So what does it take to please you?
Break your rules and you fall?
Follow them and you still lose?
Nobody can win, so what's the bloody point? ~ Lucas
Draco langsung menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang sekolah elementary school itu. Dan seketika itu keluar dari mobil Ferrari Enzonya dengan memakai setelan jasnya seperti biasa.
Apakah itu Draco Kingstone?
Astaga dia sexy sekali!
"Draco!" Kata kakak beradik berambut cokelat itu sambil memeluk kakak sepupunya itu.
"Amellia! Ambrose!" Sambut Draco sambil menggendong mereka berdua.
Ya ampun ayahnya sangat tampan! Apakah itu anak-anaknya?
Bukan, itu adik-adik sepupunya.
"Orang-orang terus membicarakanmu." Kata Ambrose
"Sudah seperti biasanya aku dibicarakan seperti itu, kan? Meskipun telingaku panas untuk mendengarnya." Kata Draco
Apakah aku harus mendekatinya, ya? Dia kelihatannya sangat tertutup.
"Permisi! Tuan Kingstone!" Panggil seorang wanita yang mendekatinya.
"Kau adalah guru Ambrose, ya? Ada apa?" Tanya Draco
"Ambrose sangat pintar untuk anak seusianya."
"Itu berkat metode Trachtenberg yang Ia pelajari." Kata Draco
"Apa kau yakin tidak memindahnya ke sekolah khusus? Dia sangat berbakat." Tanya gurunya
"Tidak, pamanku… Maksudku Steven Kingstone bilang untuk tetap menaruh Ambrose disini agar dia bisa hidup normal seperti anak lainnya."
"Gambarnya sangat bagus, hanya saja mereka menggambar yang terlalu menyeramkan untuk anak seperti mereka. Apa kau yakin tidak mau membicarakan masalah ini nanti?"
"Aku punya banyak rencana. Dan, lagipula itu hanya gambar, aku tidak perlu membawanya ke psikiater. Gambar-gambar yang kau sebut menyeramkan bagi anak seusianya itu adalah seni. "
"Termasuk rencana berjalan dengan berbagai macam wanita yang berbeda setiap malam. Dia selalu keluar dengan 100 wanita yang berbeda selam seminggu." Potong Amellia
"Anak kecil tidak boleh banyak omong." Kata Draco sambil mencubit pipi Amellia.
"Apakah hanya itu yang ingin kau bicarakan denganku?"
"Tidak hanya itu, Amellia mematahkan lengan anak yang berusia 13 tahun." Kata gurunya.
"Itu karena dia mengejek ayahku!" Balas Amellia
"Dia hanya membela ayahnya, ini adalah keadilan. Bahkan aku dulu mematahkan lengan banyak siswa di sekolahku yang mencoba mencuri mobilku atau menggaguku. Itu adalah hal yang wajar di keluarga Kingstone. Bahkan ayahku bersama saudara-saudaranya sudah sering terlibat perkelahian."
Ponsel Draco langsung berdering dan Draco langsung menurunkan mereka berdua untuk mengangkat ponselnya itu.
"Aku sudah sampai di perusahaanmu, begitu juga dengan Hailey. Kau bilang kau ingin menemuiku untuk membahas masalah kemarin, tetapi kau malah tidak ada di perusahaanmu di Los Angeles."
"Aku sedang menjemput anak TK Zurt sebenatar lagi aku akan kesana."
"Aku bukan anak TK!" Kata Amellia sambil menendang kaki Draco
"Awwww.. iya, iya, iya! Kau bukan anak TK." Balas Draco
"Hahahahaha rasakan rasanya mengasuh anak lagi!" Ledek Zurt
"Aku akan membalasmu saat aku sudah tiba di perusahaan." Balas Draco
Tut!
"Masuk ke mobil anak-anak!" Seru Draco
"Anda tidak mengkhawatirkan mereka?"
"Untuk apa aku khawatir? Mereka tidak sedang kondisi sekarat atau sedang dalam bahaya. Lebih baik, kau sendiri juga tidak perlu khawatir dengan mereka. Mereka bisa menjaga diri mereka meskipun mereka hanya anak-anak." Kata Draco sambil melangkah pergi, masuk ke mobilnya, dan melaju.
Waktu pun berlalu. Kini, mereka sudah sampai di perusahaan Draco sambil masuk ke dalam lift.
Ting!
Draco keluar dari lift sambil disertai oleh kedua adik sepupunya itu.
"Hai siapa lagi yang datang kali ini?" Tanya Hailey dengan ramah kepada anak-anak itu.
"Hailey! Zurt!" Kata anak-anak tersebut sambil memeluk mereka
Hailey membalas pelukan mereka dengan hangat sedangkan Zurt merasa canggung dan tidak nyaman.
"Kalian suka mainan, kan? Ini ambil mainannya! Fuck off!" Kata Zurt sambil melemparkan patung dekorasi dari meja Draco ke lantai dan menggerakkan tangannya untuk mengusir mereka.
"Mereka bukan anjing Zurt." Balas Hailey
"Eee... Drac! Tolong!" Kata Zurt
"Baiklah! Sudah cukup memeluknya, Zurt tidak suka dipeluk." Kata Draco sambil menyerahkan sebuah berkas-berkas kepada Hailey.
"Aku tidak tahu kenapa dia bisa memilikinya. Aku sudah menyiksanya tetapi Ia tetap tidak mau bilang. Robert sudah memusnakan file-file tentang kami di dunia maya dan di pusat data. Kurasa, memang masih ada beberapa orang yang menyimpan berkas-berkas tentang kami. Tapi, aku kira orang-orang itu sudah dihapus ingatannya?" Kata Draco sambil menatap ke arah kaca perusahaannya dan melihat bebagai gedung-gedung yang disertai kabut tipis.

"Mungkin mereka telah menyimpan berkas-berkas kalian di rumah mereka. Lalu, ketika ingatan mereka dihapus, mereka menemukan berkas ini lagi di rumah mereka, mereka tetap mencari tahu lebih dalam?" Kata Zurt

Hailey pun membukanya dan menemukan foto Johnathan Ripper disana.

Bahkan Ia menemukan setengah foto dari ID California milik Vincent.

Hailey juga menemukan foto Thomas dengan berlumur dari di setengah wajahnya.

"Siapa pria bertato yang menggendong bayi dengan gelang bertuliskan nama Leone itu?" Tanya Zurt ketika melihat berkas James.

"Itu ayah James." Kata Draco
"Hei! Lihat! Bahkan orang ini mempunyai fotomu yang masih berusia sekitar 14/15 tahun!" Kata Zurt

"Apakah orang itu adalah Laura?" Tanya Draco
"Tidak mungkin, kamar apartementnya bersebelahan denganku. Dan aku sudah bekerja sama dengannya selama beberapa bulan. Lagipula jika orang itu adalah Laura, tidak mungkin ada foto ayahnya di berkas ini, kan?" Kata Hailey sambil menatap foto Ronald Boston.

"Kita coba saja dengan menelfonnya. Siapa tahu ini berhubungan dengan salah satu target yang berada di kampus yang akan Ia daftar." Kata Zurt
"Ide bagus! Aku akan bertemu kalian di pantai. Aku harus mengantar Ambrose dan Amellia untuk pulang terlebih dahulu. Kata Draco sambil menggendong kedua adik sepupunya menuju lift.
Tak lama kemudian, mereka pun akhirnya sampai ke apartement Steven.
"Ayah!" Ambrose langsung berlari memeluk ayahnya.
"Terimakasih telah menjemput mereka saat aku sedang tidak bisa menjemput mereka karena menjalankan misi." Kata Steven

"Tak masalah paman." Balas Draco
"Apakah mereka terlibat dalam masalah atau apapun?" Tanya Steven
"Tidak ada sama sekali." Kata Draco sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah Amellia.
"Hei..." Kata Steven sambil menyipitkan matanya.
"Guru Ambrose hanya memuji Ambrose karena dia sangat pandai menghitung. Aku harus pergi, paman! Sampai nanti! Aku punya urusan lainnya bersama Zurt." Kata Draco sambil cepat-cepat melangkah pergi
Tak lama kemudian Draco sampai di sebuah pantai dengan mobil mustang tuanya bersama seorang gadis genit yang dirangkulnya sambil mendekati Zurt dan Laura yang berjarak beberapa meter darinya.
"Apa kau serius membawa jalang bersamamu? Setidaknya, bisa tidak? Sehari saja tanpa berciuman dengan wanita random?" Tanya Zurt

