinggung, Vince. Kukira kau tak bisa memasak." Kata Laura kepada Vincent, Luke langsung berbisik kepada Laura.

"Itu karena dia telah menjadi ibu rumah tangga serta pengasuh dua anak kembar Tom and Jerry." Bisik Luke

"Hei! Aku mendengar itu!" Kata Vincent sambil melemparkan bantal ke arah mereka hingga mengenai kepala Luke.

"Kau mau mencoba permainan game terbaruku yang baru saja kurilis?" Tanya Luke

"Aku tahu, dan aku hampir memainkan seluruh game kerenmu itu, tapi yang menjadi game favoritku diantara semua game yang kau rilis adalah Casino Club, Underworld Street, 11th Soul, Pirates War, Jester's Tricks, Dark Tower, dan yang terbaru The Two Worlds! Bagaimana kau bisa menciptakan game keren dengan tema yang berbeda?" Tanya Laura dengan wajah yang berseri-seri.

"Bisa dikatakan game-game yang kubuat dibaut beradasarkan kehidupanku sehari-hari. Kau tahu aku terkadang mendapatkan inspirasi dari keseharianku. Seperti layaknya Vincent yang membuat film kartun yang terinspirasi dari Alex dan Alice. Kau adalah orang dari dunia gelap pertama yang seserver denganku. Robert tidak akan mau untuk memainkan game terkenal yang kubuat, Vincent terlalu sibuk mengurus Alice dan Alex yang bertengkar tanpa henti. James dan John tidak mungkin akan bermain game buatanku karena mereka terlalu tua untuk itu. Lucas terlalu sibuk dengan dunia Las Vegasnya." Keluh Luke

"Sayang sekali! Bagaimana dengan Draco?" Tanya Laura

"Saat usianya 14 tahun dan masuk ke dalam Nostra Santino dia sepertimu, tapi semakin lama dia semakin sibuk terhadap urusan pribadinya yang bertumpuk-tumpuk itu. Ditambah lagi sekarang dia sibuk dengan pekerjaan perusahaannya yang menumpuk. Jeezz! Dia benar-benar orang yang sibuk. Ngomong-ngomong kau mau bermain WRB yang baru saja kudownload ini? Aku lupa membawa laptopku dan ipadku yang terisi penuh dengan game, karena aku tidak mau kedua alat elektronikku hancur dalam misiku. Aku malas memperbaikinya lagi atau mendownload semua gameku jika alat-alat elektronik yang penuh dengan gameku hancur. Kau tahu seberapa menyebalkannya jika kau sedang asik bermain game di laptopmu atau ipadmu, lalu musuhmu menembaknya?" Kata Luke sambil menyodorkan ponselnya.

"That's sucks, I know that feel bro. Tapi soal game WRB ini, aku lumayan suka game itu." Kata Laura sambil meminjam ponsel Luke dan memainkannya.

"Jesus Christ, aku seperti melihat Luke Bernadeath versi perempuan. Mereka berdua benar-benar gila game seperti bocah." Gumam Robert

"Laura seperti adik perempuan Luke yang sudah lama menghilang, lalu bertemu lagi dan tak berhenti bicara tentang kegemaran mereka yang sama." Canda Vincent

"Kau mahir memainkan game itu. Ngomong-ngomong apakah kau suka berseluncur di salju? Semua anggota Nostra Santino disini lebih menyukai pantai daripada tempat bersalju..." Kata Luke

"Aku suka sekali berseluncur di salju dengan papan ski dan snowboard. Selama dua tahun akhir ini aku selalu pergi ke berbagai negara untuk bermain ski seperti Whistler Blackbomb, Kanada. Niseko, Jepang. Telluride, Aspen Snowmass, Vail Mountain Resor, Colorado. Courchevel, Meribel, Perancis. Zermatt, Swiss. Cortina D' Ampezzo, Italia. Switzerland... Yah, sambil memburu beberapa orang juga." Kata Laura dengan wajah ceria.

