webnovel

BAB I : CHAPTER 4 : Kaisar lurie

HAPPY READING AND HAPPY WRITING

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya sang kaisar pada Madeleine yang terengah di hadapannya setelah mengejar dirinya.

'Ini sangat tidak sopan!' teriak batin Madeleine 'tapi apa boleh buat'

"Cepat katakan wanita!" seru sang kaisar sekali lagi dengan menghunuskan pedangnya tepat ke leher Madeleine membuat wanita itu menegakan tubuhnya dan menahan nafasnya dengan mata yang menatap pedang di depannya yang siap kapan saja bisa menebas lehernya.

'Bukankah ini terlalu berlebihan hanya pada seorang gadis rakyat jelata biasa seperti dirinya?'

'Siapa gadis malang itu?'

'Ahh.. pantas saja negara ini tak maju, sementara kaisarnya saja sangat tempramental'

Teriakan sang kaisar membuat mereka menjadi pusat perhatian, satu persatu orang orang yang berada di ballroom istana mengerubungi lorong dimana sang kaisar tengah menghunuskan pedangnya pada seorang wanita. Para wanita terkesiap dan menutup mulut mereka, para pria hanya diam menonton tanpa mau melakukan apapun.

Namun sebagian besar dari mereka saling berbisik satu sama lain untuk menilai raja mereka hanya dari perspektif mereka saja.

Oars yang tengah berkeliling istana mencari keberadaan Madeleine melangkahkan kakinya menuju orang orang yang seakan tengah menonton sesuatu.

"Apa yang kalian tonton sekarang ini hah? Tak bisakah kalian urusi urusan kalian sendiri?!"

Suara yang mulia kaisar. Oars segera membelah kerumunan tersebut dan maju ke depan. Ternyata dugaannya benar, bahwa suara tadi adalah suara yang mulia kaisar. Tapi siapa gadis malang itu? Yang terpenting sekarang bukan itu, ia harus membubarkan kerumunan ini.

"Apa kalian membangkang apa yang diperintahkan yang mulia!" teriak Oars berseru pada kerumunan orang orang yang masih saja diam di tempat mereka. Perlahan orang orang pun meninggakan kerumunan.

Image kekaisaran dan kaisarnya sudah buruk dan sekarang akan semakin buruk. Desas desus akan segera dimulai, dan perlahan kaisar akan kehilangan kehormatan.

"Yang mulia, ada apa ini?"

Yang mulia kaisar Lurie III diam namun masih menatap tajam Madeleine yang memejamkan matanya dan sudah mengeluarkan keringat dingin.

"Apa kesalahan yang wanita ini lakukan?"

Oars sekali lagi bertanya dan menatap Madeleine dari sisinya. Tatapan mata keduanya bertemu, namun Oars seakan tak mengenali Madeleine.

"Kita sedang berada di tengah tengah pesta yang mulia.. biar aku yang mengurus wanita ini jika memang kesalahannya benar benar fatal" ucap Oars kembali berusaha membujuk kaisarnya yang sejak tadi masih enggan membuka suaranya.

Akhirnya pedang kaisar Lurie III kembali ke tempatnya. Namun tatapan matanya masih setajam pedang yang ia hunuskan tadi tepat ke arah Madeleine membuat Madeleine masih merasa seakan kulitnya dikuliti.

"Jangan biarkan siapapun masuk ke dalam kamarku" ucapnya dingin lantas pergi meninggalkan keduanya.

Bruk!

Kaki Madeleine sudah tak dapat lagi menahan bobot tubuhnya, ia segera luruh jatuh ke atas lantai marmer yang dingin begitu kaisar Lurie sudah tak ada di hadapannya lagi. Oars segera berjongkok menyamakan tingginya dengan Madeleine dan berusaha menenangkan wanita itu.

"Aku masih hidup.." ucap Madeleine lirih sembari menyandarkan kepalanya pada lengan kekar milik Oars.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan hingga yang mulia maharaja begitu padamu Madeleine?"

Wajah cemas Oars tak dapat disembunyikan lagi.

"Aku bahkan tidak melakukan apapun padanya tapi dia sudah menghusukan pedangnya pada leherku! bagaimana jika aku memberikannya minuman? mungkin kepala dan tubuhku sudah terpisah saat itu juga!"

"Kenapa sikapnya seperti itu Oars?!" tanya Madeleine seolah tak habis pikir.

"Kalau begini.. mungkin aku tak akan bisa menyelesaikan tugasku Oars" lanjutnya.

"Aku akan membantumu agar bisa berbicara padanya" ucap Oars.

"Tapi bagaimana jika-"

"Kau mempercayaiku kan?" Oars memotong ucapan Madeleine.

Madeleine menghela nafasnya, ia sudah berjanji dan Oars begitu mempercayainya. Hidup dan matinya kali ini dipertaruhkan, entah apa yang akan terjadi setelah ini. Apa ia akan hidup dan bisa kembali bersama Oars setelah semua ini atau dirinya hanya tinggal nama saja setelah ini.

Toktoktok...

"Bukankah Oars sudah memperingatimu agar tidak menggangguku!"