"Ayolah! Kau tahu aku tak bisa hidup tanpa wanita, kan?" Balas Draco
Zurt langsung memutar bola matanya.
"Jadi kau mau berbicara tentang apa denganku?" Tanya Draco
"Kalian tahu apa? Aku ada urusan lain. Kau tahu? Tugas bounty hunter yang lain. Sebaiknya kalian bicara berdua saja, nanti Zurt akan memberitahuku." Kata Laura canggung sambil melangkah pergi.
"T-tapi kau baru saja sampai manusia!" Panggil Zurt yang masih tidak dipedulikan oleh Laura yang langsung melaju dengan sepeda motornya.
"Ini semua salahmu! Kau sengaja, kan?!" Kata Zurt sambil menatap Draco tajam.
"Yup! Terimakasih gadis cantik!" Kata Draco sambil mengeluarkan ratusan dollar dari balik jasnya dan memberikannya kepada gadis itu. Gadis itu langsung tersenyum genit dan melangkah pergi. Ekspresi Draco yang kelihatannya tadi ramah langsung berubah menjadi dingin setelah gadis itu pergi.
"Kenapa kau melakukan itu?"
"Sudah jelas, kan? Aku tidak mau berada di dekat Laura! Kenapa semua orang sekarang memaksaku untuk bertemu dengan gadis yang tidak ingin kutemui?! Pertama Michael selama ini berusaha membuat Laura kembali padamu, setelah itu giliranmu yang selalu membuatku berada di dekat dengannya!"
"Pffftt... Omong kosong! Jauh di dalam sana kau sangat ingin menemuinya, kan?! Ketika dia berpaling darimu, kau selalu menginginkannya. Namun ketika dia menginginkanmu, giliranmu yang selalu berpaling darinya. Ada apa denganmu sebenarnya?!"
"Aku tidak tahu! Aku selalu merasa tidak pernah cukup untuk mereka! Aku selalu disalahkan oleh kesalahan yang mereka buat sendiri! Selalu aku yang menanggung akibatnya! Aku bahkan tidak tahu kenapa aku selalu menaruh diriku sendiri dalam posisi sulit! Aku tidak tahu kenapa aku begitu menyiksa diriku sendiri! Suara-suara itu masih terdengar, suara-suara yang selalu menenggelamkanku. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku sangat membenci diriku sendiri. Aku bahkan tidak tahu dari setiap tindakanku benar atau salah."
"Kau terlalu menyalahkan dirimu. Kau harus memaafkan dirimu."
"Aku tidak bisa meskipun aku mau."
"Akan kuberi kau intruksi yang mudah. Jadilah bagian dari dirimu di masa lalu yang peduli setan dengan semuanya. Peduli setan dengan keluargamu. Peduli setan dengan suara-suara yang menenggelamkanmu. Kau adalah Draco Kingstone, kau adalah orang yang tidak peduli. Kau hanya masuk ke dalam perangkap keluarga Krystall berengsek yang main-main dengan perasaanmu di gua itu. Mereka membuatmu merasa bersalah. Semua itu bukan salahmu. Mereka semua mati karena keputusan mereka. Aku tak menyalahkanmu atas apapun. Dan, aku selalu disini untukmu. Kau tidak lemah. Aku mengerti dengan perasaanmu. Tetapi kau harus mulai melupakan semua yang ada dimasa lalu, majulah ke masa sekarang. Dan, hadapilah rasa takutmu." Kata Zurt
"Aku akan mencoba."
***
"Holly shit, kenapa kau senang sekali tinggal di rumah sempit ini? Kau kan punya uang lebih untuk membeli apartement yang luas." Tanya Draco dengan ekspresi kelihatan ceria yang kini berada di rumah Victor.
"Tempat ini sempit, tapi nyaman untukku. Tinggal di tempat yang luas hanya mengingatkanku pada ayahku yang keras." Kata Victor
"Kurasa semenjak kabur dari tempat tinggalmu yang luas itu, ayahmu bahkan tidak mencarimu." Kata Draco
"Itu karena dia tak menginginkanku lagi."
"Kau mengingatkanku pada diriku yang dulu dan Charlie. Satu per satu dari kami meninggalkan mansion tetapi tak ada yang mencari kami. Dan aku sangat bersyukur dengan hal itu. Sampai akhirnya pamanku ternyata sudah mengetahuinya dan memilih diam saja. Karena menurutnya aku dan Charlie punya pilihan masing masing. Jika itu adalah keputusanku untuk pergi, maka dia tak akan menghalanginya." Kata Draco
"Kau kelihatannya lebih bahagia hari ini, ada apa denganmu?" Tanya Victor
"Aku bangun di keesokan harinya tanpa wanita. Maksudku aku melalui hari tanpa satupun ciuman dari seorang gadis. Dan aku mengurangi minum minuman beralkohol. Aku mencoba beralih minum soda seperti dulu." Kata Draco dengan bangganya.
"Well, selamat atas hari tanpa sexnya. Kau sangat hebat. Kukira kau akan kecanduan hidup seperti itu." Balas Victor
"Apa yang sedang kau tulis daritadi, Vic?" Tanya Draco sambil mendekat untuk membaca tulisan Victor.
Draco
The legendary assassin
Street racer
The strongest cruel bloodthirsty killer
Victor
The hacker
The genius
High-based fraud
Michael
Sniper
Gambler
Felix
Terrorist
Drugs, weapons, and business dealer
Zurt
The Evidence Hider?
"Aku hanya menulis peran kita yang sebenarnya." Kata Victor
"Kurasa kau harus menambahkan bahwa peran Zurt adalah samurai, dia senang sekali menggunakan pedang." Canda Draco
"Baiklah samurai kalau begitu." Kata Victor tertawa sambil menulisnya di bukunya.

"Oh iya! Bagaimana dengan Hailey Dwyne? Meskipun dia tidak pernah masuk ke Nostra Santino, tetapi dia sudah seperti menjadi bagian dari keluarga, kan?"
"Hailey Dwyne adalah seorang agen rahasia intelejen Inggris (Secret Intelligence Service, disingkat SIS, atau dikenal juga dengan nama MI6." Kata Victor sambil menulisnya di bukunya.
"Menurutmu apa hobi utama James Fallsdeath?"
"Hobi utama dari James Fallsdeath adalah bermain kartu, di mana ia termasuk lihai dalam bermain poker dan black jack. Tapi Ia punya hobi lain yaitu mengoleksi barang-barang langka dan bersejarah."
Victor pun mulai menulisnya.
"Apakah kau tahu hobiku apa?" Tanya Draco sambil menaikkan alisnya.
"Kau gemar merokok dan termasuk orang yang hobi minuman keras. Minuman favoritmu adalah champagne Bollinger keluaran tahun 1950-an, dan vodka Martini. Kau juga sangat gemar mengoleksi mobil mobil sport yang mewah. Hobi lamamu adalah menggambar dan bermain gitar elektrik solo." Kata Victor
"Aku mengetahuinya saat kau pertama kali masuk SMA dan beberapa kali melihatmu melakukan hobimu sendiri."
"Yah... hobi lamaku sudah lama sekali tak kulakukan."
"Kenapa meninggalkannya?"
"Terkadang aku terlalu sibuk pada hal lain yang disekitarku yang bahkan tidak penting sampai aku lupa memperhatikan hal-hal yang paling dekat denganku." Kata Draco
"Mungkin kau seharusnya mencoba memainkannya lagi. Aku benar-benar ingin melihatmu bermain." Kata Victor sambil meletakkan buku dan penanya lalu bangkit berdiri sambil mengambil gitar elektrik yang berada di lemarinya. Lalu, menyalakan amplifernya dan menghubungkan kabelnya.
"Ugggh... baiklah."
***
Zurt yang baru saja duduk di kursi piano sambil menyalakan rokoknya.

"Kenapa kau memanggilku kesini?" Tanya Laura yang tiba-tiba berada di depannya.
"Aku ingin mengajakmu bernegosiasi." Kata Zurt sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Aku tidak tertarik." Kata Laura sambail menatap pria berambut hitam dengan tuubuh yang berotot itu.
Zurt langsung meletakkan batang rokoknya.
"Kau belum mendengar perkataanku, manusia." Kata Zurt sambil mendekatkan wajahnya ke Laura.

"Kau punya waktu 5 menit untuk menjelaskan rencanamu." Balas Laura
"Aku akan membujuk Draco untuk menjalankan misi denganmu. Dia akan pergi mendaftar sekolah yang sama denganmu dalam menjalankan misimu. Aku akan membantumu mendekatinya. Keuntungannya bagiku adalah aku tidak perlu lagi disekitar Draco sehingga dia tak bisa lagi meledek atau menggangguku."
"Kenapa kau tiba-tiba ingin mendekatkan Draco kepadaku?" Tanya Laura
"Karena dia selalu berpesta sex dengan gadis-gadis sexy lalu dia suka minum banyak alcohol. Itulah yang sering dia lakukan semenjak usai perang. Aku hanya ingin dia berhenti melakukan hal bodoh. Dia tidak akan mau mendengarkanku, tetapi dia mungkin akan mendengarkanmu. Aku hanya ingin bilang kepadamu. You dont understand. Its not that he cant love. Its that he is afraid."
"Lalu apa keuntungannya bagiku?" Tanya Laura
Zurt langsung memutar bola matanya.
"Uggghh… Tentu saja manusia seperti kalian sangat menyukai harta." Kata Zurt sambil pergi ke arah bangunan tua, diikuti Laura.
Setelah tiba di bangunan tua itu, Zurt langsung mendorong sebuah kotak kayu ke dekat Laura.

"Kotak ini berisi berlian yang seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhanmu untuk membeli senjata, permen atau mobil." Kata Zurt
"Terimakasih kau memang yang terbaik, paman!" Kata Laura sambil memeluk Zurt
"Menjauh dariku! Aku bukan pamanmu! Kau ini benar-benar seperti Draco versi perempuan!"
***
Tatapan mata hijau dingin, rambut cokelat dengan sisiran slick backnya sudah cukup memberitahu orang-orang yang menatapnya untuk jangan macam-macam dengannya. Topeng hitam itu sudah cukup memberitahu beberapa orang untuk tak mendekat dengannya. Draco berjalan seperti biasa di sepanjang jalanan malam yang lumayan sepi dengan pakaian hitam assassinnya seperti biasa dengan sisiran slickbacknya sambil memutar-mutar coin pemberian Vincent di tangannya.

