webnovel

Chapter 9

Gerr melemparkan burung berwarna hitam kelam ke udara. Burung itu tidak seperti semua varietas burung yang pernah kulihat. Paruhnya berwarna merah dan dia memiliki tanduk. Matanya seperti anjing yang terlatih daripada burung liar. Di kakinya ada tabung dari kayu.

Aku menatap takjub pada burung itu.

"Apa itu burung pengantar surat?"

Gerr menoleh agak terkejut. "Tuan Putri sudah bangun."

"Gue cowok, bukan Tuan Putri," ketusku kesal.

Gerr tertawa renyah. Tangannya yang lebar menepuk punggungku dan aku terdorong karenanya. Kekuatan sialan. Gerr meminta maaf tanpa benar-benar merasa bersalah. Aku mengusap punggung sembari menggerutu.

"Tuan Muda Damar begitu melindungimu, jadi kupikir kau Tuan Putrinya." Aku menggerutu kesal. "Ngomong-ngomong, di mana Damar?"

"Tidur."

Gerr menoleh sekeliling, kemudian menatapku serius. "Aku tahu ini kurang ajar, tetapi, Nak, apa benar kau memiliki skill untuk membuat apa pun menjadi makanan."

"Yup."

Gerr tersenyum lebar. Kami berjalan ke ruangannya, sambil terus menjelaskan tentang keadaan desa. Desa yang dekat dengan Serpent Forest ini membuat orang luar tidak ingin datang. Aku sudah membaca tentang Serpent Forest dan bagaimana hutan itu benar-benar hutan mati. Hutan beracun yang hanya dihuni oleh makhluk buat dengan daging yang beracun pula.

Hal itu membuat desa ini dihindari oleh para pendatang. Tidak ada keuntungan datang ke Sepent Forest. Begitupula, tidak ada untungnya datang ke desa ini. Semua itu membuat penghasilan desa ini benar-benar kecil dan kesulitan untuk hidup. Ingin pindah pun, tidak ada yang mau membeli rumah dari desa ini, dan sehingga mereka hanya berjuang dengan menjual pohon-pohon di luar hutan, dan berburu hewan-hewan yang tidak beracun, beternak, serta bertani. Beberapa membuat kerajinan, tetapi distribusinya terlalu sulit.

"Terutama akhir-akhir ini Hyena turun dari hutan dan mulai menyerang hewan-hewan yang tidak beracun itu. Sungguh sulit untuk mencari bahan makanan."

"Sebelumnya tidak pernah begitu?"

Gerr menggeleng. Dia membuka pintu untukku.

"Beberapa hari yang lalu, tidak, aku tidak bermaksud menyalahkan kalian, tetapi Hyena-hyena itu turun sejak sepuluh hari yang lalu. Awalnya kami menduga mereka ketakutan pada predator yang ada di dalam, tetapi setelah kalian muncul ...."

"Kayaknya Damar bikin mereka takut trus turun."

"Kami rasa begitu. Duduklah, Nak! Rossy, bawakan kami minuman!"

Rossy muncul dari lantai atas. Gadis yang seusia denganku itu tersenyum manis. Rambutnya terjatuh cantik ke pinggangnya, berwarna abu-abu seperti awan badai, tetapi begitu mempesona. Kaki dan tangannya kecil, tetapi rata-rata statusnya 100. Haha, bahkan gadis dengan perawakan sekecil itu lebih kuat dariku. Sekarang, dunia ini memang tak bisa menilai seseorang berdasarkan tubuhnya saja.

Skill Rossy, [Act], [Hunter], [Persuade], dan [Seduction]. Sungguh skill yang sangat cocok untuk bernegosiasi. Hanya saja, ada satu skill yang tidak terbuka, [All i Want]. Aku mengira-ngira apa maksud skill itu, tetapi kemudian berhenti memikirkannya karena toh skill itu tidak terbuka.

Saat Rossy berkata, "Oke!" dan pergi ke belakang, Gerr menatapku geli.

"Cantik?"

