webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Action
Not enough ratings
76 Chs

Part 49

Time doesn't heal anyting. It just teaches us how to live. Learn from yesterday, life for today and hope for tomorrow. Let them leave because right people will stay. If a lie keeps my sons safe even though everyone hates me then let it be because I will do anything to look after my children." ~ Charles

Hari demi hari berlalu.

Semenjak kedatangan Kenneth. Kenneth selalu menempel pada Draco menggantikan Stephen yang menghilang. Kenneth adalah anak yang kekanakan, sangat polos dan kurang mengetahui isi dunia, jadi Draco harus mengajari Kenneth beberapa hal yang harus ia ketahui. Disisi lain, Robert cemas pada anaknya yang menghilang tanpa jejak. Ia terus mencarinya namun nihil.

Hubungan Charles dan Draco makin dekat. Dikarenakan Charles selalu muncul dan mengganggu Draco. Charles juga selalu memata matai Draco dan menguping Draco ketika bersama Laura.

Pertemanan Laura dan Draco pun semakin dekat layaknya sahabat sejati. Ditambah lagi Laura lebih banyak menghabiskan waktu bersama Draco dan Kenneth daripada teman temannya dan pacarnya. Hal itu membuat Richard jengkel. Namun Richard tidak akan berani menyakiti Draco dan Kenneth karena Laura.

Kekuatan vampir Draco bertambah dan semakin sering Draco hilang kendali di saat malam hari. Dia selalu menyerang apapun di saat sepi. Karena keseringan membunuh beberapa orang mengetahuinya dan beberapa ingin membunuh dan menangkapnya. Namun Draco selangkah lebih pintar daripada mereka. Dia tak pernah memberitahukan hal ini pada siapapun. Hasrat membunuh Draco makin menambah dan sekarang ia tak punya belas kasihan. Hanya saat di sekitar orang orang yang ia kenal ia bersikap normal. Ia menyimpan semua rahasia itu sendiri. Namun hari ini semua akan terbongkar.

The Fallen Knights

Charles Kingstone (Vampire)

Edward Kennedy (Vampire)

Billy Foster (Vampire)

Annie Foster (Vampire)

Cassius Winstone (Half Witch, Half Vampire)

Caspian Barker (Vampire)

Karen Kimberly (Witch)

"Drac, aku lupa memberitahumu. Malam ini pakailah tuxedo atau jas dengan topeng. Malam ini James akan mengadakan masquerade party. Beberapa teman teman bisnis kami, termasuk keluarga Kingstone dan ketiga teman ayah, kelompok gangster dan kelompok mafia yang datang malam ini." Kata Charlie

"Kau tahu tentang teman teman ayah?" Tanya Draco

"Tidak, tapi ayah memaksaku untuk membawa kedua temannya hanya untuk menemaninya."

"Lalu, dengan para gangsternya?"

"Jika kelompok gangster laki laki kau pasti akan pusing melihat daftarnya namanya namun jika kelompok gangster perempuan-

"Tunggu! Apa mereka The Black Cobra? Siapa saja anggotanya?"

"Yang kuingat hanya Lily Carryne ketua mereka dan anggota yang pernah kita selamatkan dulu yaitu, Cassie Alessandra. Beberapa dari mereka bersekolah yang sama di sekolahmu. Aku tak ingat semua anggotanya. Jika kau ingin tahu kau harus meminta Robert daftarnya. Sekarang aku harus mencari pianist untuk pesta topengnya karena kedua tanganku sedang sakit."

"Kenneth bisa menggantikannya untukmu. Dia mahir memainkan piano."

"Sungguh? Aku akan mengetestnya sekarang. Dimana dia?"

"Entahlah, mungkin sedang makan permen di taman?"

Charlie pun langsung melangkah pergi mencari Kenneth.

***

"BOYS!!!" Panggil Ray sambil mengisyaratkan tangannya.

"Sebelum tamu datang dan pesta dimulai kalian harus ikut aku ke dapur dulu." Kata Ray sambil menuju ke dapur.

Luke kemudian duduk di piano dekat Kenneth sambil meminum bourbonnya dan berkata pada Kenneth.