Dor! Dor! Dor! Dor!
Tiba-tiba peluru itu melesat mengenai bahu Draco yang langsung membuat Draco berbalik kepada pria pirang yang menembaknya yang tampak terkejut karena Draco tidak mengeluarkan darah sama sekali padahal Draco tidak memakai rompi anti peuru di balik jasnya itu.
"Kau benar-benar mau mati rupanya…" Kata Draco dengan seringai yang menyeramkan.
Setelah itu pria besar tersebut langsung memukul Draco sampai terjatuh. Draco langsung bangkit dan pria itu langsung menmbaknya lagi, tapi Draco langsung memukul tangan pria itu sehingga pria itu menjatuhkan pistolnya dan pelurunya meleset ke arah lain. Draco memukul wajah pria itu, kemudian memukul lehernya Lalu menendangi kaki pria itu. Pria itu meringis kesakitan, sambil mendorong Draco ke kaca tebal sampai pecah. Draco langsung bangun, dan mendatangi pria yang masih menembakinya. Pria itu menendang kepala Draco tetapi, Ia langsung menangkisnya. Pria itu menembak Draco lagi, tetapi Draco langsung memukul tangannya dengan cepat sehingga peluru itu meleset lagi.
Pria tersebut langsung menghantamkan kepalanya ke Draco, dan menodongkan pistolnya ke perut Draco dan menembakinya. Namun Draco langsung menahan tangan pria yang digunakan untuk memegang pistol dan mengarahkannya ke atas. Setelah itu Draco langsung membantingnya, dan mematahkan lengan kanan pria itu. Melihat pistol yang tergeletak di aspal itu, Ia langsung mengambilnya. Tapi pria itu langsung mengambil kesempatan untuk mendorong Draco, namun Draco langsung menembaki perut tebal pria itu beserta kepalanya, tetapi pria itu masih tetap hidup. Setelah itu Ia menghantamkan kepala pria besar tersebut ke aspal sampai pecah.
Draco langsung naik ke punggung atas musuhnya dan mencekiknya dengan lengan kirinya, dan mematahkan leher musuhnya. Setelah itu, Ia langsung melangkah pergi, tetapi mendengar musuhnya mengerang, Draco langsung melemparkan pisau-pisau itu tepat ke kepalanya.
Tak lama kemudian, Draco langsung berjalan pergi ke stasiun kereta listrik sambil tertatih-tatih karena mulai merasakan pusing di kepalanya.
Sial! Jangan berubah sekarang! Aku tak bisa membakar orang-orang disini. Batin Draco
Tak lama kemudian, Ia mendengar langkah kaki seseorang sedang mendekatinya, pertamanya Ia tak mau menjadi paranoid dan lebih memilih untuk tak mengkhawatirkan hal itu. Namun, setelah pria meksiko yang berada di depannya langsung menatapnya dengan tatapan yang memandang Draco sebagai target sambil mendekati Draco dengan menembakkan pistol ke kepalanya dari dekat, namun Drcao langsung mengarahkan tangan pria tersebut ke musuh yang berada di belakangnya, sehingga peluru tersebut mengenai musuhnya. Setelah it,u Ia langsung menghantamkan kepala tersebut ke dinding. Dan dengan cepat mengeluarkan pisau, lalu menancapakan pisaunya ke mata musuh yang berada di belakangnya. Pada saat itu juga, musuh yang berada di depan langsung mengambil kesempatan untuk mencekiknya, Draco langsung menyikut kepala pria tersebut yang membuatnya melonggarkan cekikannya. Draco langsung menmatahkan pergelangan tangan musuhnya. Setelah itu Ia langsung mengeluarkan pisau dari balik jasnya dan menancapkan pisau itu sampai menembus ke dalam tengkorak kepalanya.
Tepat pada saat itu juga, musuhnya bangun sambil mencabut pisau yang menancap di matanya, tetapi Draco langsung mengambil pisau lainnya dan menusukkannya ke leher msuuhnya. Tak hanya itu, Ia langsung menusukkan pisaunya berkali-kali di kepala musuhnya sampai Ia lupa bahwa masih ada orang-orang yang melewatinya di stasiun besar itu
Tak lama kemudian, muncullah seorang pria dengan memakai turtleneck hitam disertai blazer yang berjalan seperti tak ada yang terjadi di sekitar kerumunan itu sambil langsung menembaki Draco dengan pistol yang disertai silencernya. Namun tembakan pria itu meleset mengenai dinding di sebalah Draco. Tak lama kemudian, Draco langsung berlari memasuki salah satu kereta listrik itu, pria itu langsung ikut mengejar Draco sampai masuk ke dalam salah satu kereta listrik yang sama itu.
Pria itu terus menatap sekeliling kerumunan yang berdesakan di dalam kereta tersebut untuk menemukan Draco. Dan ketika tatapan mereka bertemu, mereka langsung mereka perlahan sambil menunggu orang-orang untuk keluar dari kereta, bersamaan dengan orang-orang yang kini mulai memberi jarak diantara mereka. Draco langsung mengambil pisau lainnya yang terletak di samping celananya.

Begitu juga dengan pria itu. Pandangan Draco sedikir kabur, dan kepalanya pusing,. Yang dilihatnya adalah baying-bayang pria itu.
Pria itu langsung menusukkan pisaunya ke paha Draco, dan darah langsung mengalir. Sekali tusukan itu langsung cukup membuat Draco tersadar dan mematung sebentar.
Draco langsung menahan tangan pria tersebut dan mencabut pisau itu dari pahanya. Kemudian, Ia langsung mendorongnya. Pria itu langsung meninjunya, tetapi Draco langsung menagkisnya dan menghantam dadanya.
Syut!
Draco langsung memukul tangan pria tersebut sehingga serangan pisau pria itu meleset. Musuhnya langsung menghantamkan pukulan kepada Draco, tetapi Draco langsung membantingnya.
Sial! Kepalaku mulai sakit lagi…
Draco langsung menusukkan pisau ke perut musuhnya, tetapi pria itu langsung mundur untuk menghindarinya.dan menahan tangan Draco yang masih memegang pisau, setelah itu melayangkan pisau ke kepala Draco, namun Draco langsung menunduk. Pria itu menyerang Draco dengan pisau lagi, tetapi Draco langsung menahannya, Ia langsung menandangi perut musuhnya, dan menghantam punggung musuhnya berkali-kali dengan kepalan tangannya yang masih memegang pisau. Setelah itu, Ia langsung menendang kaki kiri musuhnya lagi. Dan menendang perut musuhnya berkali-kali dengan lututnya. Pria itu memberi pukulan ke perut Draco yang membuat Draco mendorong pria itu. Musuhnya tidak mau menyerah begitu saja.
Syut!
Draco langsung memukul tangan pria tersebut lagi, sehingga pisau itu tidak mengenainya. Dengan cepat Ia langsung menghantam leher musuhnya dengan lengannya. Pria itu langsung menyernag Draco dengan pisaunya lagi, tetapi Draco langsung menahannya. Setelah itu mereka saling memegang kerah masing-masing dan saling menghantam tubuh mereka ke bagian sisi kereta. Pria itu langsung menghantam pinggang Draco, dan Draco langsung membalasnya dengan membanting pria tersebut.
Syut!
Draco langsung mundur untuk menghindari sayatan pisau itu. Pria meksiko itu langsung menusukkan pisaunya ke leher Draco, tetapi Draco langsung menahannya dan menghantamkan kepalanya ke pria tersebut sehingga musuhnya langsung melepaskan pisaunya. Dengan cepat, Draco langsung menusukkan pisaunya tepat ke dalam jantung musuhnya.
"Jezz.. ada apa dengan keparat-keparat ini? Mereka jadi merusak jas buatan Italiaku. Tapi, harus kuakui mala mini cukup menyenangkan diburu oleh assasins seperti kalian." Gumam Draco sambil menyeringai. Setelah itu, Draco langsung mengambil pistol musuhnya yang tergeletak dan menembak kepalanya.
Di tempat yang penuh kaca, Laura yang memaki charcoal jeas disertai sweater sudah merasakan dirinya di target oleh beberapa pembunuh bayaran lainnya di tempat tersebut. Karena itu, Ia mulai mengeluarkan pistolnya dari belakang celana jeansnya.

