webnovel

The Power Of Us

Di tempat dunia yang kutinggali. Kami para manusia memiliki sebuah hal yang tidak bisa dijelaskan dan diluar nalar. Kami para manusia mempunyai sebuah kemampuan khusus. Dengan kekuatan itu kami bisa mengeluarkan berbagai macam kemampuan. Contohnya kami bisa mengeluarkan Api dan Air dari tubuh. Setiap orang didunia memiliki kemampuan yang berbeda, namun ada juga yang sama terkadang itu dikarenakan satu keturunan atau hanya kebetulan saja. Ada juga manusia yang tidak memiliki kemampuan contohnya diriku, aku terlahir tidak memiliki kemampuan sama sekali. Karena hadirnya kemampuan khusus didunia ku ini, aku memiliki firasat yang buruk akan hal itu. Bagaimana caraku bertahan hidup tanpa kekuatan. Tapi apakah mungkin ini semua hanya mimpiku saja?

Raz12 · Fantasy
Not enough ratings
20 Chs

Kami bertiga

Mereka pun belajar hingga waktu pulang sekolah tiba. Sebelum pulang pak Tora akan memberikan sebuah pengumuman.

"Karena jam pulang sudah tiba. Sebelum pulang, saya akan memberikan pengumuman," ujar Toram.

"Informasi apa, pak?" tanya murid.

"Besok kita semua akan melakukan pelatihan dan kalian diharapkan jaga kesehatan dan membawa pakaian olahraga kalian besok," ujar Tora.

"Baik! siap pak!" jawab murid-murid.

"Ok, silahkan. Kalian boleh pulang dan Ingat pesan saya," ujar Tora.

"Kami pulang dulu, pak." ujar salam murid lalu keluar dari kelasm

Kira, Petra dan Ruby pun langsung pergi menuju rumah mereka.

"Ah ... Akhirnya sekolah hari ini selesai juga. Sampai di rumah nanti, aku akan berendam air panas. Lalu rebahan sambil menonton tv dan memakan camilan. Uh pasti menyenangkan sekali!" ujar Petra yang semangat.

"Entah mengapa aku merasa iri dan kesal atas hidupmu yang santai itu," ujar Kira.

"Tidak perlu untuk iri Kira. Dia hanya bocah yang tahu untuk bersantai saja," ujar Ruby.

"Ckck ... Kalian berdua salah besar. Aku saat ini sedang berjuang keras menghadapi rintangan masa muda!" ujar Petra dengan bangganya sambil bergaya.

Karena kesal mendengar perkataan Petra, Ruby langsung mencubit pipinya. "Kamu ini memiliki seribu alasan ya. Tinggal mengaku apa susahnya, ha?" ujar Ruby sambil menekan pipi keras pipi Petra.

"Aduh! Suaaakit, Ruby!. Iya-iya aku banyak omong," ujar Petra menyerah karena cubitan Ruby.

"Sudah, hentikan itu Ruby. Jika dia sampai menangis kita juga yang akan repot," ujar ledek Kira.

"Oi-oi. Kalian pikir memangnya aku ini bocah?" tanya Petra dengan wajah kesalnya.

"Emang!" ujar Ruby dan Kira serentak.

"Kalian ini-- ukh!" sesuatu tiba-tiba menyerang Petra dan membuat luka goresan di wajahnya.

Kira dan Ruby terkejut melihat Petra yang terluka.

"Apakah kamu tidak apa-apa Petra?" tanya Kira khawatir.

"Iya. Aku tidak apa. Tapi apa yang tadi menyerangku?" tanya Petra sambil membersihkan darah di wajahnya.

"Kalian berdua lihatlah ke depan. Sepertinya mereka mencari masalah dengan kita." ujar Ruby sambil menunjuk ke depan.

Kira dan Petra pun langsung menoleh dan melihat sebuah kumpulan monster yang berbentuk gumpalan air berada di depan mereka.

