webnovel

Bab.01

Di sebuah club malam yang berada di pusat kota, sekelompok anak muda sedang berpesta merayakan hari kelulusannya dari sekolah menengah atas.

"Ayolah Jev, minum sedikit saja, kita nikmati malam ini dengan bersenang-senang" pemuda dengan tubuh sedikit kurus yang bernama Aldo itu menyodorkan sebotol minuman beralkohol ke hadapan Jevin.

"Kalian saja yang minum, aku sedang malas" dengan wajah datar tanpa ekspresi Jevin kembali menyodorkan botol itu kehadapan Aldo. Bukan karena ia tidak suka, pemuda tampan yang banyak digilai kaum hawa itu hanya ingin cepat pergi dari pesta yang sebenarnya sangat malas ia datangi ini.

"Ah, nggak asik lo Jev" Aldo menyambar botol itu lalu menuang isinya kedalam gelas, menenggaknya dengan sekali tegukan, hal serupa juga dilakukan oleh beberapa temannya yang lain.

Jevin hanya melihat kelakuan teman-temannya dengan malas, sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan pesta ataupun acara-acara seperti ini, tapi ini adalah pesta terakhir mereka berkumpul karena setelah ini mereka akan menempuh pendidikannya masing-masing.

******

"Ini, lakukan sesuai perintahku !" Renata Wijaya, menyerahkan amplop coklat yang berisi uang pada seorang wanita berpakaian seksi yang bernama Lisa.

"Lo tenang aja, semua pasti beres di tangan Lisa" jawab Lisa penuh percaya diri. Wanita dewasa yang selalu berpenampilan seksi dengan riasan tebal itu tersenyum menatap amplop di tangannya, amplop itu sangat tebal, sudah dipastikan bahwa isinya pun tidak sedikit, jadi ia harus menjalankan tugas yang gadis kaya ini berikan padanya.

"Oke, gue tunggu hasilnya " Renata meninggalkan Lisa yang masih tersenyum menatap amplop yang ia berikan.

"Gimana? " sambut Nova berbisik setelah Renata duduk di sebelahnya.Gadis dengan rambut sebahu itu menatap sang sahabat dengan raut penasaran.

"Beres, lo lihat aja apa yang terjadi setelah ini " Renata menyeringai dengan tatapan yang tertuju pada sosok laki-laki tampan berbadan tegap yang tak lain adalah Jevin.

*****

Di sisi lain ruangan, gadis cantik dengan rambut sedikit bergelombang sedang menatap gaun merah yang baru saja ia terima dari Lisa, kedua tangannya sibuk membolak-balikkan gaun yang hanya berukuran tiga jengkal jika diukur dengan kelima jarinya yang mungil.

"Mbak Lisa yakin saya harus pakai baju ini? " tanyanya tak percaya. Gadis yang bernama Ayuna itu menatap Lisa dan gaun merah di tangannya bergantian.

"Ya iyalah, lo sendiri kan yang bilang kalau lo butuh duit cepet buat biaya pengobatan ibu lo di rumah sakit " jawab Lisa mengingatkan.

"I... iya sih Mbak, tapi... harus banget ya pakai baju ini? " ucap Yuna yang masih berusaha bernegosiasi dengan Lisa, Yuna tidak terbiasa memakai pakaian minim bahan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, apalagi kalau harus memakainya di depan orang lain.

"Sebenarnya lo mau nggak sih? kalau lo nggak mau gue tinggal nyari yang lain? " desak Lisa yang sudah mulai hilang kesabaran.

"I.. iya Mbak aku mau, tapi.... "

"Ya udah tunggu apalagi? kesempatan nggak akan datang dua kali Yuna, lo cuma harus duduk manis nemenin tamu minum dan lo akan dapat duit buat bayar biaya rumah sakit ibu lo, gampang kan " Lisa tersenyum dalam hati, ia yakin gadis lugu di hadapannya ini tidak akan menolak jika sudah menyangkut ibunya yang membutuhkan banyak biaya di rumah sakit.