Laura langsung menembak musuhnya yang terlihat oleh pantulan cermin disana. Tembakan pertamanya mengenai cermin kaca, tetapi tembakan kedua langsung tepat mengenai kepala musuhnya.
Salah satu pria sedang bersiap-siap untuk menembak Laura, namun Laura langsung memecah kaca di belakang pria itu, dan menyergapnya dari belakang. Pria itu langsung bangkit, dan memukul perut Laura dan kepalanya. Setelah itu, pria tersebut langsung menghantam perut Laura dengan lututnya. Pria itu lagi-lagi melayangkan tinjunya, namun Laura menahan tangannya, dan membalasnya dengan menendang perut pria itu. Laura langsung membantingnya, dan mengunci kepala pria itu dengan kakinya. Tepat pada saat itu salah satu musuhnya langsung menuruni tangga kaca itu dengan membawa assasult riffle, Laura langsung menembak pria yang mendatanginya itu dengan pistolnya. Setelah itu, Ia langsung menembak kepala pria yang dikuncinya dengan kedua kakinya tersebut.
Dor! Dor!
Laura langsung menembaki musuhnya yang lain, yang masih menggunakan kaca-kaca lain sebagai pelindung.
Dor! Dor! Dor!
Pria itu langsung membalas tembakan Laura, namun Laura langsung berlari ke arah cermin-cermin kaca agar tidak terkena tembakannya.
Laura langsung menambaki musuh-musuhnya yanh lain yang bermunculan sampai akhirnya tersisa satu musuh yang melarikan diri ke lorong-lorong cermin kaca lainnya.
Laura langsung mengejarnya ke arah lift yang tetutup, tiba-tiba lift itu terbuka, dan disambut oleh serangan karambit dari seorang wanita. Laura terus mundur dan menghindari serangan-serangan wanita itu. Sampai Laura menahan tangan wanita tersebut, dan langsung membantingnya. Wanita itu langsung bangun dan meninju Laura berkali-kali. Ia langsung membalasnya dengan menghantam perutnya dan melempar musuhnya ke dinding kaca.
Syut! Syut!
Laura langsung menunduk dan menghindari serangan karambit dari musuhnya lagi. Setelah itu, Ia langsung menahan dan mematahkan lengan musuhnya yang digunakan untuk memegang karambit, lalu Laura mengambil karambitnya, dan menusukkannya ke dada wanita itu. Tetapi, wanita itu menahan tusukannya dengan telapak tangannya, sehingga karambit itu masuk menusuk telapak tangannya. Namun, Laura langsung mendorongnya hingga karambit itu masuk menusuk ke jantung musuhnya. Tiba-tiba dari belakang, seseorang langsung menyuntikkan obat bius di lengannya yang langsung membuat Laura tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, Laura membuka matanya dan menatap sekitar bahwa sudah ada empat orang pria berjas di depannya. Ditambah lagi, tangannya kini terikat di belakang kursi, jadi dia tak bisa melakukan apapun. Tapi, setidaknya kakinya tidak terikat, sehingga dia bisa menggunakannya nanti.
"Sudah bangun purtri tidur? Selama ini, kukira kau benar Ronnald Boston. Tetapi kau hanya seorang gadis yang memakai topengnya." Kata pria berambut hitam itu.
"Dia bukan hanya seorang gadis, dia adalah anak Ronnald Boston. Dia sangat mirip dengannya." Balas pria berambut pirang lainnya.
"Apa kau tahu kenapa kau disini? Ronnald Boston memiliki banyak musuh dan seharusnya kau mengetahui hal itu. Sekarang, katakan dimana ayahmu?" Tanya pria botak itu.
"Persetan dengan kalian! Dia sudah mati dua tahun lalu berengsek!"
"Kalau begitu kaulah yang harus membayar untuk menggantikannya. Sayang sekali gantis cantik sepertimu harus mati untuk ayahnya. Bagaimana kalau kau ikut denganku, jadi kau tak perlu mati?" Tanya pria yang memakai fedora hitam itu.
"Aku tak sudi menjadi jalangmu!" Bentak Laura yang langsung dari belakang disekap kepalanya oleh tas plastik oleh kedua pria berjas itu. Laura terus meronta dan menggerakkan kakinya. Namun nihil, mereka terlalu kuat.
Pria yang memakai fedora bersama pria botak itu langsung pergi dengan limosinnya.
"Sialan!" Umpat Michael dari gedung yang kembali mendekati senapannya dengan berlumur darah. Michael melihat di kejauhan gedung dengan sniper scopenya bahwa Laura sudah mulai kehabisan nafas karena disekap oleh plastik itu.
Dor!
Gubrak!
Tiba-tiba dari belakang Michael langsung disekap dan Michael langsung sibuk melawannya balik.
Darah dari salah satu kepala tersebut langsung menciprat ke plastik yang digunakan untuk menyekap Laura. Salah satu musuhnya yang lain langsung mengeluarkan senjatanya dan menodongkannya ke bagian atas gedung. Laura langsung mengambil nafas sesaat dan bangkit dari kursinya dengan tangan masih terikat di belakang dan langsung mendorong musuhnya dengan kepalanya. Ia langsung melepaskan plastik itu dari kepalanya dan mengarahkan tangan yang masih terikat itu ke depan.
Pria itu langsung bangkit dan mengambil pistol, namun Laura langsung melepaskan pegangan pria tersebut dari pistolnya dengan tali yang masih mengikat di tangannya. Setelah itu, Ia langsung menghantam leher pria tersebut dengan kedua tangan yang masih terikat. Lalu, Laura langsung menendang kaki pria itu dan membantingnya. Musuhnya langsung bangkit dan menghantam perut Laura dua kali. Setelah itu, Ia langsung menendang salah satu kaki Laura yang langsung membuat Laura terjatuh. Pria itu langsung meninju kepala Laura berkali -kali. Dan tak lama kemudian, Laura langsung menendang kaki pria itu yang menyebabkannya langsung terjatuh. Ia langsung menendang kepala pria itu lagi dengan kakinya.
Pria itu langsung bangkit dan mencekik Laura dari belakang, namun Laura langsung menghantam pria itu dengan kepalan tangannya. Pria itu langsung melepaskan cekikaknnya, dan Laura langsung mengambil kesempatak tersebut untuk menghantamnya dengan kepalanya. Namun, pria itu langsung mencekik Laura lagi dari depan. Laura pun membalasnya dengan menendang kepalanya. Dan ketika Ia melepaskannya Laura langsung menghantak kepala pria itu.
Musuhnya langsung mencekiknya lagi. Namun, kali ini Laura membalasnya dengan mengunci kepalanya. Setelah itu, Ia langsung naik punggung pria yang sudah tersungkur itu dan membalas cekikannya dengan kedua tali yang masih mengikat di kedua tangannya sambil mengunci kepalanya dengan kedua kakinya sampai pria itu mati.
Setelah itu, Ia langsung bangkit dan menggeledah jas musuhnya tersebut. Dan menemukan pisau serta beberapa magazine. Ia langsung mengambil pisau itu dan langsung memotong ikatan talinya dengan pisau tersebut.
Laura langsung keluar dsri gedung itu dengan senjata HK416nya sambil baik ke bagian atap gedung dan berlari dari atas gedung satu ke gedung lainnya. Lalu, menembaki limosin hitam yang masih melaju di depannya sambil limosin tersebut berhenti karena menabrak mobil lainnya. Laura pun akhirnya turun dari pagar besi. Kemudian muncul di jalan raya sambil masih memegang HK416nya dan mendekati limosin itu. Setelah itu, Ia menembaki musuh-musuhnya yang masih belum mati itu.
Felix berjalan dengan jas hitamnya di bagian luar concert, tempat orang-orang mengantri untuk masuk, hingga ada orang yang memanggilnya, dan menembakinya. Beruntungnya, Felix memakai rompi anti peluru sehingga Ia langsung berlari kabur dari tempat itu disertai para penjaga-penajaga yang mengerjarnya. Ia langsung melompati pagar dan langsung menerobos ke suatu concert DJ music yang sedang berlangsung dengan berbagai macam lampu yang menyinari malam itu. Felix naik ke atas panggung dan langsung menembaki penjaga-penjaga yang mengejarya. Penonton langsung menyorakinya karena mengira itu adalah bagian dari pertunjukan. Namun, semuanya berubah ketika Felix langsung turun dari panggung, dan berdesakan untuk melewati kerumunan itu, sambil menembaki kepala penjaga-penjaga yang mengejarnya.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Delapan tembakan itu sukses mengenai kepala para penjaga dan membuat kedelapan penjaga itu tumbang.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Felix terus-terusan menembaki musuhnya yang masih mengincarnya.
Salah satu pria tersebut berniat merebut senjata Felix. Seketika itu juga Felix langsung menghantam kepala msusuhnya dan menembak kepalaya. Tepat pda saat itu juga, Felix mengganti magazinenya an langsung bersembunyi di balik dinding batu, ketika salah satu musuhnya mendekati batu tersebut sambil membawa pistol. Felix langsung menahan tangan pria tersebut, dan mengarahkan pistol tersebut ke arah lain. Dan langsung mendorongnya menghantam dinding batu tersebut. Setalh itu, Ia langsung menembak kepalanya.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Tembakan dari musuhnya yang lain tidak mengenainya sama sekali, karena Ia menggunakan mayat musuhnya yang baru saja Ia bunuh sebagai tameng hingga Felix berlindung di balik dinding. Tepat pada saat, musuhnya mengganti magazinenya. Felix langsung keluar dan menembakinya.
Dor!
Tembakan dari musuhnya yang muncul di depannya langsung meleset karena ditahan olehnya ke arah lain. Setelah itu, Felix langsung menghantam perutnya dan berbalik sabil menembaki para musuhnya yang mendatanginya. Kemudian, Ia langsung menyikut musuh yang masih ditahannya itu. Dan membantingnya sambil menembak kepalanya.
Dor! Dor!
Tembakan itu mengenai leher dan kepala musuhnya yang baru saja ingin menyerangnya.
Dor! Dor! Dor!
Tembakan dari musuhnya mengenai arah lainnya karena Felix langsung menahan lengan pria itu dan membantingnya. Setelah itu, Ia langsung menginjaknya agar musuhnya yang satu itu tidak kabur.
Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!
Felix langsung menembaki penjaga yang lainnya lagi. Setelah itu, Ia langsung menembak kepala musuhnya yang baru saja Ia banting tadi. Setelah itu, Ia langsung berlari dan melompat ke arah batu besar untuk mengganti magazinenya. Kemudian, Ia langsung pergi berlari ke lorong gelap yang terbuat dari bebatuan. Tiba-tiba dari depan kejauhan, Ia Iangsung disambut dengan tembakan dari senjata Assasult Riffle. Seketika itu, Felix langsung membalas menembaki mereka dengan pistol. Felix berlari ke belakang saat Ia melihat para penjaga yang membawa senjata AR itu bertambah banyak. Ia pun akhirnya, bersembunyi di balik dinding terowongan dan ketika Ia melihat kedua cahaya lampu dari senjata kedua musuhnya, langsung menembakinya dengan pistol. Kemudian, Ia langsung berlari lagi ke lorong lain.
