webnovel

Bab 16 - Gak salah alamat

Unedited

Sudah hampir dua jam Brandon berada di rumah orang tuanya di kawasan Sentul city. Dan mulut mami dari tadi tidak berhenti bergerak mengintrogasi-nya. Layaknya ditektif atau polisi yang baru saja berhasil menangkap seorang tersangka.

Brandon baru saja mengatakan tentang Sarah kepada kedua orangtua-nya. Bahwa Sarah adalah pacar dan wanita yang sebentar lagi akan di nikahinya.

Mami-nya menggelengkan kepala ketika mendengar ucapan Brandon itu. Mami-nya tidak percaya kalau anak laki-lakinya yang selalu menolak di jodohkan dengan anak perempuan temannya akan segera menikah.

Brandon juga tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan ada di posisinya sekarang ini.

Menikah? Gila, memikirkan-nya saja tidak pernah. Tidak heran orangtuanya tidak percaya.

Kalau bukan karena ekspresi Brandon yang mengatakan bahwa 'Hey, aku serius. Ini gak main-main' orangtua Brandon tidak akan pernah serius menanggapi ucapannya itu.

Sebenarnya orang tua Brandon sudah dari dulu ingin dia cepat-cepat menikah. Mereka kecewa melihat Brandon yang selalu bermain-main dengan wanita. Jadi, ketika medengar bahwa Brandon mau orangtuanya bertemu dengan ortangtua Sarah hari ini, orangtua Brandon terkejut. Marah karena mendadak tapi senang karena Brandon keinginan mereka akan terpenuhi.

Dua hari lalu Brandon bertemu dengan orangtua Sarah. Satu hari sebelum bertemu, Brandon gugup setengah mati. Dia bahkan hampir tidak tidur karena terlalu khawatir.

Di kepala Brandon, orangtua Sarah sudah pasti tidak menyukainya karena membuat anak mereka hamil. Apalagi Brandon adalah orang asing. Bukan pacar Sarah.

Tapi dugaan Brandon keliru. Mami Sarah menerimanya dengan ramah. Ya, walaupun ayah Sarah tidak pernah tersenyum ketika melihat Brandon selama pertemuan, setidaknya Brandon bersyukur karena ayah Sarah tidak mamaki atau membunuhnya.

Brandon juga kaget ternyata Sarah adalah anak dari pengusaha ternama Bagas Saputra. Pantas saja posisi Sarah di kantor tinggi. Semakin Brandon mengenal Sarah, semakin Sarah terlihat lebih menarik di mata Brandon.

Sarah sudah mengirimnya pesan menanyakan keberadaan Brandon.

Brandon meminta orangtuanya untuk bersiap-siap. Meskipun sudah mengenal orangtua Sarah, Brandon masih saja merasa sedikit gugup.

Ketika memasuki kawasan perumahan orangtua Sarah, tangan Brandon mulai berkeringat dingin. Perutnya sedikit mual karena gugup.

Tiba-tiba saja Papi Brandon memecahkan keheningan di dalam mobil, "Lah ini dekat sekali dengan rumah teman Papi dan Mami, Brand"  Sahut Papinya yang duduk di belakang. Brandon duduk di depan mengemudikan mobil sedangkan orang tuanya itu duduk di kursi belakang mobilnya.

"Oyah? Siapa?"

"Lah iya, Papi dan Mami belum lama ini ke rumah mereka. Ada, teman papi waktu kuliah dulu" Maminya yang duduk di sebalah Papi menganggukan kepala membenarkan.

Sebelum sampai di rumah orang tua Sarah, Brandon memutuskan untuk mengatakan kepada orang tuanya alasan dia dan Sarah menikah, "Oyah, ada yang pengen Brandon bilang sama Mami dan Papi sebelum kita bertemu dengan orangtua Sarah" Gumam Brandon melirik Mami dan Papinya dari kaca yang ada di dalam mobil.

"Kamu mau bilang apa?" Tanya mami-nya terdengar penasaran.

Brandon melirik lagi orang tuanya itu lalu kembali menatap jalan yang ada di depan. Dia menarik nafas dengan perlahan kemudian di hembuskannya dengan pelan "Sarah sedang hamil" Orang-tuanya tampak terkejut dengan perkataannya itu. Mata papi-nya terbuka lebar begitu mendengar ucapan Brandon. Maminya sampai mengerjapkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang barusan dikatakan Brandon.

"Hamil? Anak kamu-kan, Brand?" Mami mendongak memandangi Brandon. Papinya pun terlihat serius ingin mendengar jawaban Brandon.

"Anak aku-lah mi, pi" Brandon langsung membenarkan pertanyaan maminya itu.

Maminya pun menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi lalu mulai mengelus dadanya. Papinya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Sudah berapa lama?" Tanya papi-nya yang sekarang ini sedang memejamkan matanya.

"Lima bulan" Balas Brandon. Mami  langsung menatap Brandon lewat kaca yang ada di dalam mobil. Kaget dengan berita yang diberikan Brandon.

"Kamu yakin itu anak kamu?" Ucap Papinya yang sekarang sudah membuka matanya. Brandon mendesah mendengar pertanyaan dari Papinya itu.

Nggak mungkin gue nikah sama cewek yang sedang hamil kalo bukan gue yang menghamilinya. Pertanyaan Papi konyol banget. Gerutu Brandon dalam hati.