"Bung! Tidak jarang kulitmu seperti putri salju! Aku benar-benar iri padamu! Kau menghabiskan dua tahun terakhirmu di tempat-tempat bersalju. Dua tahun terakhirku kuhabiskan di hutan, goa, pegunungan, pantai, gurun, taman nasional, berbagai pulau, danau, sungai, dan di perusahaan. Aku hanya beberapa kali saja ke tempat-tempat bersalju itu karena Nicholas tidak tahan dingin." Kata Luke dengan ekspressi sedih.

"Tapi tempat-tempat di hutan tidak buruk juga. Kau pasti sudah menemukan berbagai air terjun yang indah, dan danau serta sungai jernih. Berendam dan berenang disana sepertinya menyenangkan." Kata Laura

"Bagaima jika nanti kita pergi bersama lalu menjelajahi lautan, alam dan tempat-tempat yang bagus untuk berpetualang. Kita akan menjadi seperti Captain Jacksparrow dan Indiana Jones!" Kata Luke sambil mengguncang-guncangkan tubuh Laura seperti anak kecil yang bersemangat saat diajak pergi ke Disneyland untuk pertama kalinya.

Laura langsung melepas dasi Luke dan memakaikannya di kepala seperti ikat kepala, lalu Ia mengambil topi fedora hitam Luke dan memakaikannya di kepalanya.

"Untuk menjadi Jack Sparrow dan Indiana Jones!" Kata Cassie sambil menyulangkan gelas beernya kepada Luke yang disertai degan wajah berseri.

"Ya Tuhan..." Gumam Robert sambil memijat lainnya melihat tingkah laku mereka berdua.

"Belum puas dengan Draco, kau juga berpindah pada, Luke?" Kata Cassie menghampiri mereka dengan sinis.

"Masih berengsek, Cassie?" Balas Laura

"Yang mana antara Luke Bernadeath dan Michael Kyne?" Kata Cassie

"Aku tidak mengerti maksudmu." Balas Michael

"Luar biasa ada dua orang dalam hidupmu. Apa kau tak bisa menjaga kelakukanmu di masa-masa yang seperti ini?" Tanya Cassie kepada Luara

"Masa-masa seperti ini? Hei! Yang jadi buronan itu kau! Bukan aku! Untuk apa kau mengatur-ngaturku? Kau bukan bosku! Lagipula semua ini berawal dari kesalahanmu! Untuk apa kau menyuntikkan virus itu? Kau bisa saja mengambilnya dan membawanya pergi, oh aku benar-benar lupa kalau kau hanya beban hidup yang menyusahkan orang lain saja!" Kata Laura sambil menaikkan nada suaranya.

Plak!

Cassie langsung menampar Laura.

"Kau benar-benar keterlaluan, Cas!" Bentak Michael sambil membanting kursi kamar hotel di depan Cassie.

"Jadi benar, selama ini kau juga mencintai si jalang itu." Kata Cassie

"Tutup mulutmu!" Kata Michael sambil manaikkan suaranya.

"Kenapa? Takut berita benar ini tersebar?" Tanya Cassie sambil melipat kedua tangan dengan angkuhnya.

"Aku tidak mencintainya. Dia adalah sahabatku." Kata Michael dengan ekspresi dinginnya.

"Aku akan menghancurkan hidup jalang itu."

"Hei! Apa kau butuh cermin? Kau sudah terlihat seperti salah satunya." Kata Michael

"Kenapa semua orang jatuh cinta pada jalang itu. Tinggalkan saja dia, Mike! Kenapa kau mau berada disisi jalang itu?" Kata Cssie

"Aku tidak akan meninggalkan sahabatku, karena persahabatan lebih berharga daripada perasaan konyol." Jawab Michael

"Dasar egois."

"Bocah ini benar-benar butuh kaca." Gumam Vincent

"Kau yang egois, hanya karena kau merasa dirimu spesial kau bisa melakukan apapun yang kamu mau. Felix Crawford, kakak sepupumu bahkan risih dengan tingkah lakumu yang menjijikkan. Kau dengan sombongnya menggunakan semua anak yang lemah. Kau pikir aku tidak tahu bahwa keluargamu gemar sekali korupsi dan menjual dirinya. Kau tahu tidak bahwa keluarga Felix risih dengan keluargamu? Keluarga Alexxandra selalu berhutang banyak pada keluarga Crawford. Dasar keluarga rendahan. Apalagi ibumu yang jalang itu, bisa-bisanya kau berfikir dirimu spesial." Kata Michael

"Jaga ucapanmu, Mike!" Bentak Cassie

"Memangnya kamu siapaku? Kau selalu mengira uang adalah segalanya, karena itu kau menyukai Draco karena dia adalah penghasil permata." Kata Michael

"Uang bisa membeli segalanya." Ucap Cassie

"Aku kasihan denganmu. Aku bertaruh kau tak memiliki teman yang tulus mendapingimu. Sebagian dbesar dari mereka mendekatimu karena uang. Sedangkan mereka yang tulus menjadi risih dan tidak suka karena kau memperlakukan mereka seperti sampah atau kelakuanmu yang bikin muak. Sadarlah Cas! Kau tak akan memiliki siapa pun disampingmu! Aku salut dengan Laura yang selalu mencoba menahan diri terhadap sikapmu kepadanya selama bertahun-tahun. Kalau aku jadi dia, aku sudah membunuhmu." Bentak Michael

"Aku tidak peduli segala cara yang kupakai, asalkan aku memikiki segalanya!" Bentak Cassie

"Gadis gila."

"Sudahlah aku akan pergi darisini!" Kata Cassie sambil mengemas barang-barangnya.

"Apa-apaan bocah ini? Cari mati lagi, ya? Baru saja diselamatkan, malah cari mati lagi." Gumam Vincent

"Cassie, kamu tidak boleh pergi!" Kata Laura

"Kenapa? Supaya aku bisa melihatmu berduaan dengan Draco? Belum puas dengannya kau mau dengan Michael dan Luke?"

"Apa-apaan ucapanmu itu?" Balas Laura

"What The Fuck? Kenapa jadi bawa-bawa aku lagi?" Kata Luke sambil mengerutkan kedua alisnya. Robert mau mengatakan sesuatu tapi dia mengunci mulutnya dan mengelus-elus dadanya untuk tidak ikut campur dan mengalihkan padangannya pada suatu project di hologramnya.

"Untuk apa kau datang kesini untuk memperkeruh keadaan?!" Balas Vincent

Draco yang daritadi mencoba untuk tidak peduli sudah kehabisan kesabarannya.

"Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Laura sampai berbuat kesini, membuat drama, lalu menjadi seperti ini! Tapi kau tak bisa melibatkan teman-temanku dalam masalahmu, mereka sudah kerepotan sejak masalah supervirus yang kau suntikkan ke tubuhmu!!" Bentak Draco kesal.

Kenapa Laura selalu saja ada yang membela, saat bergabung dengan The Black Cobra pun, dia juga banyak yang membela. Sedangkan aku, walaupun benar selalu saja disalahkan. Tidak adil!

"Kenapa kau membentakku?"

"Karena kau merepotkan orang dan membuat orang lain kena imbasnya." Kata Luke

"Apa semua itu masih kurang?! Aku sudah kesini tapi kamu malah mesra-mesra dengan Laura. Kenapa harus Laura? Dia kan sudah punya banyak laki-laki disekitarnya! Richard dulu menyukainya! Michael menyukainya! Kamu juga menyukainya! Sebentar lagi Luke... Memangnya dia mau melakukan apa?! Koleksi?!" Bentak Cassie yang nyaris tak bisa bernafas karena sesak di dadanya. Desakan perasaan membuatnya sesak dan tak bisa menahannya lagi.

"Sialan! Berapa lama sih orang-orang mengira aku pedofil, hanya karena wajahku terlihat muda? Inilah alasan aku ingin kelihatan lebih tua." Kata Luke pelan kepada Robert yang daritadi menahan emosinya dan sudah gemas untuk meluapkan amarahnya.

