webnovel

Bab 10 - Angga sang penolong

Brandon mengantar Sarah sampai ke apartement Sarah. Di jalan pulang, mereka berdua sibuk memperhatikan mobil yang ada di sekitar mereka.

Takut ada wartawan yang mengikuti mereka dari belakang.

Hari yang Brandon kira akan berjalan dengan mulus semulus wajah Sarah ternyata malah berantakan. Ini semua akibat para wartawan sialan itu. Brandon tidak tahu dari mana para wartawan itu sampai mengetahui pertemuan dia dan Sarah.

"Elo nggak mau masuk dulu?" tanya Sarah memandangi Brandon masih di dalam mobil Brandon.

Brandon menoleh, "Gue nggak bisa. Ada urusan penting yang mesti gue urus dulu" Dia ingin sekali mengatakan iya, tapi ada hal penting yang harus diurusnya terlebih dulu.

Sarah mengangguk mengerti. Sarah pun melepaskan seat belt yang dipakainya kemudian keluar dari mobil Brandon.

Brandon memastikan Sarah masuk ke dalam apartementnya sebelum dia tancap gas pergi dari apartement Sarah.

Ponsel Brandon dari tadi tidak berhenti berbunyi. Tanpa melihat, dia sudah tahu siapa yang menelpon-nya.

Agensi-nya pasti sangat sibuk sekarang. Sibuk mengurus berita soal Brandon dan Sarah tadi.

Tujuan pertama yang dituju Brandon adalah kantor agensinya. Saat memasuki kantor agensinya, Brandon bisa melihat dari dalam mobil para wartawan yang saat ini sedang berada di depan pintu kantor agensinya.

Dia tahu jelas alasan mereka berkumpul di depan agensinya. Untuk apalagi kalau bukan untuk mendapatkan berita atau gosip tentang dirinya.

Para wartawan tersebut belum menyadari kehadiran Brandon. Brandon pun memilih memarkirkan mobilnya di basement.

"Shit. Shit. Shit" umpat Brandon kesal memukul-mukul stir mobilnya.

Brandon bersyukur Sarah tadi memakai baju yang cukup besar sehingga perutnya tidak terlalu terlihat seperti wanita hamil lima bulan. Dia kemudian mengambil Iphonenya dari saku belakang celananya.

Dia tadi berencana untuk masuk ke kantor agensinya lewat pintu yang ada di basement. Tapi para wartawan tersebut ternyata cukup pintar. Mereka sampai menunggunya di basement.

Brandon mulai mencari nomor orang yang sangat ingin di hubunginya saat ini. Orang yang bisa menolongnya pada situasi seperti ini. Begitu mendapat nomor telepon orang tersebut, dengan cepat Brandon menelpon-nya.

Orang yang di hubungi Brandon mengangkat telponnya pada deringan ketiga.

"Lo dimana?" tanya Brandon tanpa basa-basi. Situasi Brandon sekarang sangat terjepit. Dan itu membuatnya was-was.

Kalau ini tidak ada kaitannya dengan Sarah, Brandon sama sekali tidak akan perduli dengan berita yang akan di buat para wartawan dan infoteiment.

Tapi ini Sarah. Bukan wanita lain.

"Gue di studio. Elo ngapain nelpon gue? tumben" ucap Angga dari seberang telepon terdengar kebingungan. Brandon jarang sekali menelpon teman-teman bandnya itu.

Brandon biasanya kalau minta tolong pada bandmate-nya cuma lewat sms dan whatsapp saja. Jadi sudah sewajarnya Angga merasa bingung dengan telepon dari Brandon yang begitu tiba-tiba.

"Gue butuh bantuan lo sekarang" Brandon mendengar Angga sedang mengatakan sesuatu pada seseorang di seberang telepon.

"Elo dimana sekarang?"

"Agensi. Gue di basement. Nanti gue whatsapp elo buat lebih jelasnya. Elo cepat datang kemari" jelas Brandon sambil memperhatikan gerak-gerik para wartawan yang ada di basement.

"Oke bro" jawab Angga singkat lalu menutup telepon.

Brandon pun kemudian menelpon menejernya. Dia menjelaskan situasi yang sedang dialaminya sekarang. Mas Bima berjanji untuk mencoba mengusir para wartawan tersebut.

Brandon lalu menjelaskan lewat whatsapp tentang apa yang dia inginkan dari Angga. Dia ingin Angga menarik perhatian para wartawan agar Brandon bisa keluar dari dalam mobilnya dan masuk ke dalam agensi.

Terserah deh tu anak mau ngelakuin apa atau mau ngomong apa yang penting gue bisa keluar dari sini.

Brandon tersenyum membaca balasan whatsapp dari temannya itu.

Angga:

Lu tenang aja. Serahin semuanya sama Angga Ricardo ;)

Brandon:

Gue serahin semua hidup dan mati gue ditangan lu, Ga.

************

Jika Brandon, Ferrel dan Daniel mengalami hal seperti ini, Anggalah yang selalu bisa di andalkan untuk menolong mereka. Temannya itu selalu saja punya segudang cara untuk mengelabui para wartawan.

