webnovel

NEWTON III

Fiya dan Widya bercengkrama di ruangan Widya menceritakan masa lalu mereka semasa.

Hari ini adalah hari libur. Tidak ada perkuliahan tetapi kesibukan sudah terlihat di halaman fakultas. Persiapan Reuni Akbar telah membuat semua orang sibuk. Ada yang unik dari reuni ini. Untuk pertama kalinya akan diadakan reuni semua jurusan yang ada di kampus secara bersamaan. Semua Jurusan dan Fakultas berlomba menampilkan yang terbaik, memberikan persembahan terbaik. Semua lini bersatu padu civitas akademika, mahasiswa aktif serta alumni. Untuk MIPA reuni akan diadakan Santu pagi besok akan ada acara Fakultas MIPA, malamnya Jurusan Fisika akan mengadakan Gala Dinner dan Reuni Akbar di hari Minggu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Matahari mulai mengintip masuk di ruangan Widya. Saat kesibukan di luar mulai semakin menggeliat terlihat beberapa alumni tiba di halaman Fakultas MIPA. Mereka bisa dibedakan dari pakaian dan perawakan mereka yang sudah terlihat dewasa. Semua berpadu membuat Sementara itu Fiya dan Widya masih asyik berbincang. Mereka mengingat masa - masa perjuangan mereka. kesibukan mereka beradaptasi dengan dunia perkuliahan, ketika mereka barus mencari pekerjaan tambahan agar mereka dapat pergi nonton, betapa berjuangan mereka tidak tidur untuk mengerjakan laporan laboratorium. dan tak lupa ketika mereka lari terbirit birit saat tengah malam ketika harus ke laboratorium untuk ambil data dan terdengar ada yang menyapa mereka. Suara tawa mereka memberikan sedikit warna di lantai 3 Gedung B Fakultas MIPA pagi ini.

" Eh Super Seven apa kabar?"tanya Fiya sedikit ragu sambil memandang foto.

"Masih lanjut kan?" keraguan Fiya kini berubah menjadi rasa ingin tau.

Super Seven adalah sekelompok mahasiswa yang memiliki keilmuan masing masing dalam bidang Fisika yang terbentuk secara tidak sengaja. Pertemuan pertama mereka ketika secara tidak sengaja para mahasiswa beda angkatan itu bertemu diperpustakaan. Berawal dari saling bantu belajar, teman nongkrong hingga menjadisebuah kelompok riset.

"Masih kok. Cuman Akustiknya aja diambil alih pak Indra. belum ada pengganti kamu." jawab Widya santai. " Kenapa. Kangen ya?" pancing Widya. ia tau sahabatnya ini sebenarnya sangat suka riset dan lab. walaupun jalan hidup Fiya tidak lagi kesana. Widya dapat melihat binar dimata Fiya saat mereka membicarakan tentang Super seven.

" Hahaha...Kangen lah sama kalian semua. Kenapa akustiknya nggak ada?" Fiya berusaha mengembalikan seuasana.

"Belum ada yang se visi sama kita." Jawab Widya

"Udah ada beberapa yang gabung atas rekomendasi Pak Indra tapi belum ada yang nyantol." tambah Widya sambil menyerakan sebuah buku kepada Fiya. Fiya Keheranan. Ia tau itu buku apa tetapi yang mengejutkan buku itu masih ada.

"Thank You ya Pi. Semua yang aku dapat hari ini berkat kamu." Ucap Widya sambil duduk di sebelah Fiya.

"Kamu yang terbaik Pi. Entah apa Jadinya aku tanpa buku itu. Thank You sudah meninggalkan buku itu untuk kami." ucap Widya yang kini telah memeluk Fiya

"Aku dan Salman bener - bener kebantu sama buku ini Pi. Salman itu malah bawa buku ini saat ujian Tesisnya. Jimat katanya. Lewat buku ini kami selalu merasa kamu di samping kami." terdengar Widya berbicara dengan suara yang bergetar.

Mereka berdua mulai terisak. Tak ada sepatah kata pun yang terucap. Mereka meluapkan kerinduan mereka dalam sunyi. Lama mereka hanya terdiam.

"Aku kangen Pi. Maaf kami tidak ada di saat terberatmu." ucap widya saat mereka mulai melepaskan pelukan.

"Ih apaan sich bu dosen. Kita sudah melewati semua. Maaf juga gue gak ada di masa berat lo juga. udah ah g lucu kita malah nangis. entar make up gue luntur." ucap Fiya sambil bergaya seloah sedang membetulkan makeup nya.

Tok Tok Tok

Pintu ruangan Widya diketuk.

" Wid dipanggil pak Indra tuh." Suara Salman membahana yang mengganggu obrolan Fiya dan Widya. Mereka menoleh menatap kearah pintu. Mata Fiya dan Salman bertemu. Fiya tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya

"Masuk Man." Ucap widya memecahkan ke cangungan.