Ada sedikit rasa malu, saat Gerr tahu aku memperhatikannya terlalu lama. Meski bukan dengan alasan yang dia pikirkan.

"Sangat cantik."

"Rossy memang yang paling menarik di sini."

Akan tetapi, ada sesuatu dari kilatan mata Rossy yang membuatku berpikir dia tidak seperti yang kukira. Juga skill itu, bujukan mungkin satu hal, tetapi rayuan itu hal lain. Gadis itu muncul kembali beberapa menit kemudian dengan membawa gelas dan meletakkannya di mejaku. Ketika dia meletakkannya di meja, kausnya yang longgar terjatuh dan menujukkan garis payudaranya. Rossy tidak memutuskan kontak mata dariku.

[Seduction]

Jadi, ini maksudnya?

"Aku dengar ada dua orang Makhluk Dunia Lain yang datang ke mari dari hutan. Aku baru bertemu Damar. Apa benar kau tidak memiliki skill combat?"

"Rossy!" tegur Gerr. "Setiap orang memiliki kemampuan mereka sendiri. Nak Randy memiliki kemampuan untuk menetralkan racun dari hewan-hewan Serpent Forest."

Mata Rossy berbinar. "Wah! Serius? Gila, dong!" Dia tiba-tiba berdiri dan duduk di sebelahku. Tangannya meraih milikku dan dia benar-benar menempel. Aku menatap Rossy bingung sekaligus malu. "Kalau begitu kakak bisa membantu kami, kan? Kak, desa kami sangat perlu bantuan. Kami hampir kehabisan makanan dan aku sudah sangat lama kesulitan mencari buruan. Bila kakak bisa mengubah daging para Hyena itu menjadi makanan, kumohon, Kak! Bantu kami."

"Rossy!"

"Tapi ini kesempatan terakhir kita, Kak Gerr!" bentak Rossy sedikit bergetar. "Anak-anak itu, mereka kelaparan! Aku tak bisa memberikan mereka hanya sayuran. Mereka perlu daging! Mereka perlu protein. Seharusnya akulah yang bertugas memenuhi itu, tapi karena Hyena-hyena itu."

Rossy memelukku erat-erat dan mulai menangis sesegukan. Aku menepuk punggungnya. Skill yang menyebalkan. Kalau saja Rossy di duniaku, dia pasti menjadi aktris yang terkenal.

"Kak Randy, maukah kau membantu kami? Kumohon?"

"Aku akan membantumu, Rossy."

Senyum Rossy merekah dengan kepolosan yang sangat kental, tetapi matanya berkilat.

[Act.]

Dasar skill merepotkan.

OooOooO

"Anak itu benar-benar luar biasa."

Gerr menatap piringnya yang tersisa setengah. Dia tidak pernah membayangkan memakan daging ini sebelumnya. Daging dari hutan paling beracun yang ada di dunia itu. Tatapannya beralih ke kursi kosong dan sisa piring di depannya.

Randy Pangestu.

Lelaki itu dengan senang hari mengambil semua daging yang dia berikan, bahkan hampir tak melakukan apa pun, hanya menatapnya sejenak, kemudian memasaknya. Dia menyentuh daging lain dan mengatakan daging-daging itu bisa dimakan. Awalnya dia ragu, siapa yang tidak? Gerr telah melihat banyak sekali orang yang mati karena memakan apa pun yang ada di hutan itu, dan sekarang seorang lelaki muda dengan santai membuat semua hal mematikan itu menjadi makanan yang lezat.

"Gerr," rengek Rossy yang telah menghabiskan piring keduanya. "Kita takkan melepaskannya, kan? Damar mungkin sulit, tapi Randy? Skillnya sangat berguna."

"Sulit untuk memisahkan mereka."

Perr keluar kembali dengan sepiring daging yang baru dimasak. Untuk mendapat simpati si anak baik, Randy, mereka harus membagikannya ke pada penduduk lain. Rossy tidak terima, tetapi sebelum pesanannya itu datang, mereka tak bisa melakukan apa pun.

