webnovel

Part 1

Sometimes you just have to stay silent because now words can describe what's goin on in your mind and heart. ~ Draco

Rambut cokelat, mata hijau, satu anting di telinga kiri itulah aku. Namaku Lucious Draco Kingstone. Aku adalah seorang anak 14 tahun yang hanya ingin hidup normal seperti halnya anak lain. Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan dikeluarga terkutuk ini. Aku benci setiap kali disiksa oleh mereka, dipaksa untuk menjadi yang terbaik, dan selalu dibanding bandingkan. Aku muak dengan semua itu. Aku bahkan tidak bisa menjadi diri sendiri.

Aku memang memiliki segalanya, tapi aku tidak memiliki apa yang aku benar benar inginkan. Aku selalu berharap punya keluarga yang selalu menyayangi, mempedulikanku, dan tidak pernah memukulku, sayang sekali aku terdampar disini. Aku tak pernah diinginkan, bahkan ibuku sendiri pernah berharap bahwa aku tidak dilahirkan. Memangnya apa salahku sampai dia berharap seperti itu?! Aku tahu, aku mungkin bukan anak pintar yang mendapat nilai bagus. Aku bukan anak yang selalu mendapat penghargaan, tetapi setidaknya hargailah aku sebagai anggota keluarga ini. Keluargaku tidak pernah bangga atas apa yang aku perbuat, mendapatkan nilai A saja aku tidak pernah dipuji sekali pun.

Aku lelah dipukuli tiap hari hanya karena kesalahan kecil, terkadang tanpa alasan pun aku dipukul. Rasanya aku ingin selalu keluar dari mansion sialan itu tapi aku tidak bisa, mereka pasti menemukanku, dan pasti aku akan lebih dihajar jika aku melakukan itu, jadi yang bisa kulakukan hanya selalu diam dan berbicara pada diriku sendiri dalam hati.

Draco adalah anak yang aktif, suka bermain dan berteman. Dia punya sahabat yaitu Felix dan Michael. Michael juga sama seperti Draco selalu dipukul oleh ibunya jika Ia berbuat kesalahan. Tapi Felix tidak, dia mendapatkan keluarga yang sangat menyayanginya. Terkadang dia iri dengan teman temannya yang memiliki keluarga yang sangat menyayangi mereka, dia selalu ingin merasakan bagaimana rasanya disayangi.

Dia adalah anak yang senang membantu, bercanda tetapi sebenarnya terkadang hal hal baik yang Ia lakukan hanya sebagai topeng. Sebenarnya dia adalah anak yang tersakiti, senyum yang ia buat terkadang tidak setulus kelihatannya. Dia hanya tidak mau ada seorang pun yang tau bahwa setiap hari keluarganya itu menyiksanya.

Draco menyadari semakin hari sikapnya berubah dia tidak sebaik dulu tapi ia tidak mempedulikan hal tersebut semakin hari ia semakin cuek, perasaan membunuhnya pun semakin hari semakin muncul, hati nuraninya semakin hari semakin tumpul, hatinya semakin hari semakin rusak dan gelap, semakin hari ia ingin punya sesuatu untuk dilampiaskan.

Semenjak Draco bersekolah di Junior High School, Ia tidak pernah dibully karena setiap kali ada orang yang membuatnya marah maka Ia langsung menghajar orang itu sampai remuk. Dia terikat beberapa kasus disekolah tentang perkelahian tentunya tetapi dengan mudahnya ia bebas tentu karena dengan uang yang berlimpah yang dimilikinya, tetapi meski Ia bebas dari kasus tersebut ia pasti mendapatkan pelajaran di rumah. Padahal yang Ia lakukan hanya untuk membela diri. Semakin hari semakin ingin ia untuk menghajar teman temannya yang tidak bersalah tetapi semua itu tertahan berkat Michael dan Felix yang selalu saja membantu Draco agar tidak masuk dalam masalah. Lama kelamaan Draco tertarik untuk terjun ke dunia gelap. Ia pun sedikit demi sedikit masuk ke dunia itu sampai tidak ada seorang pun yang tahu bahwa kini Draco sudah mulai mengedar narkoba sejak berumur 13 tahun.

Ia menggunakan uangnya untuk berlatih senjata dan mempelajari cara menjadi detektif. Bukannya Ia ingin menjadi detektif, tapi Ia sendiri yang ingin, agar bisa menghapus jejaknya. Kemampuan bisnisnya sudah makin menonjol. Sampai keberadaannya terdengar di kalangan dunia gelap. Sampai terdengar di sebuah kelompok mafia Nostra Santino. (Kelompok mafia yang paling ditakuti di kalangan dunia gelap).

"Pffft... Anak muda yang berumur 13 tahun mengedar narkoba? Jangan bercanda."

"Aku tidak bercanda, dia selalu memakai masker hitamnya saat mengedar, dia sendiri mengalahkan 5 orang bersenjata saat dia diserang, tapi kekurangannya adalah dia tidak membersihkan mayatnya tetapi ia pintar membersihkan jejaknya sehingga polisi tidak tau siapa yang ada dibalik pembunuhan itu."

"Kau serius?! Baiklah, maka temukan dia dan cari informasi tentangnya."

Flashback on

Draco yang masih berusia 9 tahun itu ketakutan saat mendapatkan nilai C karena dia tau apa yang akan terjadi saat dia mendapat nilai tersebut. Draco pulang ke rumah dengan lesu. Sesampai dirumah Draco mengeluarkan kertas ulangannya yang mendapat nilai tersebut sambil bergetar berjalan ke arah ibunya untuk memberikannya. Deg.. Deg.. Deg.. Deg.. Deg.. Jantungnya bergetar semakin cepat ia mulai berkeringat, tubuhnya yang kecil itu merinding dengan ketakutan luar biasa. Ia pun menyerahkan hasil ulangannya, wajah ibunya pun berubah menjadi marah besar, kemudian meremas lalu menyobek hasil ulangannya. Air mata Draco pun mulai terjatuh karena ketakutannya.