" Hai Man. Masih ganteng aja lo." Kelakar Fiya membuat Salman semakin kebingungan. Alis yang berkerut di bawa Salman masuk sambil duduk di sebelah widya.

"Siapa ya?" Salman semakin penasaran.

" Lo lupa ama gue. Huft. Terlalu." Fiya Berdiri dengan wajah kecewa lalu berdiri.

Huft ….Sekali lagi Fiya membuang nafas kasar lalu pergi keluar dari ruangan Widya.

Di ruangan Widya. Salman masih bengong.

" Siapa dia?" tanya Salman pada widya.

" Kayaknya familiar banget. Siapa sich Wid?" Salman terlihat masih berfikir keras.

" Pantes Pia ngampek terus pergi. Orang kamunya lupa sama dia." Jawab Widya beranjak dari sofa menuju meja kerja di ujung ruangan.

" Oh Fiya ngambek. Ah dia kan emang tukang ngambek. Dasar anak kecil." Salman menimpali Widya.

1 detik

2 Detik

3 detik

" SIAPA? PIA?FIYA!! SAFIYA." Salman tiba tiba berdiri melirik Widya penuh tanya dan hanya di jawab anggukan.

Salman segera keluar ruangan Widya.

"PIA." Teriak Salman mengagetkan Fiya yang akan menaiki anak tangga.

Fiya melihat Salman tersenyum berbinar. Fiya sadar arman telah mengenalinya. Salman berlari menghampiri Fiya dan berhambur ke pelukan Fiya.

Salman memeluk Fiya erat.

"Kamu kemana aja. Kenapa nomer kamu g aktif? Rumahmu sudah pindah? Kami cari kamu mana-mana." Suara salman terdengar sedikit bergetar.

"Gue disini. Dipelukan sahabat gue yang sebentar lagi jadi Doktor." Jawab Fiya membuat salman melepaskan pelukannya.

"Harusnya kamu yang dapetin ini semua." Salman menunduk

"ya nggak lah. Ini punya lo ini jalan loe. Ini emang udah rejeki lo. Thank You udah bikin gue jadi temen yang bangga sama lo" Kata Fiya. "eh anterin Gue ke ruangan pak Indra dong." Tambah Fiya sambil menautkan tangannya di siku Salma.

Sementara itu sepasang mata dari balik ruangan salah satu dosen mengamati dengan ekspresi yang tidak bisa di mengerti.

Brak

"Aduh." Suara seorang pria menggerang kesakitan memegangi kakinya.

Pria tersebut kesal melihat interaksi Salman dan Fiya tetapi senyum juga tersirat di wajahnya. Ia mulai terlihat tak tenang. Beberapa kali ia memandangi layar HP nya dengan tidak tenang. Wanita yang membuatnya berdebar dari semalam kini membuatnya tak tenang. Masih jelas tergambar dimatanya betapa ada kerinduan dimata wanita itu ketika memeluk Salman. dan itu melukai hatinya.

***

Fiya dan Salman tiba di sebuah ruangan yang lebih besar dari ruangan Widya.

" Selamat Pagi ." Ucap Fiya dan Salman Bersamaan

Terlihat seorang Indra sedang menyedu kopi di meja dekat jendela ruangannya.

"Hai kalian, masuk. " Jawab Indra sambil duduk di sofa ruangan tersebut.

Fiya memandang sekeliling ruangan ini menjadi saksi perjuangannya. Fiya teringat sebuah kalimat Indra yang menjadi Quote untuknya:

Orang itu mending pelihara ayam, bebek, kambing.

Jangan bodoh dipelihara.

Kalimat itu pernah membuat Fiya terpuruk dan bangkit secara bersamaan.

Ruangan tempat Fiya di caci dan disanjung secara bersamaan, Ruangan dengan sejuta ekspesi Fiya.

"Mau Kopi Fi?" tanya Indra membuyarkan lamunan Fiya.

"Ice Americano boleh." Jawab Fiya asal sambil tersenyum lebar

Disambut gelak tawa Indra dan Salman.

" Emang Coffee Shop. Sana kamu ke S***buck. Ini campus boz." Timpal Salman.

Mereka duduk di sofa ruangan Indra. tak lama pintu diketuk

Tok…Tok….Tok

Ruangan Indra diketuk

" Permisi pak. Bapak manggil saya." Tanya pria tampan dengan tubuh atletis. Polo Shirt putih yang membungkus tubuhnya tidak bisa menutupi tubuh atletisnya dengan sempurna. Fiya memandang terbelalak. Fiya kaget tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup kencang. Fiya berusaha mengendalikan dirinya. Tubuhnya kaku matanya terpenjara dalam tatapan pria itu.

Hi Reader

please corat coret biar kita bisa saling kenal.

salam kenal semua

Love

JustCallMeTocreators' thoughts