1 Awal Pertemuan

Stables Bar, Kensington, West End, London.

Ruang VIP dengan suara musik menghentak itu hanya diisi oleh satu pria yang sedang menatap tajam setiap gerakan wanita di depannya.

Ya, wanita, tepatnya seorang penari striptis yang sedang menghibur seorang diri di ruang VIP mahal yang disewanya.

Adam's apple di leher si pria tampak bergerak naik-turun, bukan hanya karena minuman yang sedang disesapnya, melainkan juga gerakan menggoda si wanita yang memakai pakaian minim dengan bokong sintal menghadapnya.

Sehingga, ia bisa melihat lebih leluasa punggung mulus dengan hiasan tattoo bunga di bagian pinggang si wanita di depan wajahnya.

Ia meletakan dengan santai gelas bertangkai berisi wine di meja, sebelum akhirnya menyandar santai dan melirik dengan sudut matanya yang tajam mengikuti setiap pergerakan si wanita.

Sedangkan si wanita—penari baru di club malam ini berjalan dengan pinggul bergoyang, menuju belakang sofa dan melingkarkan lengannya di bahu kokoh si pria—tamu kaya berkantong tebal.

Ia mendekatkan bibir di telinga si pria menyentuhnya daun telinga di depannya dengan lidah menjulur, mendesis layaknya ular yang sedang mencari mangsa. Namun ternyata si pria memiliki kendali yang ampuh, hingga godaan yang biasanya mampu membuat tamunya merespon ini diam saja.

Damn it!

Si penari mengumpat, sebelum akhirnya menggerakaan kedua tangannya menelusuri dada berlapis kemeja hitam itu dengan gerakan seduktif dan sayangnya lagi-lagi si tamu masih stay cool.

Tidak habis akal, ia kembali menjalari tangannya ke area lengan kekar yang kebetulan lengannya tergulung, menarik turunkan menggunakan kuku panjangnya dan ia sama sekali tidak mendapati reaksi yang diharapkan.

Ia justru kaget, karena si pria tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil membawa minuman di gelas yang ada di meja.

"Tuan~…."

Si wanita memanggil dengan suara manja, tapi yang didapat hanya gumaman dan ia ingin sekali rasanya mengumpat.

Kembali ia menari di depan si pria, menempelkan bagian depan tubuhnya di dada dan memandang wajah datar si pria dengan lidah menjilat bibir menggoda. Musik yang pelan membuat iramanya berubah, ia kali ini kembali berdiri di belakang si pria dan mencoba untuk melingkari perut si pria namun sialnya lengan mungilnya tidak sampai.

Ia kembali berusaha dan kali ini hendak meraih leher si pria, tapi sayangnya si pria terlalu tinggi saat berdiri seperti ini. Saat ini ia bagaikan anak kucing yang berdiri di belakang pemilik tubuh serigala yang diam-diam menyeringai geli tanpa diketahuinya.

Pfft….

Si pria tertawa dalam hati, saat merasa si wanita berhenti bergerak menggeliat layaknya ulat yang kekurangan kasih sayang.

Ia cukup tergoda dengan setiap gerakan yang dilakukan si wanita, apalagi saat lengan mungil itu mencoba untuk melingkarinya. Namun ia kembali dibuat memasang wajah datar, ketika si wanita berdiri di depannya sambil mendorongnya lembut ke sofa dan duduk kembali dengan punggungnya yang dibuat rileks di sandaran.

Ia juga hanya menatap bagaimana bola mata hitam itu tidak melepas pandangan dari bola matanya, seakan menantang dengan gerakan-gerakan semakin liar di atas tubuhnya.

Oh shit! Wanita di atasnya sudah berhasil membuatnya bangkit dengan kelakuan absurd ketika berdiri di belakangnya. Lalu saat ini, miliknya yang diduduki semakin dimanjakan dengan gerakan menggoda.

Ya, apalagi saat ini dada si penari sudah kurang ajar menggesek di dadanya. Belum lagi dengan wajah berhiaskan bulu mata lentik dan bibir mungil layaknya strawberry, membuatnya ingin segera menyesap bibir kemudian membawa masuk ke dalam mulut sendiri.