"Aku yakin seratus persen, pi" Orang tuanya itu hanya mendesah mendengar jawaban dari Brandon.

***********

Karena terlalu tenggelam dalam pembicaraan mereka yang sangat serius itu, orang tua Brandon tidak sadar kalau Brandon mulai memelankan laju mobilnya.

"Udah nyampe, pi, mi" Ucap Brandon menghentikan mobilnya di depan rumah orang tua Sarah. Dia kemudian membuka seat belt yang dipakainya lalu berbalik menghadap orang tuanya.

Mami dan Papinya terlihat sangat terkejut begitu menyadari bahwa mereka sudah sampai di rumah orang tua Sarah. Brandon memberengut melihat ekspresi kedua orangtua-nya itu.

Papinya yang pertama tersadar dan menatap Brandon aneh, "Benar ini rumah orangtua Sarah, Brand?"

"Bener" Jawab Brandon bingung.

"Kamu gak salah alamat-kan, Brand?" Maminya kali ini yang bertanya.

"Salah alamat? aku kemarin kesini kok. Gak mungkin salah alamat. Emang kenapa?" Sesuatu terbesit di benak Brandon, tapi itu tidak mungkin.

Masa iya? yang Benar? Gak mungkin, ah!

"Kalau kamu memang gak salah alamat, ini mah rumah teman papi. Oh, Astaga. Jangan bilang bahwa anak perempuan yang kamu hamili itu anak teman Papi, Sarah?" Papinya menatap Brandon lekat-lekat menunggu konfirmasi jawaban dari dirinya, "Muka Papi mau di taruh dimana, Brand. Kamu ini"

Informasi yang diberikan oleh Papinya bukan hanya membuat orang-tua Brandon terkejut tapi dia juga sangat terkejut mengetahui bahwa orang tua Sarah berteman baik dengan orang-tuannya. Brandon menelan ludah khawatir akan informasi yang baru di dapatnya ini.

Maminya yang dari tadi mendengarkan malahan tersenyum lebar kepada Brandon dan Papinya itu. Brandon heran dengan Maminya itu. Maminya kemudian menyelipkan tangan kanannya ke lengan Papinya lalu menatap Papinya itu dengan mata yang berbinar-binar.

"Ini berita bagus, pi. Kita bisa besanan sama mereka. Mami seneng. Apalagi sebentar lagi Mami bisa gendong cucu Mami" Brandon mengerti sekarang kenapa Maminya terlihat begitu bahagia.

Ternyata pemikiran pria dan wanita sangatlah berbeda. Papinya akhirnya tersenyum kepada Maminya itu. Melihat orang-tuanya senang membuat hati Brandon ikut senang.

"Ingat umur mi, pi" Sindir Brandon tersenyum pada Mami dan Papi-nya.

"Kamu juga nanti akan seperti Mami dan Papi, Brand. Tunggu aja" Balas Mami melepaskan tangannya dari Papi.

Mereka bertiga akhirnya keluar dari mobil dan memutuskan untuk masuk ke rumah orang tua Sarah.

Jantung Brandon mulai berdetak dengan cepat. Dia mengatur kemeja yang di pakainya sambil berjalan ke dalam rumah Sarah.

Brandon berharap bahwa dia tidak akan mengacaukan pertemuan ini. Dia berharap bahwa hal ini tidak akan merusak perteman antara orangtua Sarah dan orangtua-nya.

Ternyata pertemuan tersebut berjalan dengan lancar. Orang tua Sarah bahkan sangat bahagia begitu mengtahui bahwa Brandon adalah anak dari teman baik mereka. Kedua orang tua mereka pun mulai membicarakan tentang pernikahan Sarah dan Brandon. Maminya dan Mami Sarahlah yang akan mengatur semuanya. Mereka berdua hanya perlu menambahkan jika merasa kurang atau tidak suka dengan sesuatu.

Seminggu semenjak pertemuan dari orang-tua Brandon dan orang-tua Sarah tersebut, Brandon dan Sarah pun mulai di sibukan dengan urusan pernikahan mereka.

Pernikahan mereka akan dilaksanakan dalam waktu dua minggu depan lagi. Brandon meminta cuti pada pihak managementnya karena ingin mempersiapkan pernikahannya itu. Jadwalnya selama satu bulan telah di kosongkan.

Usia kehamilan Sarah juga sudah hampir memasuki bulan ke-enam. Brandon sudah tidak sabar ingin mengetahui jenis kelamin anak-nya. Dia ingin anaknya itu seorang laki-laki. Tapi apapun yang Tuhan berikan, Brandon akan tetap bersyukur.

Saat ini Brandon sedang berada di tempat biasa dia dan teman-teman bandnya makan. Brandon tadi mengirim pesan kepada Sarah untuk datang ke tempat ini. Dia ingin memperkenalkan Sarah kepada teman-temannya ini. Sarah sekarang masih dalam perjalannya kemari.

Hubungan Sarah dan Brandon dalam dua minggu ini sudah mulai sedikit dekat. Sarah mulai membuka dirinya kepada Brandon. Sarah mulai  mempercayai Brandon.

Brandon tidak mengatakan tentang pernikahannya ke media masa dan publik. Hanya keluarga dan orang terdekatnya yang mengetahui pernikahan Brandon.

Dia takut komentar dari publik akan membuat Sarah tidak nyaman.

Next chapter