"Kau masih saja berengsek Cassie?! Kupikir kamu berkoban untuk Draco karena menyukainya, ternyata bukan, ya?! Kamu berkorban suapaya Draco balas budi kepadamu?! Memangnya Draco memintamu melakukan semua itu?!" Bentak Laura

"Bagus! Hajar dia Indiana Jones!" Gumam Luke

"Lihatlah wanita rendahan berbicara. Hidupmu selalu saja dikelilingi oleh laki-laki. Apa mereka buta bahwa keluarga Davidson membuangmu dan mengusirmu. Karena ayah dan ibumu memilikimu saat usia mereka 16 tahun. Laura yang malang hidup tanpa ayah, hidup tanpa ibu dan selalu disalahkan keluarganya karena lahir. Seharusnya kau tidak pernah dilahirkan. Seharusnya kau bunuh diri saja saat itu."

"Tante girang sudah bicara omong kosong. Untuk apa kau mengingatkanku akan posisiku? Semua yang ada disini sudh tahu latar belakangku, untuk apa kau ungkit-ungkit kembali? Supaya mereka menjauhiku, benar begitu? Maaf, tapi asal kau tahu saja mereka tidak peduli. Mereka tidak melihat seseorang dari latar belakang keluarga. Dan tak ada yang bisa membuatku takut sekarang. Memangnya kau siapa menyuruhku untuk mati? Mau mati atau tidak itu pilihanku bukan pilihanmu. Memangnya mau sampai kapan aku tidak boleh berteman dengan laki-laki? Ini adalah jaman modern bukan jaman purba, Cas. Temanan yang penting cocok dan nyaman tidak peduli gendernya apa. Lagipula berteman dengan anak laki-laki lebih menyenangkan daripada harus berteman dengan ratu bully sepertimu." Kata Laura

"Seharusnya kau menjual dirimu kepada orang yang lebih rendah, Laura."

"Jangan menjelek-jelekkan Laura seperti itu! Luke tidak salah! Michael juga tidak salah! Tidak ada yang salah disini! Kamu saja yang gila!" Bentak Draco sambil menghembuskan nafas kasarnya.

"Aku kira ada sesuatu diantara kita, sejak kau menyelamatkanku dulu?" Tanya Cassie dengan suara bergetar dan mengalirkan air matanya yang membuat Draco langsung menijat keningnya dan mengambil nafas dalam-dalam untuk bersabar.

"Aku hanya bersikap baik padamu, jika kau tidak mau maka aku akan berhenti." Kata Draco yang kini sudah memadamkan emosinya.

"Tidak! Tetaplah bersikap baik padaku." Kata Cassie

"Soal menciummu... aku melakukan itu untuk mendapatkan informasi darimu dengan cara yang mudah." Kata Draco

"Apa? Kupikir kau melihat sesuatu yang ada dalam diriku?" Raut Cassie mulai kecewa dan air matanya mulai keluar membuat Draco kehabisan kata-kata. Draco langsung menghela nafas berusaha untuk lebih sabar. Kemudian, Ia membuka mulutnya.

"Menurutku kau menarik, cantik, dan mengagumkan hanya saja-

"Menurutmu aku cantik menarik dan mengagumkan?" Tanya Cassie

"Ya Tuhan, dia ini bodoh atau pura-pura bodoh, sih?" Kata Laura pelan kepada Luke yang dibalas dengan Luke yang mengisyaratkan Cassie sinting dengan tangannya. Sedangkan Draco menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. Robert yang geram sudah tidak tahan lagi.

"Bilang saja kau tertarik padaku, tapi kau tak bisa mengatakannya Draco." Kata Cassie

Robert segera bangkit berdiri dari kursinya.

Bruak!

Ia menggebrak meja di depannya sampai patah menjadi dua.