Terjadi baku tembak antara Felix dan para penjaga yang membawa senjata AR itu. Setelah, peluru pistolnya habis. Ia langsung mengeluarkan CA-415nya dan menembaki mereka. Setelah itu, Ia berjalan ke arah lainnya, dan muncul di depan musuhnya sambil menendangnya. Setelah itu, Ia langsung menembaki kepalanya.
Ia menembaki msuuhnya yang berada di balik batu, dan menembaki para musuh yang muncul di belakangnya sampai habis. Ia langsung mengganti magazinenya dan menembaki para musuhnya yang baru saja muncul di depannya. Ia langsung berlari ke depan sambil menunduk untuk menembaki musuh-musuh yang berada di kanan dan kirinya. Setelah itu, Ia langsung sibuk berbalik ke belakang untuk menembaki musuh-musuhnya yang bermunculan lagi. Namun, para musuhnya dari kejauhan langsung mengambil kesempatan itu untuk menembaknya. Alhasil lengan kirinya langsung terkena tembakannya. Felix langsung berbalik dan menembaki musuhnya yang berada di dekat dinding bebatuan itu. Ia bangkit dan menembaki mereka yang msih berada di sekitar lorong itu.
Setelah itu, Felix langsung ditembaki dari samping, namun dengan cepat Ia berpindah lorong sehingga tembakan mereka mengenai dinding bebatuan. Felix langsung keluar menembaki mereka, dan bersembunyi lagi. Dan ketika salah satu dari mereka mengganti magazinenya. Ia, langsung keluar dan menembaki mereka semua. Namun, dari arah kirinya Ia langsung ditembaki oleh salah satu musuhnya. Seketika itu, Felix langsung melemparkan senjatanya ke kepalanya karena sudah kehabisan peluru lagi. Lalu, Ia langsung mengambil Heckler & Koch P30L dari sakunya dan menembakinya. Kemudian, Ia menemnaki musuhnya yang lain sampai pelurunya habis. Setelah itu, Ia langsung mengambil Kel-Tec KSGnya yang terikat di balik jasnya, lalu menembaki musuhnya dengan senjata tersebut. Lalu, Ia langsung berlindung di baik dinding bebatuan lainnya ketika Ia ditembaki dari kejauhan.
Tak lama kemudian, musuhnya yang lain mendatanginya, dan Felix langsung menembaknya. Tiba-tiba salah satu musuhnya yang bersembunyi muncul di dekatnya dan langsung mencoba merebut senjatanya. Felix langsung memukulnya dengan senjatanya, dan membantingnya. Setelah itu, Ia langsung menembaki musuh yang muncul di belakang dan di depannya. Kemudian, salah satu musuhnya mencoba merebut senjatanya, dan Felix langsung mendorongnya sampai ke dinding bebatuan itu sambil mengisi peluru shotgunnya dengan cepat, Ia langsung menembaknya tepat di dadanya.
Setelah itu, Ia langsung pergi melangkah ke lorong lainnya.
Dor!
Tembakan musuhnya langsung meleset karena Felix menahan tangannya, dan membantingnya. Setelah itu, Ia langsung menembaki musuhnya yang lain yang muncul dari lorong di depannya. Kemudian, Ia langsung mengisi pelurunya lagi, dan menembak musuh yang baru saja Ia banting.
Dor! Dor! Dor! Dor!
Peluru itu nyaris mengenai Felix. Tepat pada saat itu, Ia langsung menembak bahu penjaga tersebut beserta kepalanya. Setelah itu, Ia langsung menembaki musuhnya yang muncul di depannya lagi.
Dor! Dor! Dor!
Peluru-peluru itu lagi-lagi meleset mengenai dinding batu belakang Felix. Dengan cepat, Ia mengisi pelurunya dan menembakkannya.
Dor! Dor! Dor!
Tembakan itu mengenai mayat musuhnya yang Felix gunakan sebagai tameng. Tepat pada saat itu, Felix langsung melemparkan mayat itu kepada penjaga yang menembaknya, dan langsung mendekat sambil menembak kepalanya.
Di sebuah gedung, Michael yang masih terluka, kini mengeluarkan senjata DTA Stealth Recon Scout dari tas hitamnya, dan langsung memasangnya. Kini, Ia melihat salah satu musuh yang berada di belakang Victor yang sedang sibuk dengan laptopnya. Ketika Ia mau menembaknya kepala pria tersebut, tembakannya langsung meleset mengenai patung dekorasi di sebelah Victor karena tiba-tiba Michael langsung disekap dari belakang.
Victor langsung menunduk dan melihat seseorang dibelakangnya yang langsung menembakinya. Victor pun merangkak ke bawah sofa untuk mendekati pria tersebut.
Dor! Dor! Dor!
Tembakan pria itu langsung meleset ke arah lainnya, karena Victor langsung menahannya, dan memukul tangan pria itu sampai Ia melepaskan pistolnya. Seketika itu juga, Ia langsung mencekik pria itu sebentar, dan ketika pria itu mau menyerangnya. Ia langsung membantingnya. Pria itu bangkit dan langsung meninju lengan Victor serta kepalanya. Setelah itu, Ia langsung membanting Victor. Kemudian, Victor langsung bangkit da saling beradu kekuatan hingga membuat perabotan yang ada di sana hancur. Setelah itu, musuhnya langsung mencekik Victor dengan lengannya dari belakang. Tepat pada saat itu, juga Victor langsung membantingnya. Pria itu langsung menahan salah satu lengan Victor dan memukuli perut Victor.
Ia langsung membalasnya dengan membanting musuhnya ke meja sampai mejanya patah. Setelah itu, Ia langsung menghantam musuhnya berkali-kali, dan melempar musuhnya tersebut ke dinding kaca sampai pecah. Kemudian, Ia langsung mengambil sebuah kabel baja dan mengikatnya ke leher musuhnya sampai Ia mati.
Hailey mengeluarkan pistolnya dan bersiap-siap untuk menembak pria asia yang berada di depannya. Tiba-tiba, pria asia lainnya muncul di dekatnya dan membuang pistolnya, sambil memukul lehernya dan menendang Hailey sampai ke dinding kaca hingga pecah. Pria itu langsung menginjak Hailey. Namun, Ia langsung berbalik menghindar, dan langsung bangkit. Pria itu langsung menendangnya lagi, tetapi kali ini Hailey langsung menangkisnya. Setelah itu, pria yang lainnya langsung melakukan flying double kick yang membuat Hailey terjatuh. Hailey langsung bangkit, dan pria tersebut menendangnya lagi. Namun, Hailey langsung menangkisnya dengan lengan kanannya. Pria yang satunya langsung menendangnya lagi dengan kakinya lagi, tapi Hailey langsung menangkisnya lagi dengan lengan kirinya.
Melihat pria itu mau menendang lagi, Hailey terus mundur sampai akhirnya kepalanya terkena tendangan musuhnya dua kali hingga membuatnya terlempar ke dinding kaca sampai pecah. Hailey langsung bangun, dan musuhnya tersebut terus menendangnya lagi dan lagi sampai ke dinding kaca lainnya sampai pecah.
Buak!
Prang!
Buak!
Prang!
Kaca lainnya pecah karena tendangan pria asia itu.
Buak!
Prang!
Tendangan lainnya mendarat dari kedua pria itu.
Ketika salah satu pria itu menendangnya lagi, Hailey langsung bangkit. Namun, langsung disambu oleh kedua tendangan dari kedua pria tersebut hingga dinding kaca lainnya pecah. Hailey yang masih dalam tersungkur itu, langsung mengambil pistolnya dan mengarahkannya ke depan, tetapi mereka sudah hilang. Hailey pun bangkit berdiri, dan berjalan ke lorong-lorong kaca itu lagi.
Tiba-tiba pistolnya langsung dirampas, lengannya ditahan, dan Ia langsung dihantam tepat di kepalanya. Kemudian, pria lainnya langsung, menendang perutnya lagi. Ditambah serangan sikutan dari pria asia lainnya. Lau pukulan lainnya dari musuh yang manahannya. Hailey langsung meyikut perut orang yang berada di sebelahnya. Namun, pria yang menahannya langsung menendang kepalanya. Hailey langsung berbalik menendang kaki pria itu sampai terjauh sehingga dia melepaskan genggamannya pada tangan Hailey. Namun, musuh yang lainnya langsung menendangnya ke dinding kaca sampai pecah lagi. Ketika Hailey mau mengambil pistolnya yang tergeletak di sebelahnya. Salah satu pria asia itu langsung menendang pistolnya menjauh darinya. Kemudian, pria itu memutar pedangnya dan menebasnya kea rah Hailey, tetapi Ia langsung bangkit menghindar. Dan, ketika pria itu menebasnya lagi, Hailey langsung menahannya sehingga pedangnya langsung menggores ke kaca lainnya.
Setelah itu, Hailey langsung meninju kepala pria tersebut dan membantingnya. Hailey pun langsung mengambil pistolnya yang tergeletak itu. Namun, salah satu musuhnya langsung mencoba merebutnya.Hailey pun, tidak mau kalah, Ia masih tak mau melepaskan senjatanya dan mengarahkannya kea rah lain sehingga pistol itu langsung menembakkan pelurunya ke arah lain. Pria itu langsung menghantamkan lengan Hailey sehingga dia melepaskan pistolnya. Hailey langsung membalasnya dengan menendang kemaluan pria tersebut.
Pria itu meringis kesakitan, lalu mengeluarkan pedangnya.
Syut!
Hailey langsung menghindari tebasan pedang tersebut, dan menahan tangan musuhnya. Ketika musuhnya mau menusukkan pedangnya ke perut Hailey, Ia langsung menghindar lagi dan menahan tangannya, lalu mengarahkan pedang tersebut ke arah cermin kaca, sehingga pedang tersebut menggoresnya.
Syut!
Hailey langsung menunduk ketika musuhnya menebaskan pedangnya.
Syut!
Lagi-lagi Hailey langsung menunduk dari tebasan musuhnya. Dan seketikaitu Ia menyekap musuhnya dari belakang dan menggunakannya sebagai tameng saat musuhnya yang tadi Ia buat pingsan, sekarang bangun dan menyerangnya menggunakan pedang.
Syut! Syut! Syut! Syut!
Semua tebasan dari musuhnya langsung mengenai musuhnya yang digunakan sebagai tamengnya. Dan ketika tebasan terakhir memenggal kepala musuhnya, Hailey langsung membuang musuhnya yang sudah mati itu.
Syut!
Hailey langsung mundur dari tebasan itu, sehingga serangan pria itu mengenai cermin kaca.
Syut!
Hailey langsung menghindari serangannya lagi.
Syut!
Tebasan itu nyaris mengenai perutnya. Tak lama kemudian, Ia langsung menahan tangan musuh yang memegang pedang tersebut, lalu mematahkan lengannya sehingga Hailey dapat merebut pedangnya. Setelah itu, Ia langsung menebaskannya ke leher musuhnya berkali-kali. Dan akhirnya Ia menendangnya ke cermin kaca sampai pecah.
"Dua assassins ninja melawan satu perempuan itu tidak adil, mate." Gumam Hailey
Setelah mematahkan kepala musuhnya, Zurt mendengar langkah kaki di sekitar hanggar pesawat. Ia langsung menyeringai dan tertawa jahat, bersamaan dengan matanya yang langsung berganti warna menjadi merah.