"Hoho tidak kusangka para Buble berani menyerang kita." ujar Petra sambil merenggangkan jari tangannya.

"Jadi sekarang ini kita lari saja atau--"

"Tentu saja kita habisi mereka hingga tidak bersisa," ujar Petra dengan semangat memotong perkataan Kira.

"Kamu bersemangat sekali ya, Petra." ujar Ruby sambil mengumpulkan kekuatannya.

"Tentu saja! Ayo kita lakukan seperti biasanya!" ujar Petra memimpin.

"Baik serahkan padaku!" ujar Kira lalu ia berlari mendekati para Buble.

"Jangan jadi beban ya, Petra," ujar ledek Ruby.

"Sudah jangan banyak omong fokuskan saja pengumpulan kekuatanmu". ujar Petra. Energi berkumpul di diri Petra dan Ruby. Energi merah menyelimuti Petra dan energi biru menyelimuti Ruby.

Sambil berlari Kira mengambil batu dan melemparkan ke arah para Buble.

Duk! "Oi para Buble! Ayo sini kita bermain!" ujar Kira memancing emosi para Buble.

"Grrr!" para Buble kesehatan dan mulai mengejar Kira.

Kira langsung menyesuaikan kecepatan larinya agar para Buble dapat mengejarnya.

"Kira kami sudah siap! Percepat larimu!" seru Ruby.

"Baik! Tapi jangan sampai mengenaiku!" Kira langsung menambah kecepatannya dan membuat para Buble berada agak jauh dibelakangnya.

Setelah posisi Kira dirasa aman oleh Ruby. Ruby pun langsung melancarkan serangannya.

"Water fall! Hanyutlah kalian semua!" Ruby membuat gelombang air besar dan membuat para Buble hanyut ke dalamnya serta berputar karena pusaran airnya.

"Serang mereka sekarang Petra!" Ruby langsung menghilangkan gelombang airnya dan membuat para Buble menjadi pusing.

"Giant fire ball! Terbakarlah kalian semua!" Petra membuat bola api besar dan melemparkannya ke arah para Buble yang sedang pusing.

Duar! "Guaarr!" para Buble terbakar dan berteriak kesakitan hingga tubuh mereka hangus.

"Hah ... Akhirnya mereka semua tumbang juga." ujar Kira yang kelelahan.

"Tapi mayatnya ini sudah rusak. Pastinya harganya jadi murah." ujar Ruby sambil memeriksa mayat Buble.

"Tidak apa. Yang lebih penting, kali ini Petra tidak menjadi beban lagi," Kira meledek Petra.

"Berisik!" seru kesal Petra.

"Hei, kalian ada yang bawa 'Termos' nya tidak?" tanya Kira.

"Aku membawanya." jawab Ruby lalu ia mengeluarkan termos dari tasnya dan memberikannya kepada Kira.

"Ok terima kasih. Sekarang giliranmu untuk berkerja." Kira membuka tutupnya dan menekan tombol yang ada pada termos. Termos pun langsung aktif dan menyedot mayat para Buble.

"Sip. Sudah masuk semua. Sekarang ayo kita pulang dan membagikan hasilnya di rumahku." ujar Kira sambil menutup termosnya.

"Baik!" jawab Petra dan Ruby serentak.

Mereka bertiga pun melanjutkan langkah mereka menuju ke rumah. Di perjalanan terlintas sesuatu di pikiran Petra.

"Tidak kerasa juga ya. Sudah dari kecil kita bertiga selalu pulang bersama seperti ini," ujar Petra.

"Benar aku setuju," jawab Kira.

"Aku tahu kenapa kita selalu pulang bersama seperti ini," ujar Petra.

"Memangnya kenapa?" tanya Kira.

"Itu semua dikarenakan ... Rumah kita bertiga bersebalahan oi!" jawan Petra.

Krik-krik. Suara jangkrik. Mereka semua hanya diam mendengarkan lawakan Petra.

"Haha garing," ujar Ruby.

Akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Kira.

