webnovel

The Mistake (balas dendam)

Tak pernah terpikirkan oleh lyra, pemuda tampan, mapan dan seorang presdir lebih memilih ia yang punya wajah jelek dari sang kakak. Terlebih sebelumnya kedua orang tersebut berpacaran. Lalu siapa sangka niat Denes Alkhair adalah memilih ia hanya agar sang mantan kekasih, kakak Lyra menyesal lalu kembali padanya. Saat hari pernikahan, Lyra harus menanggung malu saat Denes bilang ingin menikah dengan sang kakak. Akhirnya Lyra sadar, ia hanyalah umpan basi. Kemunculan Martin Jinan yang sudah lama membenci Denes membuat Lyra terjebak antara pilihan sulit. Akankah Lyra menikah dengan Martin diiming-imingi pembalasan dendam pada keluarga Alkhair? Baca novel Raein23_Raein yang lain, Berawal dari Satu Malam dan Devil CEO and Stronger Girl.

Raein23_Raein · Urban
Not enough ratings
165 Chs

11 Don't Playing With Me

Lyra berdecak, ia ingin kembali kasih serangan lanjut.

"Terus kenapa menghampiriku? Mau makan? Banyak kok tempat saji makanan yang lebih dekat. Sudah jelas-jelas salah masih ngelak. Dasar gak tahu malu."

Lyra bermetamorfosis jadi orang licik.

Dalam sudut hati lain, yang dalam, sudut pandang dan kewarasan, Lyra pikir sudah terlalu berlebihan deh. Tapi mau gimana, sensasi lihat wajah kesal Denes, orang yang membuat Lyra semacam sampah terlihat marah adalah clue untuk Lyra berhasil menyentil orang tersebut.

Kalau sensasi balas dendam sepuas ini, Lyra akan lakukan apapun agar lihat wajah itu kesal setiap kali melihatnya.

Salah jikalau anggap orang bawah, jelek dan ngenes tertindas terus. Mumpung ada yang mau bantuin, kenapa gak?

Lyra akan berbuat lebih buruk dari sekedar balas dendam yang tak bermutu!

Lyra punya cara sendiri.

Tamu-tamu mulai berekspektasi sesuai pikiran mereka. Syukurin, makan tuh sifat angkuh!

"Sudah, ayo pergi. Kamu Denes, jangan dekat-dekat Lyra. Ingat, masih hangat hal buruk yang kamu perbuat terhadapnya. Biarkan Lyra tenang dengan hidup barunya."

Bagus, sang ayah memihak. Bisa Lyra rasakan aura gelap dari sang kakak. Lyra sih cuek bebek, ia tak terlalu menghiraukan hal tersebut. Terserah, yang penting ia sudah buat permulaan wow. Untuk kedepannya ada hal yang lebih tegang.

Kerumunan mulai kembali ke posisi awal, seperti tak terjadi apapun. Kemudian, yang terjadi setelah itu adalah Lyra beralih ke Martin.

Berkedip sebentar seakan-akan tengah merayu. It's easy. Begini toh rasanya jadi orang jahil, jahat dan evil.

Lumayan, Lyra cukup menikmati. Segala bentuk sikap itu, biar Lyra tahu sisi lebih banyak baik atau buruknya.

***

Tak terasa pernikahan pun selesai. Lyra lelah, untuk itu langsung putuskan ke kamar.

Tamu-tamu sudah pulang. Sekarang, Martin lagi sibuk dengan kolega bisnis. Nah, tinggallah Lyra yang disuruh Martin istirahat duluan.

Tak tersinggung kok, wajah lelah Lyra buat sang suami suruh pergi mendahuluinya. Dalam perjalanan, Jane yang Lyra pikir sudah pulang ternyata masih berada di mansion.

Orang tersebut sekali datang langsung jambak rambut sang adik. Seolah-olah mereka adalah saudara tiri bukan kandung. Sebab marah, orang yang Lyra panggil kak Jane menjambak rambutnya?

Sudah bak step mother!

"Aduh Kak, kok ditarik? Lepas."

Sejauh ini kalau bertengkar, sang kakak sebatas bicara tajam, belum pernah main tangan. Lalu sekarang malah menjambak?

Alasannya adalah oleh seorang laki-laki!

Ironis.

"Kak, tolong lepasin, sakit."

Lyra usahakan untuk tak ngamuk atau bersikap buruk ke Jane. Walau bagaimanapun orang tersebut sangat Lyra hormati. Pengecualian kalau beberapa detik kedepan masih belum lepas. Terlebih tarikan tersebut makin kuat bukannya mengendur.

Oke, mohon maaf, Lyra tak bisa diam!

Sret.

"Sakit kan Kak. Kalau gitu jangan jahat lho ke adik sendiri. Kakak orang baik oleh sebab itu jangan perlakukan aku begini. Aku hormat dan sayang ke Kakak."

Benar, sejatinya Jane adalah orang baik. Walau tidak lemah lembut. Cara orang tersebut beri kasih sayangnya adalah model tsundere. Tegas namun hangat.

Perkataan pedas sang kakak memang buat sakit, namun hal tersebut tak pernah berakhir buruk. Lyra sudah biasa dengan sikap kak Jane yang bermulut extra cabai.

Setelah bilang itu, Lyra pun langsung lepas kuncian tangannya dari tangan kak Janenya. Saat orang tersebut hendak kembali serang, Lyra gesit menghindar.

Alhasil yang kena pukul malah dinding. Aduh, pasti sakit tuh tangan.

"Aw, sial. Lyra, kamu sengaja kan buat aku dan Denes malu?"

Lyra tanpa sadar menggeleng. Bukan kok, maksudnya, bukan secara keseluruhan. Siapa mulai duluan. Apa yang kau tanam itulah yang dipetik.

Mana ada nanam duri tumbuhnya bunga, kecuali orang tersebut berhati malaikat. Nah Lyra adalah orang abal-abal. Setengah malaikat bercampur dungu...?

Kalau sudah begini lebih baik langsung aja, Lyra ingin sampaikan beberapa hal ke sang kakak.

"Kak, Denes mempermainkanku. Kalau mau nikah ke Kakak kenapa gak pakai orang lain buat jadi umpan basinya? Aku kan gak salah apa-apa," ujar Lyra yang mulai sampaikan unek-unek ke sang kakak.

Terserah mau bagaimana respon orang tersebut, yang jelas Lyra tak akan diam. Ia muak.

Lyra tak salah. Lantas, kenapa ia yang harus rasakan hal buruk itu?

Jane langsung berubah julid, ia tatap sangat tak suka ke Lyra, sang adik.

"Siapa yang suruh kamu baper. Ku peringatkan, Denes Alkhair adalah orang kejam, ia tak pandang bulu untuk menjatuhkan musuhnya. Aku bicara begini agar kamu gak nyesel. Kamu perempuan yang lebih muda dariku. Karena itu aku tak akan minta maaf. Aku pun juga kaget kalau Denes malah melibatkanmu di hubungan kami. Jodoh gak bisa dipaksa, Lyra."

Jane tatap lurus sang adik. Ia tak habis pikir, apa sih yang ia lakukan sekarang?

Akan lebih baik ia pergi dari keadaan tersebut. Namun sikap Lyra tadi terus mengiang-ngiang di pikirannya. Berputar-putar seperti kaset rusak.

Sementara itu, Lyra menatap aneh bercampur nanar. Beginilah akhir yang harus tahan?

Kakak kandung sendiri makin tambah membenci ia oleh sebab pria jahat?

Cinta memang buta, tak jarang buat seseorang menggila.

"Harusnya Kakak menghargai perasaanku, aku gak minta Kakak buat ngerti. Sekarang aku hanya merasa sangat bodoh sebab Kakak sendiri membenci adiknya."

Lyra langsung buang muka. Ia tak habis pikir, kenapa malah terjebak dalam posisi tersebut?

Kak janenya tak berperasaan ke adik sendiri.

"Kau."

Mata Jane berapi-api, ia ingin kasih Lyra hukuman lanjut.

"Jane?"

Pandangan kedua orang itu beralih ke seseorang yang memanggil tersebut. Ketika dilihat ternyata orang itu adalah Denes. Wow, Lyra tak habis pikir, bukankah orang-orang harusnya sudah pulang?

Kenapa masih berada di mansion?

Acara nikah bukan hotel melainkan mansion. Nah, kalau hotel kan wajar.

Orang tersebut mendekat ke Lyra. Entah kenapa aura panas langsung kuasai keadaan. Why?

"Minta maaf sekarang Mrs Jinan, sebelum aku mematahkan lehermu."

Lyra tak habis pikir, orang yang berucap tersebut adalah Denes. Bukan sekedar cara bicara tajam, namun aura gelap pun turut orang tersebut pancarkan.

Seram.

Lyra beralih ke sang kakak yang terlihat menatap remeh. Sial, oleh lelaki brengsek di hadapan mereka, kak Jane menganggap Lyra sampah?

Dulu orang tersebut hangat, setidaknya tak main pukul. Sekarang cara menatap pun sudah mirip musuh bebuyutan.

Sadar batas hal buruk menguar, Lyra justru terkekeh, setelah itu ia pun pandang lurus orang-orang dihadapannya.

"Kakak membuangku ke tempat sampah oleh sebab lelaki? Ingat Kak, darah lebih kental daripada air. Tugas seorang pemimpin rumah tangga adalah membimbing istri bukan buat orang tersebut tersesat."

Jane yang tak terima pun hendak tampar wajah orang yang tinggal, besar dan hidup bersamanya. Well, mereka hanya dua bersaudara.

Aneh saat dua kakak beradik tersebut justru saling membenci. Itulah hal yang Lyra pikir.

Taph.

Siapa?

*****