webnovel

TKC 38

PUKUL 1 siang, Apo pun akhirnya dilepas Raja Millerius. Diam-diam dia menyelinap turun ke lapangan seperti pencuri cilik kurang uang saku. Sistem bilang bonus level dilaksanakan 15 menit lagi, yang artinya Apo harus ganti baju serta helm dan mengambil pedang runcing untuknya bertanding. Lelaki carrier itu merapikan penampilan seadanya selama pergi, tak dipungkiri bekas didusel puluhan menit membuat rambutnya mencuat seperti tauge.

Seringan angin Apo berjalan seolah tak terjadi apapun. Maunya terjun ke dasar bumi, tapi tadi nyata-nyata kejadian. Apo sulit percaya sudah menyusui sang raja seperti bayi. Sensasi memeluk dan dipeluk masih terbayang dalam otaknya.

Gelora sinting mengguyur mereka bagaikan hujan yang deras. Ingin berhenti dan memungkiri, tapi Apo suka dengan sensasinya. Dia melenguh sangat berisik, melebihi ketel air di atas kompor. Setiap detik Apo mencakar jubah sang Raja, tapi tak menolak dimanjakan berlama-lama. Uap mulutnya terhempas sendat karena perutnya keram mengencang. Cacilah dia yang sok centil kala diberikan jeda. Mimik ayu, bibir agak terbuka, dan kedipan lucu sudah di luar kendali. Apo tak tahu semenggemaskan itulah tubuh carrier-nya merespon hasrat dominan.

"Hhhh ... Yang Mulia," gumam Apo ketar-ketir. "W-Waktunya--ugh ... Sudah hampir habis loh. Sudah ya. Hasil latihanku sama Ibu nanti sia-sia."

"Nope, jangan dulu."

Apo memejamkan mata kala belaian lidah menyisir puting kirinya. "Mmhh."

"Aku kan tidak melukaimu kali ini," kata Raja Millerius, lalu mengecup tonjolan mungil itu. "Jangan beralasan soal waktu, Natta. Kita masih memiliki 20 menit."

"Ahh!"

"ANJING!"

Apo mengacak-acak poninya. "Apa-apaan sih, Millerius?! Brengsek aku butuh istirahat!! Pokoknya kubilangin Ibu kalau sudah pulang nanti! Bisa-bisanya ngajak sembunyi kek yang selingkuhan!! Cih!" makinya sepanjang jalan.

Segala benda menjadi sasaran amukan Apo. Pot ditendang, kucing lewat dibentak, kepeleset pun tirai balkon dijambak hingga melorot. Pokoknya Apo benar-benar badmood. Sistem kena batunya dengan dihujani tinjuan yang tembus pandang.

[ Halo, Tuan Nattarylie~]

[Tring! Tring! Tring!]

[Jadi bonus level kali ini akan diadakan dengan cara pertandingan! Yakni 8 player dipecah menjadi 4, dengan susunan versus berikut---]

"DIIIAAAAAAAAAAAMMM!"

Buagh.

Tangan Apo mengenai tembok klimis. Dia berakhir mencak-mencak sendirian karena amat kesakitan. Kepalan itu diciumi usai ditiup pada lukanya. Apo melotot kesal akan rasa perih yang terus merambat naik.

"Aduh, shit! Aduh ya ampun ... terkutuk kau Apo anjing! Aduh ... ini sih beneran sakit. Aduh Ibu .... Asshhh, untung nanti memakai seragam khusus, ahhh ... orang-orang tidak boleh lihat!!"

Aku bisa-bisa didiskualifikasi karena alasan kesehatan!

Apo mengibas-ngibaskan tangan sebelum melewati pintu chaos. Di sana lah penjaga mulai aktif berjejer-jejer karena tidak steril lagi. Apo pun percaya rumor prajurit Inggris tahan banting mau angin atau badai yang menerjang. Selama keributan tidak krusial, mereka tetap mematung dalam seragam merah dan topi rambut macam jajan corndog itu.

Apo pun menyembunyikan luka di balik genggaman. Dia permisi ke ruang ganti untuk bersiap-siap segera (Di sanalah benda yang 11:12 dengan astronot dia temukan atas nama Nattarylie). Skill bertanding tidak lupa Apo pencet agar bergerak sesuai ritme.

[Anda kenapa, Tuan Nattarylie? Kok sampai sebegitunya? Jangan-jangan mau menstruasi lagi! Hati-hati ini sudah bulan Februari! Waspada tanggal!]

"Brengsek ah, bukan!" Apo ngomel-ngomel seraya kabur ke kamar mandi. Dia mengabaikan ketukan dayang yang datang membantu. Jangan sampai mereka tahu dia punya tangan yang segera memar. Satu per satu Apo lepas baju tanpa tahu malu. Di depan sistem dia baru memungkiri peraturan darinya sendiri. "Daripada itu, bagaimana kelanjutan info tadi? Pertandingan apa?" tanyanya. Mulai dari celana, baju, cravat, baju luar, baju dalam dan lain-lain sebagainya--

[Oh, itu. Anda nanti melawan nona Sia di babak pertama. Coba lihat data ini]

BABAK 1

[Raymond Vs Gavin] [Delio Vs Victoria]

[Nattarylie Vs Sia] [Nicho Vs Magnolia]

[Note: Setiap sesi dilakukan secara serentak]

BABAK 2

[... Vs ...] [... Vs ...]

BABAK 3

[... Vs ...]

The Winner

[....]

"Oke?"

Apo pun keluar setelah menyambar helm anggar-nya.

[Ada pertanyaan, Tuan?]

"Ada. Coba poinku tinggal berapa. Kemarin kan berstatus kalah. Aku tak sempat mengecek ulang," kata Apo sambil berlari ke Gedung Sport Ariende. Di sana para penonton sudah menunggu, tapi player belum lengkap, membuat Apo kaget tak terlambat.

[Oww itu, mari coba lihat kalkulasinya bersama-sama]

[149.000 setelah kalah dalam dialog multibahasa]

[148.500 setelah kalah saat bonus level]

[Masih 148.500 karena bertahan di level 9]

"Sip lah. Tidak buruk." Apo mengangguk-angguk berpikir. "Kalau Gavin, bagaimana statusnya? Aku harus mengejar berapa poin? Sekalian beritahu reward bonus level nanti."

[Oke! Tuan Gavin memimpin di angka 228.000, Tuan! Jadi Anda harus mengungguli 5 level, tanpa kalah saat bonus datang. Yang semangat!!]

"Babi! Gila ...." keluh Apo langsung pusing.

Sistem justru kelihatan senang. Emot tawa di depannya tak mengobati kepanikan sedikit pun.

[Ayooooo! Ayooooooo! AYOOOOOOOOOO! Bonus anggar senilai 15.000! Tring! Tring!]

[Keluarga Livingstone akan tetap nomor 1! Go! Go! Goooo!]

"Dih, asyuuu .... asyu."

Pertandingan pun dimulai pukul 1:30 menit. Memang sempat mundur karena ada kesalahan teknis diantara pengawas challenge. Tiba-tiba saja ada satu yang celananya copot melorot. Untung barisannya di belakang sehingga yang tahu cuma beberapa orang. Keributan muncul dan penonton bertanya-tanya. Desas-desus dari saku keluar uang pertanda iklan porno dan judi masuk ke game lagi. Kau tahu kan? Slot gacor? Biasanya ada gadis seksi berbikini jika dalam versi ponsel.

"Cih ...."

Apo paham virus sering menjangkiti universe virtual. Kecerdasan AI tak dipungkiri tetap buatan manusia. Keamanan pihak developer memang harus diperkuat. Yang Apo sesali adalah tidak mengobati diri dulu.

"Ahh ...."

"PRIIIIITT PRIIIIIITTTTT!! PRIIIIIIIITTTT!!" tiba-tiba pemimpin challenge meniup peluit nyaring. Kedelapan player pun segera menaiki kotak pertandingan masing-masing. Mereka memasang posisi adu ketangkasan serta kelincahan diri. Apo yakin untuk "Babak 1" karena tahu Sia bukan orang ambisius. Dia berhadapan dengan gadis itu sambil memegang pedang mengacung runcing. Awalnya berputar, melangkah pelan sebelum menyerbu sambil menangkis. "Tiga ... dua ... satu! START!"

Ting! Ting!

Suara pedang langsing pun mulai berdenting.

Empat kotak berisi player bergerak cepat dalam mempertahankan nama dan ranking. Tidak ada yang bersuara dalam proses itu, termasuk Apo yang berusaha mengingat latihannya bersama Phelipe. Dia abaikan setiap raungan perut dan tangan yang ngilu. Apo sempat terengah hebat sangking lapar dan hausnya dia berada di tempat itu.