"Nah kita sudah sampai. Ayo kalian berdua masuk. Nanti aku buatkan minuman," ujar Kira mengundang mereka.

"Yeay!" seru Petra yang gembira.

"Ayah, ibu, aku pulang," ujar Kira.

"Selamat datang. Oh! Ada Ruby dan Petra, ya?" ujar ibu Kira melihat mereka datang.

"Permisi tante," ujar Ruby dan Petra.

"Iya silahkan. Ngomong-ngomong ada keperluan apa di sini?" tanya ibu Kira.

"Ini kami tadi baru saja mengalahkan kumpulan Buble. Dan kami akan bagi hasil di sini," jawab Ruby.

"Kalian baru saja mengalahkan Buble? Apakah kalian baik-baik saja? Tidak ada yang terluka 'kan?" tanya ibu Kira sambil mengecek tubuh mereka dengan wajah khawatir.

"Sudahlah bu. Kami tidak apa. Jangan khawatir," ujar Kira menenangkan ibunya.

"Hah ... Baguslah kalau begitu. Ibu tinggal dulu, ya." ujar ibu Kira lalu ia pergi.

"Petra, Ruby, kalian duduk di sofa saja dulu. Aku ingin mengganti pakaianku terlebih dahulu," ujar Kira sambil menunjuk sofa yang ada di ruang tamu.

"Ok." ujar Ruby dan Petra. Mereka pun mendekati sofa. Petra langsung berbaring sambil merentangkan kakinya. Sementara Ruby duduk di lantai.

Setelah Kira selesai mengganti pakaiannya. Ia langsung menuju ke tempat Petra dan Ruby.

"Hm hebat ya kamu Petra. Berasa ini rumahmu," ujar Kira melihat tingkah Petra yang santai.

"Ayolah kita kan sudah berteman lama. Jadi biasakanlah dirimu," jawab Petra.

"Bocah satu ini ... Kalian ingin minum apa?" tanya Kira dengan wajah kesalnya.

"Aku air kosong saja," jawab Ruby.

"Kalau aku ingin susu coklat dingin. Dan jangan lupa bawa camilan kemari ya," ujar Petra dengan santainya.

"Ya-ya." Kira pun langsung pergi ke dapur untuk membuatkan minuman mereka.

"Kamu ini seenaknya ya di sini Petra," ujar keluh Ruby.

"Inilah yang dinamakan mengambil kesempatan dalam kesempitan," jawab Petra.

"Tidak habis pikir aku dengan dirimu," ujar Ruby sambil menggaruk keningnya.

Kira pun mengambil peralatan dan bahan minuman untuk Petra dan Ruby. Lalu terbesit di pikirannya untuk mengerjai mereka Petra.

Kira mengambil garam dan membuka toplesnya. Akan aku tambahkan garam ke minumannya. Lagi pula seharian ini dia sudah mencari masalah denganku. Pikir Kira sambil menyeringai memasukkan garam ke dalam minumannya.

Dengan perasaan tidak sabar, setelah minumannya siap dibuat. Kira langsung menghantarkan minuman mereka.

"Ini silahkan di minum." ujar Kira lalu meletakkan minumannya di meja tamu.

"Terima kasih Kira. Selamat minum." tanpa pikir panjang Petra langsung meneguk minumannya tanpa rasa curiga.

Sadar akan rasanya, Petra langsung menyemburkan minuman di mulutnya. "Buh! Asin! Minuman apa yang kau berikan padaku?" tanya Petra sambil mengelap lidahnya.

"Susu coklat biasa kok. Tapi tadi sepertinya aku salah memasukkan antara gula dan garam. Tehe!" jawab Kira sambil menjulurkan lidahnya.

"Kamu memang kejam Kira," ujar Petra.

"Kerja bagus. Ini baru yang namanya kawanku." ujar Ruby lalu beradu kepalan tangan dengan Kira.

"Baik sekarang mari kita bagi hasil." ujar Kira.