"Tapi... tapi cuma menemani minum aja kan Mbak, nggak lebih?" tanyanya lagi setelah beberapa saat berfikir.

"Iya.. cuma nemenin minum aja kok, udah sana buruan ganti baju, gue tunggu di meja nomor enam ". Lisa menepuk bahu Yuna sebelum berlalu pergi.

Ayuna Sasmitha atau lebih sering dipanggil Yuna, gadis cantik dan baik hati yang berasal dari keluarga sederhana, demi mendapat uang untuk biaya operasi ibunya ia rela bekerja di sebuah club malam sebagai pengantar minuman.

Ayuna menarik nafas berulang kali sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun ketat tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah membalut sempurna di tubuhnya yang ramping. Terbersit di pikiran untuk mengurungkan niatnya, ia terlalu takut untuk keluar dengan pakaian minim seperti ini, tapi bagaimana dengan ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. Andaikan ayahnya masih hidup, ia tidak perlu melakukan pekerjaan seperti ini.

"Ya Allah... engkau maha tahu dengan apa yang aku lakukan " ucapnya lirih sebelum membuka pintu dan berjalan keluar. Yuna semakin mempercepat langkahnya saat menyadari beberapa pria menatapnya penuh minat.

"Om, itu dia gadisnya sudah datang " tunjuk Lisa yang melihat Yuna berjalan ke arahnya.

"Wow... so beautiful! kamu memang paling tahu seleraku sayang" pria yang berusia sekitar empat puluh tahun itu tersenyum senang.

"Mbak Lisa" sapa Yuna dengan gugup, jemari tangannya saling meremas dan berusaha menurunkan ujung gaun yang ia kenakan.

"Akhirnya lo dateng juga, duduk sini, temenin om Antony minum" Lisa menarik tangan Yuna dan mendudukkannya di sebelah pria yang memiliki postur tubuh sedikit gemuk tersebut.

"Oh iya, gue tahu lo nggak terbiasa minum jadi tadi gue pesenin lo orange jus, udah ya gue tinggal dulu, hefun om" ucap Lisa sambil berlalu pergi.

"Siapa nama kamu cantik? " Antony menggeser posisi duduknya mendekat ke sisi Yuna, menatap Yuna dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan penuh hasrat.

"A... Ayuna" benar-benar risih, pria tua di hadapannya ini seperti menelanjanginya dengan tatapan intens, rasanya ia ingin lari sekarang juga dari tempat ini.

"Ini, minumlah agar tidak gugup seperti itu" dengan ragu Yuna mengambil orange jus yang di sodorkan Antony ke arahnya.

"Terima kasih " karena merasa gugup tanpa berpikir panjang Yuna langsung menenggaknya hingga tandas, dan itu mbuat Antony tersenyum dalam hati.

Lisa memberi tanda ok dengan jarinya saat berjalan melewati meja Renata dan teman-temannya.

"Eh... lihat deh, itu bukannya si Ayuna ya? " tunjuk Renata ke arah Ayuna berada.

"Mana..? " Sahut Roni dengan antusias.

Jevin Alvaro yang sedari tadi hanya diam langsung menoleh ke arah yang di tunjuk Renata begitu mendengar nama Ayuna disebut.

"Oh my good! kelihatannya aja polos, lugu, pendiam, tapi di luaran dia liar juga ya! lihat deh baju yang dia pakai, udah gitu jalannya sama om om lagi" sahut Nova yang sengaja memperkeruh suasana hati Jevin.

"Gila, ternyata bodynya hot banget bro" Aldo yang memang bersifat playboy menatap Ayuna dengan berdecak kagum.

Jevin mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras saat melihat Antony mulai meraba paha Yuna tanpa penolakan.

"Aku pergi dulu" Jevin berlalu pergi tanpa memperdulikan teriakan dari teman temannya yang memanggil.

Sementara Renata, gadis itu tersenyum puas melihat Jevin yang terlihat sangat marah dan berlalu pergi, ia yakin sekarang Jevin sudah jijik dan bahkan membenci Yuna.