Namun sial, si wanita sepertinya senang sekali menggoda dan tidak membiarkannya senang, karena ketika ia hampir menggapai bibir itu si wanita melengoskan wajah. Ia menggeram di pipi kenyal si wanita, tapi kekehan merdu membuatnya menatap tajam si pemilik lengan mungil.

"Bagaimana dengan sepuluh ribu pound sterling, Tuan?" bisik si wanita mendesis, kemudian kembali menjetikkan lidah di telinga si pria yang mengumpat di telinganya.

"Gadis kecil, kau cukup berani menawarkan harga tinggi. Tapi baiklah, kita ke tempatku dan bersiaplah menjerit untukku. Paham?"

Suaranya dingin, si wanita sebenarnya merinding ketika merasakan sapuan hangat si pria di titik sensitivenya.

"Tentu," jawab si wanita mengangguk.

Setelahnya, ia turun dari pangkuan si pria yang kembali merapihkan pakaian dan menyambar jasnya. Pria itu juga mengendikkan kepala, seakan memintanya untuk keluar.

"Ikuti aku!" perintahnya datar.

Si wanita hanya mengangguk, kemudian sama-sama keluar dari ruang VIP itu dan berjalan menyusuri koridor club dengan banyak pasangan bergembira di sepanjang perjalanan.

Suasana temaran dan musik yang menghentak menemani langkah dengan si pria yang di depan, meninggalkan si wanita yang sesekali melirik malu ketika melihat pasangan sedang bercumbu.

Ia memekik kaget ketika seseorang menarik lengannya, dengan pinggang dipeluk mesra pria yang mengajaknya bermain bersama.

"Cantik, bagai-

Sret!

Grep!

Belum selesai si pria yang menariknya selesai berbicara, sebuah tarikan dan pelukan lebih posesif di rasakannya, belum lagi harum serta permukaan keras ketika wajahnya menabrak dada si tamu yang mengajaknya pergi.

Ya, saat ini ia sedang dipelukan pria yang akan membayarnya mahal.

"Dia milikku, bung. Cari yang lain," ujar si pria dingin, sebelum akhirnya meninggalkan si pria yang mengangkat tangan seakan menyerah.

Keduanya kembali berjalan, kali ini si pria memeluk bahu wanita yang akan menghangatkan ranjangnya. Ia juga meletakan jas di kepala si wanita, kemudian memerintah tanpa melirik untuk si wanita memakai jasnya.

"Pakai itu!"

Si wanita hanya bisa mengangguk, kemudian memakainya dengan tubuh tenggelam sangking besarnya ukuran jas si tamu.

Ia ikut berhenti ketika si tamu berhenti dan melambaikan tangan kepada pemilik club, seakan memberik kode dengan kepala mengendik ke arahnya.

Sedangkan si pemilik club, seorang pak tua mesum yang mengerti arti kode itu mengangkat tangan, menyatukan jari antara jempol dan telunjuknya membantuk 'OK', baru setelahnya si tamu pria mengajak kembali si wanita pergi.

"Siapa itu, anak baru?" tanya seseorang yang duduk bersama si pemilik club.

"Oh! itu Noel, dia masih muda dan biasanya tidak pernah sampai dibawa tamu keluar seperti ini. Sepertinya dia dapat tamu yang berani membayarnya mahal," jelasnya panjang lebar, sebelum meminum beer di gelas miliknya.

Kembali pada pasangan tamu-penghibur yang diketahui bernama Noel. Keduanya tampak keluar dari area club, menuju basement dimana mobil para tamu terparkir.

Si pria menyuruh lebih dulu Noel untuk ke mobilnya, sedangkan ia sendiri membeli minuman saat merasa sedikit sakit tenggorokan dan Noel tentu segera mengiyakan.

Noela akhirnya berjalan menuju mobil mahal berwarna kuning menyala itu, kemudian membuka pintunya yang terkunci.

Ceklek! Klek! Klek!

"Bukankah dia bilang tidak dikunci?" gumam Noel bingung.

Ia kembali mencoba dan kali ini menggunakan tenaganya, bahkan erangannya ikut terdengar sampai menggema di basement sepi itu.

"Dasar mobil sialan!"

Bugh!

"Apa yang kau lakukan?"

Sret!

Bersambung

avataravatar
Next chapter