"Aku punya firasat Ray akan menceramahi kita semua." Kemudian memberikan topeng kepada Kenneth

"Kau lupa memakai topengmu. Ini pesta topeng. Kita tak mungkin berpesta tanpa topeng bukan?"

Kenneth pun tersenyum, kemudian semua anggota Nostra Santino termasuk Kenneth mengikutinya ke dapur.

"Aku mau pesta topengnya berjalan dengan baik."

"Tidak ada perkelahian!" Kata Ray menatap Tom dan Lucas

"Tidak ada balapan!" Kata Ray menatap Charlie dan Draco

"Tidak ada lelucon, menjahili tamu dan semacamnya! Dan jangan mengajarkan Kenneth yang aneh aneh! Atau aku akan membunuh kalian!" Kata Ray pada Luke dan Vincent

"Dan Vincent aku tidak mau ada yang mati karena kecerobohanmu malam ini seperti kau tidak sengaja menembak sandera yang lainnya!" Ucap Ray

"Tidak ada percobaan senjata dan percobaan yang lainnya!" Ray menatap Robert dan Arthur

"Dan Kenneth, apa pun yang dikatakan Vincent dan Luke padamu jangan dilakukan. Mereka anak anak nakal. Jangan dengarkan mereka."

"Aku tak mau ada balapan! Perkelahian! Percobaan! Lelucon! Dan pembunuhan! Aku ingin pesta ini berjalan dengan sempurna! Kalian mengerti?!"

"Ya, kami mengerti!" Jawab mereka

"Bagus, jangan pernah melakukan hal bodoh!" Kata Ray sambil meninggalkan dapur.

"Ini sangat tidak adil dan pestanya bakal membosankan. Padahal dari tadi tanganku sudah gatal untuk melakukan kejahilan."

"Luke, jangan! Ray akan membunuh kita!" Ucap Lucas

"Ray benar benar tak punya selera humor." Ucap Vincent

"Humormu mengerikan Vincent." Ucap Draco

"Apa?! Aku hanya meracuni makanan orang itu di pesta tahun lalu dengan ramuan percobaan baru Arthur. Aku hanya mengetest ramuan itu saja, oke. Tak ada yang perlu dibicarakan tentang humor di pesta yang lalu."

"Oh, Bagaimana dengan membasahi lantai tangga dengan sabun dan air di pesta pesta yang lalu?"

"Aku tak melakukannya! Luke yang melakukannya! Di pesta lalu aku hanya menyandung orang hingga terjatuh di kolam renang!"

"Dan aku jadi disalahkan karena ulah kalian mengotak atik robot pembunuh yang baru saja kuhidupkan dan kutinggal beberapa menit." Tambah Robert

"Aku disalahkan juga karena kau dan Luke memakai serum serum dari laboratorium untuk mengerjai orang." Tambah Arthur

"Oh, ayolah jangan bertindak seolah olah hanya aku dan Vincent yang bersalah. Lucas tidak pandai dalam memikat wanita dan Lucas punya masalah dengan kecemburuannya dan Tom mempunyai masalah dengan emosi sehingga tahun lalu Tom nyaris menghajar orang sampai mati hanya karena dia didorong dan diejek oleh orang mabuk."

"Hei! Kebanyakan masalah dibuat oleh kalian bukan kami!" Ucap Tom

"Baiklah, sudah cukup pertengkarannya. Kita semua bersalah disini karena mementingkan kesenangan diri sendiri. Kita egois. Tapi malam ini kita akan buktikan bahwa kita tak lagi egois. Kita mementing teman kita dan orang lain juga." Kata Charlie

"Aku setuju dengannya, mari kita mencoba untuk tak mengacaukan pestanya." Ucap Robert

***

"Hei! Lihat jagoan ayah yang tampan dengan topeng itu." Kata Charles sambil membawa segelas bourbon di tangan kanannya

"Ayah, juga menakjubkan dengan topeng itu.