"Demi Tuhan! Dengar, ya! Intinya Draco tidak tertarik padamu! Dia daridulu hanya cinta pada Laura! Hanya karena dia menciummu bukan berarti Draco tertarik atau jatuh cinta padamu! Kau tak ada bedanya dengan jalang... maksudku gadis-gadis yang sudah dia tiduri selama ini. Dia hanya memanfaatkanmu! Sadarkanlah dirimu! Jika, mungkin dia tidur denganmu. Dia hanya membuatmu sebagai pelampiasannya, sama seperti gadis-gadis yang lain. Dan Luke memang tertarik pada Laura, tapi dia tertarik pada Laura hanya untuk menjadikannya teman karena dia adalah anak yang keren! Luke tidak akan pernah berniat menjadikan Laura sebagai pacar! Memang dia tidak terlihat seperti pria berusia 33 tahun, dia memang terlihat lebih muda, tapi dia bukan pedofile! Apakah dia terlihat seperti pedofile?!" Bentak Robert

"Dan kalau Michael memang mencintai Laura, itu bukan urusanmu! Terserah Michael mau cinta kepada Laura atau tidak! Memangnya kau siapa mengatur-ngatur dia akan cinta kepada siapa?! Lucu sekali, kau bilang Laura adalah jalang, hanya karena dia berteman dengan anak laki-laki lain, dan kau mempersalahkannya dan mengatainya jalang? Dia bahkan tak menggoda mereka, sialan! Kaulah yang harusnya butuh cermin, daritadi tingkah lakumu seakan-akan mau memperkosa Luke!" Kata Robert

Air mata Cassie makin mengalir deras dan Ia langsung pergi ke kamarnya serta mengunci diri.

"Robert! Kenapa kau kejam sekali?" Tanya Vincent sambil menahan tawanya.

"Aku sudah mengatakannya dengan baik-baik! Biasanya aku akan berkata kasar padanya tapi aku sudah menahannya. Kurang baik apalagi aku?" Balas Robert

"Tapi kau menyebutnya jalang dan sialan sekali, walaupun kau sudah menahannya... kata kata itu tetap keluar." Kata Vincent sambil tertawa.

Draco pun mengambil ponselnya dan menelfon sahabat yang Ia kenal sejak kecil itu.

"Felix aku butuh bantuanmu. Ini soal Cassie... kau tahu kan aku dari dulu suka menceritakan kepadamu soal adik sepupumu itu? Sekarang aku punya masalah dengan dia. Aku butuh bantuanmu untuk memutar pola pikirnya itu, karena jika aku yang melakukannya dia akan salah paham lagi. Aku kingin kau menjaga Cassie di hotel ini dan pastikan dia tak membuat masalah. Karena aku dan yang lainnya akan pergi ke pesta topeng penuh sampanye." Jelas Draco sambil menceritakan apa yang terjadi.

"Dia benar-benar butuh cermin, bisa-bisanya dia menyalahkan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri." Kata Robert sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menurunkan ikatan kepala Luke sampai menutupi salah satu matanya sehingga Luke terlihat seperti bajak laut jadi-jadian yang memakai penutup matanya.

"Dia hanya bertindak semaunya. Dia hanya mau dengar apa yang ingin dia dengar." Kata Luke sambil merebut botol beer dingin baru milik Vincent dan meminumnya.

***

"Kita sudah kenal lama. Kurasa disini hanya aku yang bisa mengerti kamu. Kamu boleh menangis jika kau mau. Dari tadi kau menahan untuk tidak menangis kan?" Tanya Felix yang sedang duduk di pojok kamar, sekaligus duduk di samping Cassie itu.

Hiks hiks hiks

"Aku benci Laura. Dia mendapatkan semua yang dia inginkan. Semua orang menyukainya." Kata Cassie

"Oh, ya sudah. Tapi kau hanya melihat luarnya saja. Dan tidak semua orang menyukainya."

"Kau sudah tidak apa-apa Cas?" Tanya Felix lagi

"Kurasa... apa boleh buat?"

"Kamu mau nangis berapa lama?"

"Aku bingung, kalau tidak aku bicarakan. Kalau aku tidak menemukan jawabannya."

