Sepanjang jalan Apo begitu gelisah. Lelaki carrier itu mengetuk-ngetukkan kaki di dalam kereta. Dia mengusap punggung tangan beberapa kali. Bingung harus apa, padahal yang akan ditemui hanyalah lelaki muda--ehem, maksud Apo, tetap saja dia memandang Raja Millerius kecil. Gerbang Istana Pusat dibuka oleh sembilan penjaga. Tiga di kanan, tiga di kiri, tiga lagi menyambut Apo untuk parkir kereta kudanya. Sistem menuntun Apo lewat lobi yang mana. Dayang-dayang berbaris dari tangga teras terbawah, hingga menuju bagian dalam istana. Apo dibawa naik ke lantai 3. Tangga berhias karpet merah, yang ditata bergulung hingga sampai tujuan. Sayup-sayup suara piano terdengar begitu lembut. Semakin dekat alunannya semakin berani. Apo rasa Raja Millerius sedang memainkan benda itu. Terlihat bagaimana seriusnya beliau menatap tuts-tuts monokrom.
Di samping Raja Millerius ada wanita seumurannya. Dia dipanggil "Zelina", yang menjabat sebagai tangan kanan terdekat sang raja. Zelina berdansa dengan seorang prajurit pedang. Mereka berputar-putar di tengah ruangan mengikuti irama yang candu. Keduanya seperti pasangan betulan, padahal yang diperagakan murni seni akting drama. Zelina saling bersitatap dengan si prajurit tegap. Apo bingung kenapa di sini, padahal ekspetasinya akan dimarahi.
Hm, perasaanku sumpah tidak enak.
Dia dipersilahkan duduk di kursi khusus penonton. Namun tak dipungkiri isi pikiran Apo sudah ribut soal lemparan kerikil kemarin. Teh dan kukis yang disajikan, makin menambah tekanan di perut. Apo gugup tidak karuan sejak baru datang hingga akhir pertunjukan. Lima menit penuh dag-dig-dug yang tidak nyaman. Benar sana Raja Millerius menuntaskan OP dalam sekali putaran. Lelaki itu berdiri elegan tanpa kata-kata. Zelina sendiri memberi hormat ke si prajurit usai menuntaskan tugas pertamanya. Wanita itu menggantikan posisi sang raja di grand piano. Langkah demi langkah Raja Millerius Apo lalui dengan menahan napasnya.
"Sudah cukup melihat contohnya?"
"Apa?"
Apo masih memegang kukis saat Raja Millerius mengulurkan tangan.
"Sekarang giliranmu berdansa denganku."
Apo pun tak bisa berkata-kata. Caci maki tenggelam di dasar tenggorok, maka harus bagaimana dia menolak lelaki ini? "Tidak mau. Jelaskan dulu sebenarnya ada apa." Dia berdiri dengan mimik jengkel. "Saya bukan orang yang sembarangan menurut ya. Kemarin cokelat dari Yang Mulia saya makan karena salah paham. Ibu bilang dari Ayah loh. Eh, akhirnya malah begitu faktanya." Dia coba meluruskan.
"Oh, sudah masuk ke perut kecilmu?"
Raja Millerius menyembunyikan lengannya di balik punggung. Ditolak pun sikapnya tetap begitu menawan. Dagu diangkat naik, tanpa terlihat kecewa. Apo bersungut-sungut melihat ekspresi wajahnya.
"Apa sih?" tanya Apo. "Perasaan tidak sekecil yang Anda bilang. Saya makan hampir semuanya ya. Itu benar-benar kesalahan. Saya merasa dibohongi semua orang," bantahnya. "Anda jangan gede rasa."
Raja Millerius mulai mempersempit jarak.
"Kupikir kau justru merajuk padaku."
"Najis?!"
Semua orang di ruangan pun langsung terbeku.
"...."
"EH! M-Maksud saya--serius tak bermaksud begitu."
Aih, kenapa yang barusan lepas sih?! Aku sedang mikir apa. Biasanya juga tidak pernah--
"Nattarylie, yang barusan kau sudah keterlaluan."
"U-Ugh, maaf--"
Apo mundur dan terantuk kaki kursi. Lelaki carrier itu tak bisa kemana-mana Dia kesal karena didominasi, tapi mata tetap tegar dan tajam ke depan. Dagu naik seolah sedia menantang. Apapun resikonya bukan Apo yang salah di sini.
Pokoknya kau yang salah, bocil! Kau!
Aku tidak melakukan apa-apa!
"Tapi siapa yang ngambek saat tes pertama?" tanya Raja Millerius. "Segala menangis hanya karena dapat urutan ke-6. Nattarylie, kau sebegitunya ingin denganku ya?" tudingnya.
"Hah? Bukan," sangkal Apo. "Pokoknya saya hadir pas tes yang ketiga. Anda mungkin salah orang."
"Tidak."
Sialan, ini detail ingatanku yang menghilang atau bagaimana sih? Apa karena dulu belum "log-in chara?" Level 1-2 aku memang main di layar ponsel sih. Jadi tinggal pencet-pencet--
"Yang Mulia, tolong. Saya tidak suka ya begini." Apo pun ingin menghindar, tapi lengannya dicengkeram kuat. Lelaki carrier itu menghentaknya beberapa kali, dia justru diingatkan dosa besar.