"Oh, ayolah jangan kaget kenapa ayahmu ini tak pernah kelihatan tua. Seharusnya aku terlihat berumur 40 an tapi aku malah terlihat seperti 30 an. Meskipun kita vampir namun tubuh kita masih berfungsi dengan baik layaknya manusia." Kata Charles sambil tersenyum

"Ngomong ngomong siapa ketiga teman ayah?" Tanya Draco

"Hanya Edward, Bill dan Annie" Ucap Charles namun senyum Charles menghilang setelah melihat Bill dan adik perempuannya.

"Permisi sebentar anakku, pacarku sudah datang. Aku harus mengajaknya berdansa sebagai pria sejati." Kata Charles sambil menyerahkan minumannya pada Draco dan melangkah pergi.

Seketika itu Robert langsung mendatangi Draco dan menyerahkan berkas data The Black Cobra.

"Ini saja yang mungkin kau butuhkan. Berkas itu sudah lengkap tapi jika kau mau yang lebih lengkap lagi. Bilang saja padaku."

"Baiklah terimakasih Robert." Saat itu juga Robert pun pergi menuju ke dalam.

Draco membuka dan membalik balik berkas data yang diberikan. Semakin membalik semakin terkejut Draco karena beberapa teman Laura ada dalam berkas itu, termasuk Laura. Melihat Edward mendatanginya Draco langsung menutup berkas itu.

"Sejak kapan mereka berpacaran?" Tanya Draco ketika Edward sudah berada didekatnya

"Sejak kau kabur dari mansion Kingstone. Annie benar benar menjadi pengaruh baik bagi ayahmu." Kata Edward sambil merampas minuman yang dipegang Draco dari ayahnya tadi dan meminumnya.

"Jangan terlalu mabuk dulu, aku melihat gadismu dipesta ini."

"Apa? Dimana dia?" Tanya Draco

"Di ujung koridor bersama teman temannya."

Draco langsung menyerahkan berkas itu pada Edward.

"Bisakah kau simpankan ini sementara aku pergi dulu. Berkas ini sangat penting. Jangan kau letakkan ini sembarangan. Kau bisa membacanya tapi jangan beritahu siapa pun."

"Baiklah, biar kutebak. Ini tentang urusan mafia?"

"Tidak, ini hanya masalah pribadi." Kata Draco sambil melangkah pergi menghampiri Laura.

"Halo, gadis gadis. Kalian semua cantik malam ini. Bolehkah aku meminjam teman kalian duluan?"

"Maaf, tapi siapa kau? Apakah kita bertemu? Kau mengingatkanku pada sahabatku. Matanya persis seperti matamu." Tanya Laura

Draco tersenyum

"Anggap saja aku ingin mengajakmu berdansa, tuan putri." Kata Draco mengulurkan tangannya.

Laura pun setuju berdansa dengan Draco. Akhirnya mereka berdansa. Berdansa, selangkah demi langkah yang anggun. Menari di tengah tengah para tamu dan menjadi pusat perhatian orang orang. Setelah selesai berdansa. Draco mengajaknya keluar dari tempat dansa dan mengajaknya ke tempat air mancur di taman.

"Kau benar benar mahir dalam berdansa." Kata Laura dengan tersenyum

"Kau juga, tuan putri."

"Maaf, tapi apakah aku boleh tahu namamu?" Tanya Laura

Draco tersenyum lebar dan menggeleng. Kemudian melepas topengnya.

"Ini aku Laura." Kata Draco sambil tersenyum.

"Apa? Bagaimana kau bisa disini?"

"Kau adalah anggota The Black Cobra terbaru dan aku yakin kelompok gangstermu pasti pernah mendengar kelompok mafia Nostra Santino. Well, aku adalah anggota termudanya. Aku bergabung 2 tahun lalu."

"Apa? Oh, bagaimana aku bisa tak tahu ini? Anggotaku tak pernah bilang tentang kau dan kelompok mafiamu. Aku tak tahu harus bilang apalagi."

"Tak ada yang perlu dikatakan malam ini." Senyum Draco

"Kemarilah aku ingin menunjukkan sesuatu." Ucap Draco sambil mengulurkan tangannya. Di saat Draco mengajak Laura pergi. Edward pun mengikuti mereka perlahan.

Laura pun memegang erat tangan Draco dan mengikutinya.

Draco tetap menggandeng Laura masuk ke dalam hutan.

***

Lucas sedang duduk mengamati beberapa orang bersama Luke.

"Kau tahu apa Lucas. Tanganku sangat gatal ingin menjahili orang."

"Tahanlah nak, tanganku juga sedang bosan dan ingin memukul orang." Balas Lucas sambil meminum vodkanya.

"Jadi kau mau mabuk?"

Lucas langsung menyemburkan minumannya dan tersedak. Ketika melihat sosok yang sedang berbicar dengan wanita berambut platinum blonde. Pria paruh bayah itu tidak mengenakan topeng. Ia berambut platinum blonde, warna mata kanannya biru sedangkan warna mata kirinya coklat kehitaman.

"Lucas! Ada apa?!"

"Collins!" Teriak Lucas

Semua anggota Nosta Santino pun langsung menoleh kecuali Draco begitu pula beberapa tamu. Beberapa orang melepas topengnya untuk melihat apa yang terjadi. Begitu pula pria paruh bayah yang dipanggil Collins tadi.

Seketika itu juga ruangan langsung dipenuhi asap putih tebal. Beberapa bagian mansion meledak bersamaan dengan anak anak buah Collins yang banyak menyerang pesta itu dengan tembak menembak. Semua yang berada di pesta itu pun melakukan perlawanan.

***

"Kita mau kemana? Kita sudah berada sangat jauh dari pestanya." Ucap Laura

"Menunjukkan rahasia terbesarku."

"Aku tak tahu harus mengatakan ini pada siapa. Tapi aku mempercayaimu. Jadi akan kuceritakan semua rahasiaku padamu."

"Apa maksudmu?" Tanya Laura tak mengerti.

"Pernahkah kau merasa putus asa dan tidak punya tujuan sampai sampai ingin mati rasanya. Aku selalu begitu. Aku benar benar tidak punya tujuan lain. Aku sering kali menodongkan pistol ke kepalaku dan ingin mengakhiri hidupku. Aku selalu menyakiti orang orang tanpa alasan. Entah kenapa aku tak memiliki belas kasihan itu. Meskipun mereka menatapku di mataku seakan mereka memohon kepadaku untuk tak dibunuh namun sebagian besar diriku menginginkan membunuh orang terus dan menerus. Seakan akan pikiranku selalu memerintahku untuk membunuh dan menyiksa. Lalu berbulan bulan yang lalu aku dan dua bagian Nostra Santino lainnya ditangkap di sebuah pulau dan dijadikan sebagai tikus percobaan kemudian kami dibebaskan dari sana namun serum serum itu makin membuatku gila. Makin memperbesar hasrat membunuhku. Jadi aku menjauhkan diriku ke semua orang. Aku menyakiti orang yang membutuhkanku Laura. Aku tak bisa mengatasi ini. Aku monster. Aku tak bisa mengendalikan diriku. Aku selalu bilang kepada semua orang aku bisa mengendalikannya namun sebenarnya tidak. Aku selalu berakhir dengan mencabik cabik kepala orang pada akhirnya. Jadi aku selalu berpikir untuk mengakhiri hidupku saja agar orang orang tak terluka. Tapi setiap kali aku ingin menarik pelatuk itu. Aku selalu teringat ayahku, kakakku, semua teman temanku, termasuk kamu. Jadi aku tak bisa membunuh diriku namun aku juga tak bisa menyakiti oramg lain. Aku monster. Aku orang terburuk di dunia untuk kau jadikan teman baik. Aku takut aku akan menyakitimu"

"Tidak, Drac. Kau bukan monster. Aku, kau, teman teman kita pasti pernah selalu membunuh orang. Aku tahu itu salah tapi apa lagi pilihan yang kita punya? Semua tindakan punya resiko. Aku tahu kau bukan monster karena kau teman baikku dan kau takkan pernah menyakitiku. Aku tahu bagian kecil di dalam hatimu tak mau menyakiti orang orang itu." Ucap Laura sambil memegang wajah Draco

"Tidak! Kau tak mengerti! Aku pencabik! Aku pembunuh! Sebelum aku menjadi mafia, darah miliyaran orang sudah ada di tanganku! I'm a beast!" Seketika itu juga mata Draco berubah menjadi merah dan dua taringnya muncul.