"Lagipula dari awal kamu terlalu percaya diri menganggap Draco menyukaimu. Ditambah lagi, kamu marah karena Draco menyanyi di depan panggung yang sekarang lagi menyebar luas. Terus, berapa lama kau akan selalu mengganggu dan mencelakakan Laura Davidson. Padahal kau sudah tahu kalau Draco itu selalu menyukai Laura dari sejak kelas satu SMA? Meskipun Laura dan Draco bilang mereka hanya teman tapi ada sesuatu diantara mereka." Kata Felix

"Jadi, maksudmu aku tidak ada hak marah untuk ke Laura? Itu kan salah mereka karena tidak memperjelas hubungan mereka?!"

"Mereka tidak memperjelas hubungan mereka karena Draco adalah bagaikan pangeran ditambah lagi dia adalah mafia, sedangkan ayah Laura mempunyai banyak musuh. Memang mereka tidak memperjelas hubungan mereka, tapi kau sudah tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua. Aku tidak bilang kamu tidak boleh marah. Tapi itu artinya Draco juga ada hak marah untukmu, baru saja Draco menghabiskan waktunya dengan Laura kau sudah marah. Padahal kau tahu mereka mencintai satu sama lain."

"Bukan karena itu! Kau bilang sahabat Draco yang merupakan sahabatmu juga, Michael Kyne juga menyukai Laura. Dan mereka berdua juga dekat satu sama lain. Bagaimana aku bisa tidak panik, kalau Draco terluka?!"

"Apakah kamu lupa bahwa aku pernah bilang Michael pernah menyatakan perasaannya kepada Laura, tapi Laura menolaknya. Kalau Laura menyukai Michael juga, Laura tidak akan menolak Michael. Mereka pasti sudah pacaran jika Laura tidak menolak Michael. Mereka masih dekat karena Laura masih menganggap Michael sebagai sahabatnya juga dan tidak mau kehilangan ikatan persahabatan itu. Michael menyatakan perasaannya kepada laura, tapi dia juga tak pernah menjelek-jelekkan Draco kepada Laura. Michael malah adalah orang yang selama ini membuat Laura mencintai Draco lagi. Aku tidak tahu apakah Laura juga mencintai Michael atau tidak tapi nyatanya mereka tidak pacaran, kan?"

"Aku tidak tahu. Aku sangat kesal memikirkan Laura dekat dengan Draco, dekat dengan Victor, dekat dengan Michael. Dan saat menjadi pacar Richard pun dia dekat dengan Draco."

"Lalu, kamu mikir apa sampai membuat Draco menciummu?"

"Felix! Kau kakak sepupuku atau bukan? Kamu harusnya mengerti. Aku tidak bisa tenang, disini aku menderita sendirian. Disana, dia mudah tidak peduli padaku. Teman-temannya banyak. Ada Laura yang kecentilan. Dan aku disuruh diam saja dan menderita sendiri? Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Draco."

"Kau beruntung, kau adalah adik sepupuku kalau bukan mungkin aku tidak akan mendengarkan keluhmu sejak kita kecil." Kata Felix

"Apa?! Aku hanya mau memberi kejutan agar Draco melihat semua yang kulakukan untuknya!"

"Buat malu, Cass. Memang kau melakukan semuanya untuknya tapi apakah Draco memintamu melakukan itu? Tidak, kan?"

"Aku mengerti, kamu kesal, cemburu, curiga, tidak suka terhadap sikap Draco yang lebih dingin kepadamu ketimbang bersama Laura. Bukan berarti kamu membenarkan tindakanmu seperti itu. Kamu bersalah sejak awal, bukannya memperbaiki tapi kamu tambah merusak dan menyusahi."

"Aku dibilang seperti jalang, Felix!"

"Apakah kamu bilang kepada mereka kenapa kau melakukan itu?"

"Aku sudah berada di depan mata mereka, apa mereka tidak bisa lihat?"

"Mereka bisa lihat, tapi mereka tidak tahu apa yang kamu pikirkan! Setidaknya Draco masih mau bicara padamu setelah apa yang kau selama ini lakukan yang berdampak padanya. Bahkan mereka sudah berusaha menyelamatkanmu dari virus dan dari Arthur. Malah, Charlie terkena dampaknya. Kamu seharusnya menerima kebaikan mereka."