Zurt langsung muncul di belakang pria jepang yang memegang pedang dan Ia lansung memukul pria tersebut dari belakang, kemudian menahan lengan kanan yang digunakan untuk memegang pedangna. Dan Ia pun menyikut kepala pria tersebut. Setelah itu, Ia langsung menghantamkan kepala pria tersebut ke dinding sebelahnya dua kali. Pria itu memukul Zurt dua kali, namun Zurt langsung menangkis serangannya. Dan membanting pria tersebut.
Musuhnya langsung bangkit dan mengambil pedangnya yang tergeletak lalu menebaskan pedangnya ke Zurt. Namun, Zurt langsung menghindari tebasan-tebasannya. Kemudian, Zurt langsung merampas pedangnya tersebut.
Syut!
Musuhnya langsung menunduk dari tebasan Zurt. Dan menendang Zurt di kepalanya, yang membuat Zurt melepaskan pedangnya sehingga direbut oleh musuhnya. Ketika musuhnya ingin menendangnya lagi, Zurt langsung menunduk, dan menghindari serangan-serangan musuhnya.
Syut!
Zurt langsung menghindari tebasan pedang beserta tendangan pria jepang itu. Ia langsung menahan tangannya, dan menghantam kepala musuhnya berkali-kali dengan kepalan tangannya. Zurt langsung menghantamkan musuhnya ke sebuah sayap pesawat sambil merampas pedang musuhnya tersebut. Dan menyerangnya dengan pedangnya, tetapi musuhnya langsung menghindarinya. Ketika, Zurt menusukkan pedangnya lagi, musuhnya langsung menahan lengan Zurt sehingga pedang tersebeut menggores sirip pesawat.
Zurt langsung menendang kedua kaki pria tersebut, dan mendorongnya ke kaca cermin sampai pecah. Zurt langsung menendang pria yang tersungkur itu. Setelah itu, musuhnya langsung bangkit sambil menendangi Zurt. Namun, Zurt langsung menangkisnya dengan lengannya. Setelah itu, Ia angsung menusukkan pedangnya ke leher musuhnya, dan menebaskan pedang tersebut ke kaki musuhnya sehingga membuat musuhnya pincang.
Ia langsung berbalik menyerang Zurt lagi dengan tinjuan dan tendangannya. Namun Zurt langsung menangkisnya. Dan menusukkan pedangnya ke perut musuhnya. Zurt langsung membantingnya, da menusukkan pedangnya lagi ke jantung musuhnya. Kali ini, tusukannya benar-benar menembus sangat dalam.
"Aku benci peraturan, bahwa aku tidak boleh menggunakan kekuatanku. Aku bisa saja membakarmu, tanpa membuang waktuku." Gumam Zurt
***
Semenjak Draco menghancurkan hatinya, ditambah lagi kematian ayahnya. Laura berubah menjadi orang yang kasar dan tidak peduli dengan orang disekitarnya. Dia menjadi orang yang semena-mena. Dia bahkan sudah berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya, karena pekerjaannya sebagai Bounty Hunter. Ditambah lagi dengan pekerjaan itu, Ia juga bisa mengenal dan terkadang bekerja sama dengan Hailey Dwyne. Laura yang awalnya sangat rajin dan tak pernah tidur di kelas menjadi pemalas yang selalu tidur di kelas, Ia kini hanya belajar dengan sistem kebut semalam saja, Ia sangat gemar untuk membolos kelas, dan malah menghadiri bar ataupun merokok di tempat lain. Ia bahkan pernah memukul guru yang memarahinya, Ia pun juga tak segan-segan memukuli teman-temannya. Dan hanya menahan diri untuk menunggu kesempatan besar datang. Betul seperti apa kata Zurtmotrius, Laura seperti Draco versi perempuan. Kini kuliah pertamanya dimulai dengan kesialan bagi Laura.
Sial! Sial! Sial! Aku terlambat untuk datang di kuliah pertamaku untuk ke kelas sejarah yang membosankan! Jika Mr. Dumb (Mr. Dash) yang membosankan dan yang terdengar killer itu menghukumku! Aku akan mempermalukan keparat itu! Batin Laura sambil berlari sambil memainkan ponselnya itu.
Tiba-tiba saja terlintas di kepalanya perkataan Hailey untuk lebih menjaga sikap di sekolah baru ini agar tidak kelihatan mencolok.
Sial! Aku hanya bisa diam saja kali ini untuk menemukan mangsaku!
Bruk!
Laura langsung menabrak seseorang yang memiliki tubuh besar yang membuat tubuhnya langsung terjatuh ke bawah.
"Fuck You!" Umpat Laura
"Perhatikan langkahmu, tuan putri." Kata Draco yang memakai black leather jacket disertai kaos hitam dan celaja jins hitamnya.
"D-draco?! What The Fuck?! Aku pikir kau tidak akan masuk terlebih dahulu sebelum aku? Tapi kau sudah mendahuluiku masuk kuliah duluan? Sejak kapan kau masuk?"
"Rahasia." Kata Draco sambil terkekeh kecil.
"Wajah tampan menyebalkanmu itu membuatku ingin menonjokmu." Kata Laura
"Terimakasih! Kata Draco
"Apa?! Aku tidak-
"Yo! Draco! Want to come with us?" Panggil teman-temannya itu.
"Sure, mate!" Balas Draco sambil mengikuti teman-temannya itu.
"Sejak kapan dia bisa berbaur dengan banyak teman-teman itu?"
Setelah masuk kelas, beruntungnya Laura bahwa Mr. Dash tidak ada disana. Kelas berlangsung ramai sebagian bercerita, sebagian lagi tertawa lepas. Namun, ketika Laura memasuki kelas. Keramaian kelas langsung terhenti seketika. Dan digantikan dengan tatapan mereka yang berada di kelas itu langsung memandang Laura. Namun dibales dengan tatapan peduli setan dari Laura. Sampai pandangannya bertemu dengan Cassie Alexxandra, mantan anggota The Black Cobra yang tak lain adalah sahabat lamanya.
"Cassie?" Tanya Laura sambil menaikkan alisnya.
Cassie melirik Laura dengan tatapan sinis.
"Kau dekat dengan anak baru itu?" Tanya salah satu teman Cassie.
"Tidak." Balas Cassie
What The Fuck Cassie?! Batin Laura sambil duduk di salah satu bangku kosong itu.
Tak lama kemudian, Draco pun masuk kembali bersama teman-temannya sambil bercanda. Setelah itu, Draco langsung menaruh sebuah kotak kayu, tepat di meja Laura. Ia pun membuka kotak tersebut.
"Aaaccckk!"
Laura langsung spontan berteriak kaget karena menemukan sekumpulan cacing di kotak tersebut yang langsung membuat Draco dan segerombolan teman-temannya tertawa terbahak-bahak
"Son of a bitch! Fuck you bastard!" Umpat Laura sambil melemparkan ponselnya ke kepala Draco.
Kelas yang ramai itu langsung terhenti ketika Mr. Dash memasuki ruangan. Namun, Draco tetap masih diam-diam mengganggu Laura.
Perjalanan menuju kelas lain tidaklah mudah. Banyak yang menatap Draco dengan tatapan liar seperti mangsa dan banyak pula yang menatap Laura dengan tatapan sinis.
Uggghhh... Perjalanan ini lebih mudah ketika saat kita sma.
"Fuck My Life!" Umpat Laura pelan. Namun, Draco masih bisa mendengarnya.
"Jangan dipedulikan. Biarkan saja mereka, lagipula ini adalah sandiwara. Dan aku sudah lulus dari kuliah matematika setahun yang lalu." Kata Draco pelan
"Ugh... Tentu saja kau sudah mempelajari metode tranchtenbergh dari kecil." Balas Laura
"Sebentar lagi ada kuis sastra! Apakah kau tidak belajar?"
"Nope." Balas Draco sambil meminum sodanya.
"Hanya kau satu satunya anak yang kukenal tak pernah belajar tapi selalu mendapat nilai A dikelas."
Kenapa dia bisa dekat dengan Draco?
Draco hanya bisa dekat dengan laki laki saja. Sampai kukira dia itu gay. Jika dengan perempuan dia terlalu dingin saat diajak berbicara. Jika dia mau datang ke pestamu, maka dia harus datang bersama teman temannya.
Kenapa gadis bar-bar sepertinya bisa dekat dengan Draco?
Kata-kata yang terus keluar dari mulut beberapa orang disekitarnya lagi-lagi benar-benar membuat Laura risih.
Mereka pun langsung masuk ke kelas lainnya sambil mengambil tempat duduk paling belakang yamg bisa digunakan untuk menjadi peluang mereka untuk tidur.
Tak lama kemudian Mr. Eric masuk ke kelas sambil menyambut mereka sinis. Dan tanpa basa-basi lagi, dia langsung membagikan kertas-kertas kepada para muridnya.
Oh Fuck! Guru killer yang lainnya? Benar-benar sempurna. Umpat Laura
Semua murid langsung memegang kepalanya masing-masing karena tak mampu menjawab pertanyaan tersebut, kecuali Laura yang sudah mengerjakan 35 soal dari 50 soal.
Aku senang sekali soal yang keluar sesuai dengan pikiranku Batin Laura
Tak lama kemudian Draco sudah selesai dan menjadi orang pertama yang menyelesaikan quiz itu. Semua mata tertuju kepada Draco sekilas dan kembali mengerjakan soal mereka lagi. Mereka kelihatannya sudah mulai terbiasa kepada Draco yang sering maju duluan dan mendapatkan nilai bagus di kelas.
"Kenapa aku tidak kaget?" Gumam Laura sambil memutar bola matanya dan kembali mengerjakan soalnya.
Tak lama kemudian Laura pun akhirnya selesai mengerjakan soal quiznya tersebut.
"Laura! Apa yang kau sembunyikan?"
Laura langsung menyernyitkan dahinya.
Mr. Eric langsung menghampirinya dan mengambil catatan contekan di bawah kursi Laura.
"Menarik juga, kalau kau menemukan ini di lantai. Apa kebetulan juga bahwa isi kertasnya berhubungan dengan ujian kali ini?"
Itu tulisan Cassie?!
Laura langsung menatap ke arah Draco karena mengira Draco menjahilinya lagi, tapi ketika Ia mendapati Draco dengan tatapan bingung dan terkejut, maka Laura langsung tahu bahwa bukan Draco yang melakukannya.
"Aku tidak menulisnya! Tulisanku yang berada di lembar jawaban dan di catatn tersebut berbeda-
"Kalau begitu ini milik siapa?! Apakah ini milikmu?" Tanya Mr. Eric ke salah satu dari mereka.
"Bukan."
"Apakah ada diantara kalian yang memiliki catatan ini?!"
"Tidak ada." Kata satu kelas tersebut dengan bersamaan.
"Tidak ada yang memiliki catatan ini dan kau menyangkalnya? Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri karena berbuat curang, pantas saja kau dapat mengerjakan quiz dengan cepat." Kata Mr. Eric
"Tidak ada pencuri yang mengaku bahwa dirinya mencuri sampai Ia akhirnya terpojok karena ketahuan dan tak punya pilihan lain selain mengatakan kebenaran." Kata Draco sambil berdiri dari bangkunya dan mengambil catatan contekan tersebut dan juga mengambil lembar jawaban milik Laura.
"Neil! Bisakah kau lihat tulisan ini dan katakan bahwa tulisan ini mirip atau berbeda?" Tanya Draco kepada salah satu teman kulit hitamnya itu.