"Dasar anak tidak tahu diri ibu sudah memberikan padamu segalanya dan ini balasanmu?!?! Dasar anak kurang ajar."

"Dasar bodoh ulangan sepele ini pun kamu hanya mendapatkan C?!?!" Bentak ibunya sambil melempar kertas remasan itu ke wajah Draco

Draco hanya tertunduk dan terdiam. "Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari katanya.

"Maaf maaf, kata maaf saja tidak cukup! Kalau nilaimu seperti ini terus lebih baik kamu tidak usah sekolah sudah berapa kali kamu mendapatkan nilai C hah?!?!" Kata Ibunya sambil memukuli anaknya itu.

"Kamu tau kan akibatnya apa!?"

"Jangan! Ampun! Tolong Jangan!"

Draco kecil memohon mohon pada ibunya, air matanya pun membasahi pipinya. Segera diseretlah Draco dan dibawalah Ia ke gudang. Di situlah ibunya memulinya dengan gagang sapu. Draco pun bertambah berteriak dan menangis kesakitan.

"Kan aku sudah bilang kan hukumannya kepadamu jika kau mendapat nilai C, yaitu dipukul 30 kali."

Semakin menangislah ia karena semakin keras dan semakin cepat ibunya memukul.

"Diam! atau ibu akan menambah pukulanmu menjadi 50 kali."

Saat itu Draco langsung terdiam menahan rasa sakit yang ia dapat dari ibunya. Setelah selesai dipukul, Ia pun dikunci didalam gudang yang gelap dia sangat takut dan mulai menggedor pintunya.

"Buka pintunya! Draco takut."

Sambil menangis dan menahan lukanya yang memar. Ibunya pun membuka pintu dan mulai memukulnya

"Diam!"

Bug! Bug! Bug!

Flashback off

Bug! Bug! bug!

Draco yang berumur 14 tahun langsung terbangun dari tidurnya tubuhnya berkeringat dan ketakutan. Tangannya pun memegang keningnya.

"Hhhh.... kenapa aku harus bermimpi buruk tentang masa lalu itu? Setidaknya aku sudah kebal sekarang dengan semua itu."

"Hhhh.... Hari sialku dimulai. Aku berharap hidupku berakhir. Lebih baik aku mati saja daripada hidup."

"Setidaknya keluarga ayahku, Kingstone selalu ada untukku untuk membelaku dari keluarga ibu, Krystall. Dasar para Krystall sialan."

Tok! Tok! Tok!

"Masuk." Jawabnya dingin

"Sarapan anda sudah siap tuan muda." Kata salah satu pelayan itu lalu pergi meninggalkan Draco.

Ia pun memakan sarapannya lalu mandi setelah itu memakai pakaiannya bersiap untuk ke sekolah. Ia pun menuruni tangga dan melihat bahwa keluarganya sedang makan di meja makan.

Sial! Padahal kukira aku sudah bangun pagi untuk berangkat ke sekolah lebih awal agar tidak bertemu mereka tetapi malah jadwal makan mereka lebih awal daripada sebelumnya Hhh... Keluh Draco dalam hati.

Draco pun berjalan memasang ekpresi dingin dan datar seperti biasanya dan hanya berkata :

"Aku berangkat."

"Dasar anak tidak tahu diri." Kata ibunya

"Dasar anak tidak sopan yang tidak punya etika." Kata keluarga ibunya

Dasar bajingan bajingan berengsek

Draco pun marah lalu berkata

"Lalu aku harus bilang apa hah?!?!"

"Jaga ucapanmu Draco." Kata ayah

"Lihat anakmu tidak punya etika! Apakah keluarga Kingstone tidak mengajarkan sopan santun?" Kata sang ibu

"Cukup! Biarkan Draco pergi, aku tidak ingin ada perdebatan karena masalah kecil yang membuang waktu." Ucap Kakek Draco yang tak lain adalah Maximus Kingstone.

Semuanya pun terdiam dan Draco pun pergi menuju ferrari SF90 Stradale hitamnya dan pergi ke sekolah. Semua kenyamanan yang ia dapat berasal dari kakek dan nenek Kingstone yang menyayanginya bahkan ayahnya yang membelikan dan memperbolehkannya mengendarai ferrari tersebut sebagai hadiah ulang tahunnya. Sejak ayahnya tahu bagaimana Draco selalu disiksa. Charles Kingstone ayahnya tidak bisa diam dia pun memberi tahu keluarganya agar mereka tinggal satu mansion dengan keluarga Krystall supaya ada yang selalu ada untuk melindungi Draco.

Sebenarnya Draco disayang oleh keluarga Kingstone tapi Draco tidak menyadari hal tersebut. Bahkan keluarga Kingstone menyuap sekolahnya dengan biaya mahal agar dia bisa berbuat bebas daripada anak anak lain. Mereka juga menyuap polisi polisi di jalanan. Karena  itu Draco bisa bebas membawa mobil sportnya kemana pun yang dia inginkan. Namun dia mengira keluarga Kingstone hanya berbuat baik padanya karena kasihan.

Saat ferrarinya melaju ia tidak sadar bahwa ada sosok yang berpakaian serba hitam mengawasinya dari kejauhan mansion Kingstone.

"Selama 9 bulan akhirnya aku menemukanmu Lucious Draco Kingstone. Pintar juga kau dapat menutupi jejakmu untuk seorang anak berumur 14 tahun, tapi kau tak akan bisa lari dari Nostra Santino. Aku akan mengawasimu Draco."

Next chapter