"Kamu bahkan tak bisa sedikit saja menyalahkan Laura, ataupun Draco, ataupun teman-temannya."

"Aku tidak kepikiran. Kalau aku jadi Draco kau sudah tidak kuselamatkan. Draco kan kaisar dan makhluk abadi, akan kubawa kau pergi ke dimensi lain yang kosong dan kuletakkan kau disana."

"Bagaimana caranya untuk membuatmu mengerti?! Yang salah adalah mereka semua! Gimana rasanya sudah berkorban tapi mereka malah membuatku terpjok?!"

"Tidak ada yang namanya yang salah adalah semua orang. Kalau kamu sudah begitu, kamu harusnya berfikir. Kamu sudah melakukan apa? Dan mengapa semua menjadi seperti itu padamu. Karena kita tidak bisa melihat diri sendiri tanpa melihat apa yang kita lakukan kepada orang lain!" Kata Felix

"Semua orang akan bingung jika diposisi Draco, antara ingin menyelesaikan semuanya tanpa ada yang terluka atau mengubah dirinya sendiri menjadi lebih baik atau menyelesaikan sesuatu dengan cepat. Draco adalah orang yang rumit dengan kepribadian yang berbeda. Dia sedang dalam proses pengubahan diri untuk menjadi lebih baik. Sejak awal dia sudah menahan diri. Teman-temannya jelas membelanya, mereka kan teman Draco bukan temanmu. Dan kamu malah benci buta dengan Laura hanya karena kamu berfikir Laura mendapatkan segalanya serta selalu hidup diatas dalam cahaya. Semua yang dilakukan Laura salah dimatamu, bahkan berteman dengan anak laki-laki lain kau mencurigainya dan melarangnya. Padahal Draco tak masalah dengan itu." Jelas Felix

"Padahal aku hanya ingin membuat Draco bahagia, tapi yang kudapat malah diperlakukan tidak adil, terpojok, dan dibenci semua orang."

"Aku lelah kalau kamu tidak bisa melihat salahmu dimana."

"Iya, semuanya salahku. Mereka tidak salah."

"Aku tidak butuh ucapan seperti itu, aku hanya butuh agar kau mengerti. Kukira kau akan lega setelah keluar dari dunia gangster dan tidak berurusan dengan orang-orang dunia gelap."

"Karena yang salah itu Laura! Kenapa mereka marah kepadaku! Aku tidak mau seperti ini!"

"Aku malas membicarakannya lagi, lebih baik kita pergi ke mall dan membeli minuman. Daritadi aku bersedia mendengarkanmu berbicara, aku lelah, aku sudah memberi tahumu kesalahanmu dimana. Tapi, kamu selalu mengalihkan topik, dan tidak mau membahas kesana. Antara kau menyuruhku untuk menyalahkan mereka, atau membuatku mengerti kepadamu, atau membelamu."

"Aku sudah mengaku bersalah tadi."

"Mengucapkan memang mudah, melakukannya yang sulit."

"Memangnya tindakanku tidak ada yang benar sedikitpun?!"

"Bukan kewajiban semua orang untuk mengerti kepadamu, Cass."

"Robert dan Luke juga membicarakanku di belakang."

"Apa yang mereka bilang?" Tanya Felix

"Dia benar-benar butuh cermin, bisa-bisanya dia menyalahkan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri. Dia bertindak semaunya hanya karena kita menolongnya. Dia hanya mau dengar apa yang dia dengar." Kata Cassie

"Kukira mereka menjelek-jelekkanmu seperti apa. Tapi ternyata hanya itu. Kalau aku tidak apa-apa dibicarakan di belakang. Karena kamu tidaj tahu seberapa besar luka yang bakal kau timbulkan kepada orang-orang disekitarmu. Kalau kamu memilih dengan emosimu yang meluap kau langsung mengatakannya kepada orangnya. Aku akan pilih membicarakanmu di belakang dengan orang lain sepuasku seperti itu lebih sedikit menolongku. Karena sejauh ini aku selalu menyesali perkataanku yang menyakiti orang lain."

***