Neil langsung bangkit dari kursinya dan melakukan seperti apa yang dikatakan Draco.
"Bung! Itu jelas-jelas tulisan yang berbeda." Kata Neil sambil kembali duduk di kursinya.
"Lihat? Laura bilang itu bukan catatannya, kenapa kau masih menuduhnya? Jika kau tak punya bukti kuat, kau seharusnya tidak menuduh seseorang yang bahkan tidak berbuat kesalahan." Kata Draco yang berhasil membuat Mr. Eric bungkam dan langsung kembali ke tempat duduknya.
Disisi lain terdapat tatapan sinis dari beberapa orang wanita disana.
"Kelas selesai. Kalian boleh pulang sekarang!"
Laura langsung melangkah pergi sambil membawa tasnya untuk cepat-cepat enyah dari ruangan itu. Diikuti dengan langkah kaki Draco yang menyandang tasnya sambil membawakan soda dan ponsel miliknya.
"Kau menjatuhkan ponselmu." Kata Draco sambil memberikan ponsel berwarna putih itu kepada Laura.
"Kenapa dia setega ini padaku?! Dia adalah sahabatku! Dan aku tak mengerti kenapa dia bisa setega ini padaku! Sialan! Arggghh! Tidak ada yang percaya kepadaku! Meskipun aku kini malas, tapi aku tidak akan mencontek!" Laura mengumpat terus menerus.
"Aku percaya padamu, kok." Kata Draco
"Cassie sialan!"
Hari ini para mahasiswa di kampus ini membicarakan tentang pesta ulang tahun Laura yang katanya seru. Tetapi, Laura memilih untuk peduli setan dengan hal tersebut. Ia sudah muak dengan Cassie.
"Aku mengerti perasaanmu juga." Tambah Draco
Laura langsung menghentikan langkahnya.
"Jika kau mengatakan itu untuk terlihat baik di depanku, maka itu tidak akan berhasil. Bagaimana kau bisa mengerti perasaanku? Kau sudah punya gadis-gadis cantik, mobil-mobil mewah, mansion, berlian, dan uang yang tak ada habisnya-
Laura langsung menutup mulutnya setelah sadar dengan apa yang Ia katakan.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk-
"Aku mengerti kau marah dan kau mengucapkan sesuatu yang sembarangan. Tapi, aku tahu rasanya dikhianati oleh sahabat sendiri, dituduh oleh kesalahan yang tidak kamu perbuat, dan tidak bisa mengungkapkan isi hatimu, kau merasa mulutmu bungkam." Kata Draco
"Hei, Drac apakah kau bisa datang ke acara ulang tahunku nanti?" Tanya Cassie
Kata katanya yang sok manis membuat Laura merasa tidak nyaman sehingga Laura langsung merebut soda milik Draco dan meminumnya.
"Tentu, aku harus datang bersama dengan Laura."
Mendengar itu Laura langsung tersedak minumannya dan menatap Draco tajam.
"Ba-baiklah. Sampai jumpa lagi." Kata gadis itu.
"Kau tak perlu khawatir, Laura. Memangnya hal buruk apa yang bisa terjadi?" Kata Draco meremehkan.
Segitu mudahnya dia bilang tidak usah dengarkan mereka. Aku seakan-akan sudah direncanakan kematianku oleh para siswi disini.
***
Malam itu Draco dan Laura akan datang ke acara ulang tahun Cassie. Dengan rambut cokelat terurai, Laura sudah siap dengan memakai dress hitam dengan high heels hitamnya.
Ting! Tong!
Bel apartementnya berbunyi dan Laura langsung membukakan pintu untuknya. Dan tampaklah Draco yang muncul dengan jas hitam pula dengan sisiran slick backnya sehingga mereka terlihat serasi. Ditambah lagi mereka mempunyai warna rambut cokelat yang sama.
"Kau terlihat cantik dan sexy. Kita terlihat seperti pasangan mafia yangserasi, sayang." Kata Draco
"Terserah." Kata Laura sambil memutar bola matanya.
Sesampai disana dengan mobil lambhorgini Sian Roadster biru metalic milik Draco. Banyak yang menatap mereka dengan tatapan kagum, iri, dan sinis.
Draco langsung mengeluarkan botol kotak whiskeynya dan meminumnya.
"Kukira kau berhenti minum alkohol?" Tanya Laura
"Aku mengurangi bukan berhenti." Kata Draco sambil memasukkan botolnya kembali dari balik jasnya.
"Mau berdansa denganku?" Tanya Draco
"Tentu."
Mereka berdansa cukup lama, dan semakin lama ruangan itu semakin ramai.
Tiba-tiba Cassie menghampiri mereka dengan sambutan genit kepada Draco.
"Ini hadiahmu." Kata Draco sambil mengeluarkan kotak kecil dari balik saku jasnya.
"Terimakasih Draco! Kamu baik sekali!" Katanya sambil memegang tangan Draco dan memeluknya.
Laura langsung memutar bola matanya lagi dan langsung melangkah pergi. Tapi, Draco langsung menyusulnya, kemudian menahan tangannya.
"Oi! Aku belum selesai denganmu! Ada apa?" Tanya Draco
"Kau kan tidur dengan hampir seluruh wanita dan gadis di Los Angeles, kenapa kau tidak ridur dengan Cassie Alexxandra juga?"
"Kau cemburu, ya?" Balas Draco
Laura terdiam sejenak.
"Iya, aku cemburu. Lalu kenapa?" Balas Laura sambik menoleh ke arah lainnya yang langsung membuat Draco tertawa.
"Aku tidak akan pernah mau tidur dengannya. Aku lebih baik tidur dengan jalang di club dari pada dia. Jika itu yang kau khawatirkan." Kata Draco
Dia bertindak seolah tidak ada yang terjadi.
"Kau tak mengisi kotak itu dengan cacing, kan?" Tanya Laura
"Tentu tidak, karena Zurtmotrius melarangku. Jadi aku mengisinya dan cincin berlian. Walaupun aku sangat ingin memasukka isi perut manusia, sih." Kata Draco sambil tertawa yang juga membuat Laura tertawa. Setelah itu Laura langsung duduk di sebuah bangku kosong disana.
"Kau mau minum?" Tawar Draco
"Tentu."
Draco langsung memberi Laura gelas minuman. Setelah itu, ponsel Draco berdering dan Draco langsung mengangkat telefonnya. Kemudian melangkah pergi ke arah lain. Laura pun langsung meneguk minumannya, ketika Draco tak muncul-muncul.
Kemana bocah itu?
Dia yang mengajakku tapi dia malah menghilang, sialan!
Dia memang selalu saja begitu, selalu meninggalkanku.
"Hei, Laura! Kemana Draco? Dia meninggalkanmu? Sungguh tega? Dia selalu begitu pada wanita yang dia anggap tak berharga. Hampir seluruh wanita yang tidur dengannya langsung dicampakkan olehnya." Kata salah satu gadis genit teman Cassie.
Dasar jalang keparat! Batin Laura
"Tentu saja, dia kan raja Los Angeles." Kata salah satu temannya lagi.
Raja Sex Los Angeles! Batin Laura
"Dia pergi untuk menyelesaikan urusan perusahaan." Kata Laura
"Lalu kenapa kau masih disini?" Tanya Cassie sinis
"Aku baru saja mau pergi, tapi kalian menahanku untuk berbicara dengan kalian." Kata Laura sambil memanggil taxi dan cepat pergi dari tempat itu.
Sesampai di apartementnya, Ia langsung mengganti bajunya dengan hoodie dan celana training hitam. Kemudian, Ia langsung menyalakan TV besarnya.
"Terjadi pembunuhan di sudut kota malam ini dengan leher terkoyak, diperkirakan ini adalah serangan bintang buas seekor serigala. Lebih tepatnya pembunuhan terjadi di gereja yang berada di sudut kota, leher sang pastor tewas dan gerejanya terbakar. "
"Binatang buas di sudut kota? Yang benar saja?" Kata Laura
Deg!
Laura langsung mengambil ponselnya dan menelfon Draco
"Hei! Jangan bilang berita di televisi itu ulahmu!"
Ratatatatatatatata!
Suara tembakan thompson terdengar jelas dari panggilan ponsel Draco.
"Draco! Apa itu?!"
"Maaf sayang! Aku harus pergi berburu manusia. "
Tut!
Laura langsung pergi ke luar rumah untuk membeli minum di bar. Setelah beberapa jam menghabiskan waktunya di bar, Ia pun langsung pergi ke supermarket untuk membeli sebotol jus. Kemudian Laura pulang dengan melewati lorong yang gelap. Tapi Ia merasakan sesuatu yang mengawasinya, tetapi ketika Ia meboleh ke balakang tidak ada apa-apa. Dan ketika Ia baru saja membuka pintu apartementnya, dan menoleh ke belakang, Laura langsung terkejut Draco dengan jas hitam tiba-tiba berada di depannya.
"Kau mau membuatku terkena serangan jantung saja! Jangan pernah lakukan itu!"
"Apa yang dilakukan seorang gadis berjalan pulang malam malam begini?" Tanya Draco yang langsung masuk ke kamar apartementnya.
"Aku hanya membeli sebotol jus, dasar bodoh! Lagipula aku bisa menjaga diriku sendiri. Apakah aku lupa kalau aku adalah gangster?! Jeezz… Eat a dinner!" Kata Laura sambil mengunci pintu kamar apartementnya.
"I did."
"Cereal and alcohol doesn't count." Balas Laura
"Tidak ada yang akan menyakitimu lagi atau aku akan membunuh mereka."
"Bagaimana kau menghancurkan monster tanpa menjadi monster? Karena dibutuhkan monster untuk menghancurkan monster." Kata Laura
"Apakah aku penjahat dalam ceritamu?" Tanya Draco
"Penjahat itu hanya korban yang ceritanya belum diceritakan. Kamu memakai topeng begitu lama, kamu lupa siapa kamu di bawahnya. Lepaskan topeng ketika kamu berbicara denganku."
"Aku tersesat berpura-pura menjadi manusia." Ucap Draco
"Jadi siapa kamu? Kematian?" Tanya Laura
"Kadang-kadang ... tapi tidak hari ini."
"Kamu memakai bau darah dan kematian seperti parfum. Aku menemukan begitu banyak keindahan dalam kegelapan karena aku telah menemukan banyak kengerian dalam terang." Kata Laura
"We are all adicted that something that ruins us." Kata Draco sambil memegang dagu Laura dan menempelkan bibir Lura ke bibirnya, Draco melumat bibir Laura lembut, dan Laura pun membalas ciumannya. Ciuman itu berakhir ketika mereka berdua mulai kehabisan nafas, dan Laura langsung mngistirahatkan kepalanya di pundak Draco
Kemudian Draco langsung menjilat dan menggigit leher Laura. Kemudian menghisap darahnya.
"S-sakit…"
Draco langsung melepaskan gigitannya.
"Sial! Aku kelepasan. Maaf." Kata Draco sambil mengusap darah yang ada di bibirnya.
"Shut up." Kata Laura sambil mencium Draco lagi.
***
Laura pun terbangun keesokan malamnya dengan tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.
"Fuck me! Jam berapa ini?! Kemarin itu bukan mimpi?! Apa-apaan yang kupikirkan?! Rasanya aku mau mati!" Umpat Laura sambil menuju kamar mandi dan melihat ada berbagai tanda di tubuhnya.
"Bagaimana karya seniku, nona?" Kata Draco tiba-tiba yang berada di belakangnya.
"Oh Fuck!"
Di tempat lain…
Sebatang rokok itu sudah berada diantara bibir Zurt, setelah itu Ia menyalakan korek apinya.