Kaisar Lurie III melemparkan barang yang ada di meja kamarnya hingga terjatuh dan berserakan dilantai. Angin kencang kembali datang membuat barang semakin berserakan karena diterpa angin yang cukup kencang.

"Ini saya yang mulia" ucap Oars membuat angin yang saat itu bertiup di sekitar kamar berhenti saat itu juga. Yang mulia kaisar Lurie III membalikan tubuhnya dan menatap Oars dengan tajam.

"Kuharap kau punya berita penting yang mendesak Oars.."

suara yang keluar begitu dalam dan tenang sehingga menguarkan aura intimidasi yang begitu kentara. Mungkin jika manusia biasa yang berbicara akan bergetar dan terintimidasi saat itu juga, namun tidak dengan Oars.

"Mengenai wanita tadi.." Oars menjeda ucapannya, ia menatap tenang mata hitam kelam itu yang kini tengah menatapnya tajam.

"Dia.. menyukai anda yang mulia"

Oars sedikit mengangkat sedikit bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyuman. Alis kaisar Lurie III terangkat membentuk guratan seakan meminta lebih penjelasan dari mulut sang jendral.

"Dia mengatakan padaku kalau dia ingin mengajak anda berkenalan, tapi anda begitu cepat marah dan menghunuskan pedangmu pada lehernya dan membuat ia takut" ucap Oars dengan nada yang dibuat buat seakan kecewa.

"Tapi kabar baiknya, dia pantang menyerah!" seru Oars begitu bersemangat saat mengucapkannya.

"Dia ingin sekali berbicara denganmu my king, berikanlah ia kesempatan."

"Kurasa, sudah saatnya anda membutuhkan seorang-"

"Aku tidak membutuhkan seorang permaisuri di sisiku"

Perkataan Oars belum terselesaikan, namun sudah terpotong oleh perkataan kaisar Lurie III yang menyelanya dengan penuh percaya diri dan angkuh.

"Aku yang akan memimpin kekaisaran ini kini dan seterusnya,"

"jadi sebaiknya singkirkan dia dariku atau aku yang akan benar benar turun tangan"

Kaisar Lurie III melenggang pergi begitu saja keluar kamarnya tanpa menunggu Oars yang hendak bicara kembali.

'keparat sialan itu'

Kaisar Lurie III melangkah kembali ke aula istana yang masih dipadati oleh orang orang dengan berbagai kegiatan yang biasa mereka lakukan, seolah tak peduli dengan yang lainnya termasuk kaisar mereka.

Bahkan tak sedikit yang saling berbisik di depan kaisar Lurie III dan mencemohnya di belakang dengan suara yang sengaja lumayan besar agar yang mulia kaisar Lurie III mendengarnya.

Rakyat seolah sudah tak takut jika hukuman mati menghampiri mereka hanya karena menggunjing kaisarnya, sebab rakyat sudah kehilangan kepercayaan dan kehormatan pada keluarga kekaisaran.

Maharaja Lurie kembali melangkahkan kakinya sampai membawanya ke balkon istana yang terlihat sepi. Namun matanya menangkap keberadaan seseorang yang tengah berdiri seorang diri disana.

Langkahnya menjadi semakin waspada, ia semakin mendekati dan semakin melihat dengan jelas siapa yang berada di balkon istannya itu. Seorang wanita. Lagi lagi seorang wanita. Ia bersiap untuk menghunuskan pedangnya pada wanita tersebut sebelum akhirnya wanita itu membalikan tubuhnya menghadap sang kaisar dengan wajah yang basah penuh dengan air mata membuat pedang tersebut melayang di udara begitu saja.

Untuk sesaat ekspresi sang kaisar berubah namun detik berikunya ia kembali mengeraskan wajahnya dan menatap tajam wanita di depannya.

"Kau lagi"

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?!" tanya sang kaisar membuat Madeleine tersadar dan segera menghapus kasar air mata di wajahnya dan menatap takut pada kaisar di depannya yang kapan saja bisa menghunuskan pedangnya.

Lidahnya mendadak kelu ketika berhadapan dengan sang kaisar. Sebenarnya ia tak memiliki kesalahan apapun dan hanya tinggal menjawab pertanyaan dari yang mulia kaisar Lurie III, tapi entah sejak kapan pertanyaan itu menjadi pertanyaan yang sulit.

"Sa-saya....."

Madeleine menatap pedang di depannya khawatir dengan keringat dingin yang mengalir deras di wajahnya. Pedang itu membuat ia menelan ludah gugup sekaligus takut.

"Cepat katakan! Nyawamu tergantung dengan jawaban yang kau berikan"

"Sa-saya.."

"Menyukai anda!"

Madeleine menjawab begitu saja apa yang hinggap di kepalanya. Tapi tak ia perkirakan jika jawaban itulah yang akan keluar dari mulutnya. Keringat dingin semakin mengalir deras, wajahnya panik seketika. Madeleine menutup matanya seolah pasrah jika nyawanya hilang saat ini juga, mulutnya sibuk mengucapkan doa doa berharap agar ia masih bisa selamat atau saat ia mati, ia bisa tak merasakan sakit.

"Ampuni saya yang mulia!" teriak Madeleine sembari membuka matanya berlutut di hadapan kaisar Lurie III.

-

-

-

SEE U AND THANK YOU