"FINISH! NOW!" teriak wasit setelah nilai "Babak 1" keluar. Nama Gavin, Victoria, Magnolia, dan Nattarylie muncul di layar.

Bisa dikatakan itu kabar baik, sekaligus buruk untuk Apo.

"Anying! Gavin lagi! Jangan bilang ...." batin Apo sambil mengatur napasnya.

"SELAMAT DATANG DI BABAK 2! Adios!! Berikutnya Gavin Bernett Vs Victoria Saw, dan Nattarylie Vs Magnolia Gerdaline! BERSIAP DALAM 5 MENIT!"

Apo pun segera berpindah kotak. Sejujurnya dia jengkel berhadapan dengan Magnolia. Gadis ini pasti masih memiliki dendam padanya. Kalah salah, menang malah pasti menyinggungnya lagi.

"HA!" teriak mereka bersamaan tanpa sadar.

Aura kemusuhan sangat kuat selama Apo bergerak kesana-kemari. Hela napasnya makin kasar seiring waktu disebabkan dehidrasi. Jujur, Apo ingin menangis, tapi pucatnya tak diketahui oleh siapa pun. Bibirnya memutih, pipinya juga, tapi tetap berjuang hingga namanya pantas disebut.

"GAME ... OVER!! BUBAR!!" teriak wasit itu lagi. Nyaringnya peluit pun mengiringi kepergian Magnolia yang buka helm. Dia langsung membanting kasar sangking kesalnya tidak bisa menang dari Apo.

"Dih ... kan, kan, kan ...." batin Apo tidak habis pikir. "Aku tak menyangka dulu suka gadis itu. Padahal cantik, tapi kenapa mood-sick sekali? Anjayyyy ...."

Carrier itu betul-betul lupa diri. Seolah dirinya paling kece sejagat raya saat menghadapi lawan akhir.

"Aku takkan segan-segan, Nattarylie," kata Gavin saat gabung di kotak final mereka. Apo pun gentar beberapa saat, tapi dia meladeni meski pergelangan tangan sudah terasa mau patah.

"Aku pun sama kalau begitu. Jangan meremehkan."

"HA!"

Teriakan mereka terdengar pecah. Para penonton semangat semua melebihi babak sebelumnya. Apo sempat kewalahan kala memarnya tersentil pedang. Dia pun mendesis dan bertahan hingga waktu mundur habis. Lelaki carrier itu meneteskan air mata di dalam helm-nya. Pemandangan Raja Millerius yang mengawasi langsung di balkon gedung membuatnya campur aduk.

Ah, sakit banget ... sakit ...

Gavin makin membabi buta dan menangkis pedang milik Apo hingga memutar begitu kencang.

Saat itulah Apo mulai menyadari, Gavin sebegininya pasti punya alasan yang kuat. Dia benar-benar seorang fighter sejati. Setiap challenge dilakukan penuh semangat seperti ini.

"Ah!"

Aku tidak mau kalah! Tidak mau!

Ayah dan Ibu pasti menonton sekarang! Mereka ada! Anjir! Pengen lihat tapi helm ini benar-benar seperti jendela sekat!

Tang! Ting! Ting!

Apo maju lagi untuk menyudutkan Gavin ke ujung kotak. Pandangannya sempat kabur tapi berhasil menghindar dari serangan. Mereka pun duel sampai tahap penghabisan. Ending-nya Apo berhasil melucuti pedang Gavin. Namun kakinya terhuyung-huyung saat wasit mengumumkan kemenangan.

"PRRRIIIIIIIIITTT!! SELAMAT UNTUK NATTARYLIE J LIVINGSTONE! DENGAN INI BABAK FINAL BISA KAMI NYATAKAN SELESAI." Sayup-sayup suara si wasit pun menjadi samar, padahal ada peluit dan kericuhan, namun tak satu pun menguasai gendang telinga Apo. "Setelah ini ketua kami akan menyampaikan sesuatu--"

Apo pun semakin lemas dan lunglai. Dia ambruk dalam posisi menyamping dengan pedang dan helm lepas setelah membentur lantai.

Bayiiiiiiiiiiiiiiiiii!

Ah, apa itu ....

Bayiiiiii!! Bayiiiiii! Bayiiiiii! Sayangnya Ibu kenapa beginiiiiiii!

Apo penasaran apakah teriakan yang barusan betul-betul nyata.