"Hanya ada satu pemenang. Jika kalian memenangkan balapan ini, maka kalian akan mendapatkan semua mobil dari para peserta balapan beserta uang senilai miliaran dollar." Kata Zurt sambil menghisap rokoknya dan menghembuskan asap itu ke udara.

Tiba-tiba muncullah Lamborghini metalic tepat di depan mereka. Dan muncullah seorang Draco bersama dengan Laura.
"Aku harap kalian punya satu ruang lagi untukku! Ditambah lagi kita bisa tambah hadiahnya dengan siapapun yang menang akan mendapatkan wanita ini sebagai hadiah!" Kata Draco
"Draco! What the fuck asshole?!" Umpat Laura
Draco tidak mendengarkan Laura, begitu pula dengan mereka yang sibuk masuk ke mobil mereka.
"Oh Motherfucker! Fuck My Life!"
"Sebaiknya kau menang dickhead ass." Gumam Laura
Mobil mereka langsung melaju dan berbelok-belok untuk melewati mobil-mobil biasa di jalan yang lumayan ramai tersebut dari arah berlawanan. Mobil Draco langsung berbelok ke tikungan dan masuk ke dalam gang yang dilewati oleh beberapa orang dan juga dilewati oleh berbagai banyak kendaraannya yang lewat di jalan yang lain.
Duak!
Salah satu mobil peserta balapan liar tersebut langsung ditabrak oleh truk besar
"Holly shit!" Umpat salah satu dari mereka ketika Ia menabrak pembatas jalan dan mobil lainnya.
Draco terus nyaris menabrak orang dan mobil-mobil orang-orang yang berlalu lalang daritadi. Setelah itu, Draco langsung muncul di belakang mereka dengan berbelok-belok menghari tabrakan dari mobil lain.
Ia terus melaju dan menyalip mobil-mobil musuhnya. Ia bahkan langsung berbelok ke arah lain hingga melaju mundur ketika ada mobil yang tertabrak yang berguling nyaris mengenainya.
Kini Draco bersaing dengan bugatti chiron supersport di sebelahnya.
Draco pun langsung menyalakan NOSnya sehingga membuatnya melaju kebih cepat.
Tak lama kemudian, pemilik bugatti Chiron tersebut juga menyalakan NOSnya. Ketika dia mendekati mobil Draco, dan hampir berhasil menyalipnya. Draco langsung menyenggol bagian belakang mobil tersebut dengan mobilnya sehingga mobilnya berputar ke arah lain. Sedangkan, Draco masih melaju hingga ke garis finish.
"Pssttt amatir." Gumam Draco sambil menginjak remnya dan keluar dari mobilnya.
"Tolong kau urus mobil-mobilnya untukku, Zurt." Kata Draco kepada Zurt.
Draco langsung menggendong Laura masuk ke mobilnya.
"Kau sengaja mengalah dan bersenang-senang di awal untuk membuatku sakit jantung?! Aku kira kau akan kalah." Kata Laura
"Oh please! Aku adalah adik Charlie si raja balapan liar! Mana mungkin aku kalah?" Kata Draco
"Douche crap." Umpat Laura
"Berhentilah mengumpat atau aku akan memperkosamu di mobil." Kata Draco yang langsung membuat Laura bungkam.