"Damar masih bayi," tukas Rossy kesal. "Kita bisa membunuhnya sekarang."

"Dia lebih kuat darimu, Rossy."

"Tapi dia tetap bukan veteran. Dia Makhluk Dunia Lain yang baru datang dengan status yang rendah."

Perr menggeleng. "Jangan terburu-buru! Bila kita membunuh Damar sekarang, Randy mungkin takkan mau melakukan skillnya. Jangan sentuh mereka sampai kotrak budak datang. Untuk itu Rossy, tetap tahan mereka di sini sampai kontrak itu sampai."

Rossy tersenyum dan melambaikan tangannya.

"Itu mudah."

OooOooO

"Sudah selesai jadi pembantu umumnya?"

Damar menunggu di depan kamarku sambil melipat tangan. Matanya menatapku tajam, sebagian meremehkan. Aku membuka jendela skill Damar dan menemukan satu skill yang sama dengan milik Rossy.

"Lo punya tuh [Persuade]."

"Apa?"

"Skill [Persuade] itu cocok banget buat negosiasi, deh. Mau gue bukain?"

"Nggak perlu," ketus Damar kesal. "Kamu sudah berjanji takkan menggunakan skill itu lagi dan aku bisa membujuk mereka meski tanpa skill itu."

"Maksud lo mengancam?"

Damar hanya diam.

Aku melihat jendela skill dan menemukan skill [threat] di sana.

Seriusan ada dong, skill untuk mengancam. Lebih baik aku menyembunyikan ....

"Ada kan?"

"Sialan lo."

Damar mendengus.

Aku menarik napas dalam dan mencoba bicara dengan lebih tenang.

"Gue tahu kalau desa ini nggak sebersih yang gue kira, tapi desa ini nggak seburuk yang lo kira. Mereka cuma lapar."

Aku menjelaskan semua yang terjadi hari ini hingga tato yang dimiliki Pinny, kemampuan Rossy, dan daging-daging yang mereka bawa. Sebagai gantinya, Damar menjelaskan tentang perburuannya semalam. Hyena yang menyerang mereka, juga keanehan di beberapa tempat.

"Aku tidak tahu dimana saja keanehannya, tapi itu mengangguku terus menerus."

"Kalau dengar dari cerita lo dan respon Rossy hari ini, kayaknya masuk akal deh. Rossy statusnya tinggi, meski sebagian besar skillnya buat negosiasi, ada skill [Hunter] yang jelas bakalan membantu banget. Kata lo, Hyena-hyenanya nggak sekuat itu, kan?"

"Ya. Aku bisa mengatasi semuanya dalam semalam, tapi rasanya lebih baik menyembunyikan kekuatanku sebisa mungkin. Serangan Hyena itu juga tidak mengancam, kecuali mulutnya berancun, yang lain baik-baik saja."

"Selain Gerr dan Rossy, serta anak buahnya, orang-orang lain seperti Pinny, mereka hanya korban. Mereka butuh makan, dan waktu gue memberi mereka makan, mereka lahap banget makannya. Apalagi Pimn. Gue bisa lihat sebagian dari mereka cuma keseret."

"Kita tidak punya waktu untuk membantu mereka."

"Kita punya banyak waktu buat melakukannya. Nggak ada yang ngeburu-buru kita lanjut."

"Jadi kamu lebih memilih membantu mereka daripada pulang ke keluargamu?"

"Kita nggak tahu gimana caranya pulang juga, kan?"

"Kalau tetap di sini, kita takkan tahu bagaimana caranya pulang sampai kapan pun."

Damar menatap mataku tajam, tetapi aku tak mau mengalah. Dia mendengus, kemudian berbalik. Orang gila itu benar-benar deh.

"Mar, gue belum selesai ngomong!"

Begitu Damar membuka pintu, kami semua dikejutkan dengan keberadaan Rossy yang tersenyum lebar dan Pinny yang hanya menunduk. Dinamika itu membuat segalanya semakin terlihat aneh.

"Randy, aku datang untuk kencan."