"Kau vampir?" Kata Laura sambil melangkah mundur

"Bukan hanya vampir tapi aku juga werewolf." Ucap Draco sambil berubah menjadi werewolf yang besar. Matanya yang merah kemudian berubah menjadi hijau emerald.

"Sekarang kau mengerti kan? Aku monster. Kau pasti takut dan lari sebentar lagi. Sudah kubilang aku bukan teman yang baik untukmu." Kata Draco sambil memalingkan muka

"Tidak! Aku tak takut padamu!" Ucap Laura sambil melangkah maju ke Draco.

"Tapi aku bisa saja menyakitimu sekarang. Aku bisa mencabikmu ataupun meminum darahmu." Ucap Draco sambil menatap Laura

"Kau takkan melakukannya. Kau adalah sahabatku. Aku tahu hatimu tidak akan melakukan itu." Ucap Laura sambil memeluk Draco yang telah menjadi werewolf itu.

Tiba tiba beberapa orang muncul dari balik kayu dan menghujani Draco. Draco pun mengaum. Kemudian melindungi Laura dari peluru itu dengan tangan kirinya dan menyerang dan mencabik orang orang itu. Edward yang dari tadi membuntuti dan menguping semua pembicaraan Draco keluar dari tempat persembunyian mereka dan membunuh semua orang orang yang bersenjata itu.

"Kau lihat Laura. Aku pembunuh. Kau sudah melihat monster yang sebenarnya."

"Tidak. Kau melakukannya karena kau melindungi dirimu. Kau juga melindungiku." Ucap Laura

"Tapi semua ini takkan terjadi jika aku tak selalu hilang kendali. Orang orang itu akhirnya melihatku dan tertarik untuk menangkap dan memburuku."

"Orang orang apa?" Tanya Edward memotong pembicaraan.

"Apa kau membutiku dari tadi?" Tanya Draco sambil merubah dirinya kembali menjadi manusia

"Hei, harus ada yang mengawasimu. Jika kau pernah membunuh miliyaran orang sebelumnya. Aku hanya khawatir kau hilang kendali dengan kekuatanmu yang mulai kembali."

"Apa, dia juga vampir?"

"Ya, vampir yang memburu vampir. Kau tahu, tempat ini tak aman untukmu. Kau harus segera pulang. Ini sudah larut malam. Anak buahku akan mengantarmu pulang untuk berjaga jaga. Aku rasa aku harus membicarakan misi ini antar vampir." Kata Draco sambil menoleh ke Edward.

"Ternyata disini kalian. Kalian jauh sekali dari pestanya. Sehingga kalian melewatkan bagian terserunya. Kau serial killer dalam film film... Oh dan juga beberapa jam yang lalu kau bilang aku punya selera humor yang mengerikan dan ternyata kau punya selera humor yang lebih mengerikan dari aku." Ucap Vincent yang baru saja datang

"Aku tidak pernah menamakan pembunuhan ini sebagai selera humor. Aku hanya melindungi diriku dan menyelamatkan Laura dari orang orang ini. Jadi ini semua tak dihitung, Vincent. Lalu kenapa dengan lukamu dan tuxedomu yang berlumuran darah itu? Jangan bilang kau habis menjahili orang lagi dan membunuhnya." Tanya Draco

"Tidak, ini lebih buruk lagi. Collins datang bersama segerombolan anak buahnya yang banyak itu meledakkan mansion dan memberi hadiah pestanya dengan menghujani peluru. Tamu tamu terluka parah dan entah bagaimana ayahmu dan kedua temannya itu menyembuhkan mereka hanya dengan memberi darah mereka. Sungguh aneh sekali."

"Oh tidak. Charles dan kedua temannya melakukan sesuatu yang bodoh lagi. Memberikan darah di tempat yang banyak orang." Gumam Edward

"Siapa itu Collins?"