"Tidak, kecuali namamu mau kuhapus dari peserta sekarang."
"Apa?"
"Kesalahanmu terlalu banyak, Nattarylie. Siapa yang melempar batu ke peserta lain kemarin? Kau bukan?"
"Tidak!"
"Kau, karena kuas lukismu jatuh di ambang gerbang. Dan jangan coba-coba membohongi raja, paham? Kau pikir aku tidak mengenali jejak keretamu? Ukiran rodanya milik Livingston," desak Raja Millerius hingga si manis emosi.
"Tapi kata sistem tidak salah! Saya tidak melukai dia!" bantah Apo. "Mmmh, sisteeeeeeem!" panggilnya, tapi si layar transparan tidak kunjung datang.
"Sistem siapa maksudmu?"
"Sistem ya sistem! Arrgh!" bentak Apo, walau selain player memang takkan mungkin paham. Bisa jadi developer juga mengatur setting tertentu, karena Raja Millerius tetap MC-nya dalam game. Segala pengaturan berpusat padanya. Apo benci akan kenyataan tersebut jika begini. "Pokoknya itu, Yang Mulia! Ummnhh ... lengan saya rasanya sakit sekali. Sakit ...."
Ini juga kenapa tak bisa ketarik? Perasaan aku sudah ngotot loh!! Siaaaaaaal!
"Diam, karena aku belum selesai bicara."
"Ummnn."
Dan jangan menatapku seperti itu! Ngapain sih? Seperti tidak pernah melihat manusia--
"Nattarylie."
Nada Raja Millerius mendadak berubah. Apo pun diam sambil memegangi lengan kiri. Mereka bertatapan dalam jarak yang sedekat itu. Sejenak berlalu, Apo buang muka sebelum dikecup lagi.
Ah, tidak-tidak-tidak! Jangan mengingat bagian itu! Tidak!
"Kau harus menebus semuanya kalau pun ingin bertahan. Stop membantah," tegas Raja Millerius. "Menghinaku sebenarnya cukup menyeretmu ke dalam penjara. Makin bagus lagi, tiga harinya akan dipancung. Bagaimana?"
Tanpa sadar Apo pun merengek sebal. Dia bahkan berkaca-kaca sangking takutnya. "Tidak mau ...."katanya.
GILA YA, APA AKU AKAN MATI?! SISTEM! HEI! SERIUS AKU TIDAK MAU GAME OVER SEKARANG! SISTEM!
"Jika tidak, akui kesalahanmu sekarang. Minimal kuringankan hukumanmu, paham?" ancam Raja Millerius. "Ingat, kau masih beruntung karena ini masa libur. Coba kalau masuk sesi tes-nya. Namamu pasti sudah didiskualifikasi."
Di titik ini Apo ketar-ketir. Mengingat sudah ada yang meninggal betulan dia tak bisa bercanda lagi. Lelaki carrier itu pun akhirnya mengangguk. Apo tidak tahu seberapa merah rona di pipinya kala mengiyakan.
"Iya apa? Kau benar-benar melempar si Gavin?"
"Umn, itu saya."
Seringai pun hadir di bibir sang raja. Tampaknya dia puas sampai bahu tegapnya ingin bergetar tawa. "Bagus. Terus yang bikin gara-gara di taman? Kau tidak suka aku dansa dengan dia?" cecarnya dengan muka lebih cadas daripada Phillip. Apo tak percaya aura Mile bisa berubah. Jujur dia keperihan akan cengkeraman dan pasrah kalau nanti kulitnya memerah.
"Bukan tidak suka, ugh--tapi, apa ya ...." kata Apo antara panik dan bingung. "Kan Anda sudah berada di depan saya, Yang Mulia. Seharusnya saya lah yang menang. Tapi kenapa malah dia sih pas pemilihan--"
"Hhhh, intinya pun sama saja," kekeh Raja Millerius.
Tidak tahu berapa kali Apo dipojokkan setelahnya. Lelaki carrier itu menjawab apapun demi menyelematkan diri. Dia tadi risih, kini menerima uluran tangan Raja Millerius. Lelaki itu menata ulang jari Apo agar menggenggam jemarinya saja. "Di sini benarnya, Nattarylie. Aku yang menyentuh pinggangmu. Tadi keliru," katanya. "Jangan bilang kau lupa dasar-dasar dansa, ya. Tidak lucu. Kulihat kau bisa melakukannya dengan prajuritku."
"Tidak enak ...."
Raja Millerius mulai menempatkan jemarinya di pinggang Apo. Bagian itu berlekuk curam karena kecil nan ramping. Apo sendiri uring-uringan hingga ingin melarikan diri. Ketidak nyamanan itu diabaikan sang raja yang baru tersenyum tipis. "Kau akan segera terbiasa."
Apo melengos saat mereka mulai melangkah. Zelina sigap memulai OP demi mengalunkan lagu terbaik yang dia bisa.
Bedebah ya! Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Masak iya sih si bocil suka kepadaku? Lagian ini hukuman macam apa?
Apo tidak mampu menatap mata tajam di depannya. Namun gerak-gerik lelaki carrier itu tetap diperhatikan sang raja.
Tuhan, sumpah. Demi apapun aku merasa baru diperas.