Pernah dulu waktu Ferrel ketahuan jalan dengan pacar barunya, para wartawan langsung siap siaga seperti ini. Mereka berdiri di depan agensi dan rumah Ferrel. Ingin mengetahui siapa perempuan itu.

Hal itu membuat Ferrel geram. Dia minta tolong kepada Angga untuk membantunya. Tidak di sangka Angga punya ide cemerlang untuk mengusir para wartawan dari rumah Ferrel.

Angga mempunyai seekor anjing pitbull. Dan di membawa anjingnya itu ke rumah Ferrel. Blackie nama anjing Angga, tidak suka dengan orang yang tidak di kenal. Jadi ketika melihat banyak wartawan di depan rumah Ferrel, Angga dengan sengaja melepaskan Blackie. Blackie langsung berubah seperti anjing militer. Dengan wajahnya yang galak, dia terus menggonggongi mereka serta memperlihatkan gigi-giginya yang tajam.

Alhasil karena merasa takut di gigit Blackie, atau takut terkena rabies, para wartawan pun berlari meninggalkan rumah Ferrel, dan tidak berani kembali.

Mengingat kejadian itu membuat Brandon mengakui bakat Angga dalam hal kreativitas atau kelicikan-nya. Dia tidak bisa berhenti tertawa ketika Ferrel menceritakan perbuatan Angga itu.

Setengah jam kemudian, para wartawan yang ada di basement mulai berlari keluar. Brandon pun menyadari bahwa Angga-lah penyebabnya. Temannya itu berhasil melakukannya.

Finally.

Tiba-tiba handphone yang diletakannya di kursi samping berbunyi. Dia membuka pesan yang di kirimkan Angga dan tersenyum membacanya.

Angga :

Gue udah berhasil nyingkirin tu para wartawan. Jasa gue yang segede bumi ini jangan sampe lupa lu bayar ;)

Brandon :

Thx, Bro 😂👍

Selesai membalas whatssapp Angga, Brandon melihat ke kiri dan kanannya, memastikan sekali lagi bahwa para wartawan sudah benar-benar pergi.

Okay, they're gone

Brandon pun keluar menuju pintu darurat yang ada di basement. Ketika sampai di lobby kantor, para wartawan sudah tidak bisa di temukan. Mereka sudah pergi.

Brandon akhirnya bisa sedikit lega. Dia pun kemudian melihat Angga sedang berjalan ke arahnya. Dari wajah Angga, Brandon bisa melihat senyum jahil temannya itu.

"Kerja bagus. Gue nggak nyangka elo berhasil, Ga. Elo apain lagi tu para wartawan?" tanya Brandon penasaran dengan apa yang bisa membuat para wartawan tersebut pergi meninggalkannya.

"Gue nggak buat apa-apa. Gue cuma bilang kalo gua denger kabar tentang, siapa tuh si artis yang selalu cetar membahana itu? gua lupa namanya. Pokoknya gua cuma bilang tu perempuan ketangkep basah dengan seorang pejabat tinggi di hotel sedang melakukan hal yang tidak senonoh. Eeh tu wartawan langsung percaya aja sama cerita gue" jelas Angga bangga, "Mungkin juga berita elo itu nggak terlalu menarik atau waahh buat mereka sampe mereka langsung cabut ninggalin elo" tambah Angga menyindir Brandon lalu mulai tertawa tertawa keras. Brandon ikut tertawa mendengar apa yang dilakukan temannya itu, dia sama sekali tidak perduli dengan sindiran temannya itu.

Angga kembali ke studio setelah selesai menolongnya. Brandon pun mulai berjalan ke arah lift. Dia menekan tombol lantai empat di lift tersebut. Kantor agensinya tidak terlalu besar. Kantornya hanya memiliki empat tingkat tetapi cukup memiliki banyak ruangan.

Dia kemudian berjalan menuju ruangan direktur agensinya itu. Brandon bertanya-tanya dalam hati, mengapa dia sampai bisa di panggil oleh direktur agensinya?

Selama lima tahun dia berada dalam naungan agensinya, dia jarang sekali bertemu dengan direktur agensinya itu. Selama Brandon terkena gosip seperti ini, direkturnya tidak pernah sampai memanggil Brandon ke ruangannya. Biasa direkturnya cuma memarahinya lewat mas Bima.

Mungkin ini ada hubungannya dengan pamor The Storm yang sedang naik daun. Gosip seperti ini bisa menjadi batu sandungan bagi grup mereka.

Brandon pun mengetuk pintu ruangan direkturnya itu.

"Masuk" Suara parau menjawabnya dari dalam ruangan tersebut.

Brandon masuk. Dengan tegap dan sopan Brandon berdiri di depan meja kerja direkturnya. Direkturnya saat ini sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

Sementara direkturnya menelpon, mata Brandon sibuk memperhatikan ruang kerja bosnya itu. Ruangan tersebut terlihat begitu wahh. Hampir sebagian dari ruangannya di kelilingi oleh kaca. Pemandangan dari atas ruangan ini juga sangat bagus. Orang bisa melihat kota Jakarta dari sini dengan jelas. Ruangan ini sangat berbeda jauh dengan ruangan lain yang ada di agensi ini.

***********

Next chapter