103 102. Penantian

Lambang itu sangat familiar di ingatan Tasia, karena ia kerap kali melihat lambang tersebut terpampang pada berbagai benda di istana Hadyan. Bahkan bendera-bendera yang menghiasi istana indah tersebut juga memiliki simbol yang sama.

"Lambang yang sama dengan kerajaan Hadyan? Apa jangan-jangan.." Gumamnya.

"DASAR MANUSIA TIDAK TAU DIRI!" Sebuah pecutan melayang keras ke arah lengan Tasia hingga pegangannya pada helem tadi terlepas.

Ia memekik kesakitan dan wajahnya memberikan tatapan ngeri pada jin penjaga yang melangkah menghampirinya dengan geram. Di pulau itu, sosok Tasia menjadi terkenal diantara para penjaga sejak gadis itu berusaha mencoba kabur dengan membawa seorang teman, bahkan mencoba membodohi mereka semua dengan ucapan-ucapannya. Karena itu, mata para penjaga menjadi lebih awas terhadap segala pergerakan gadis itu. Apa saja yang dilakukan Tasia, tidak pernah luput dari pengawasan mereka. Sebisa mungkin mereka harus melihat Tasia bekerja mati-matian tanpa istirahat.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter